Sebagus Apa 4 Tim Motor Perkembangan Liga Arab Saudi?

spot_img

Liga Pro Arab Saudi mulai bergulir. Saatnya para bintang yang dibeli klub-klub Arab Saudi menunjukkan kebolehannya di liga domestik. Sebab Liga Arab Saudi kini sedang ditata.

Konon mereka ingin menyaingi bahkan menjungkalkan popularitas sepak bola Eropa. Dengan dimotori klub-klub seperti Al-Ittihad, Al-Hilal, Al-Ahli, dan Al-Nassr, Arab Saudi menyusun rencana jangka panjang untuk menjadi kiblat sepak bola.

Namun, sebelum jauh menikmati Liga Profesional Arab Saudi, mari kita melihat dulu bagaimana kekuatan klub-klubnya, terutama empat tim yang menjadi motor perkembangan Liga Arab Saudi. Sehebat apa sih sebetulnya empat tim itu?

Akuisisi PIF

Untuk menjadikan motor perkembangan Liga Arab Saudi, kerajaan melalui Public Investment Fund atau PIF mengakuisisi Al-Hilal, Al-Nassr, Al-Ittihad, dan Al-Ahli. PIF yang dikendalikan oleh putra mahkota Mohammed bin Salman mengumumkan pengakuisisian itu pada 5 Juni 2023 lalu.

Menurut laporan Sport Illustrated, PIF memiliki saham terbanyak di setiap klub tadi, yaitu 75%. Sementara saham sisanya yakni 25% dimiliki oleh yayasan nirlaba klub masing-masing. Dalam pernyataan resminya yang juga dikutip laporan tersebut, PIF telah mengubah keempat klub tadi menjadi sebuah perusahaan.

Maka dari itu, apa yang dilakukan keempat klub tadi, terutama dalam hal transfer akan membuka tak sedikit kesempatan komersial, termasuk kemitraan, investasi, maupun sponsor dari berbagai cabang olahraga. Nah, dari keempat klub yang diakuisisi sebenarnya hanya Al-Ahli yang bukan tim papan atas.

Klub yang sekarang dilatih Matthias Jaissle itu baru saja juara di Liga Divisi Pertama Arab Saudi dan mendapat tiket promosi ke Liga Profesional. Menarik bukan? Sekadar informasi saja, selain berinvestasi di dunia sepak bola, PIF juga menanamkan investasinya di LIV Golf atau tur golf profesional. Balik lagi ke topik awal, lalu seperti apa sih kekuatan klub-klub tadi?

Al-Nassr

Mari kita memulainya dari Al-Nassr, klub yang sukses mendatangkan pemain terbaik di dunia, Cristiano Ronaldo. Al-Nassr adalah klub yang berbasis di ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Klub yang identik dengan warna kuning dan biru itu berdiri pada tahun 1955, bermarkas di Al-Awwal Park di Riyadh.

Orang mungkin mengenalnya sebagai King Saud University Stadium atau Mrsool Park. Stadion itu berkapasitas 25 ribu tempat duduk. Klub berjuluk Al-Alami yang berarti “Yang Global” itu bukanlah klub ecek-ecek di Arab Saudi. Malahan kiprahnya sebelum diakuisisi PIF sudah sangat mempesona sejak tahun 1990-an.

Al-Nassr mengoleksi banyak trofi di Arab Saudi. Mereka memenangkan GCC Champions League atau Liga Champions bagi negara-negara teluk dua kali sebelum tahun 2000-an. Namun, kompetisi itu sudah tak digelar lagi. Kini yang masih bergulir adalah Arab Club Champions Cup dan Al-Nassr kemarin menjuarainya untuk kali pertama.

Selain itu Al-Nassr juga meraih sembilan gelar Liga Arab Saudi, enam Piala Saudi, dua trofi Piala Putra Mahkota, dan dua kali Saudi Super Cup. Mereka juga pernah mewakili AFC di Piala Dunia Antarklub pertama di Brasil tahun 2000. Kebanyakan prestasi gemilang yang diraih Al-Nassr diraih sebelum PIF masuk.

Kesuksesan itu boleh dibilang berkat Pangeran Abdul Rahman bin Saud Al-Saud yang memimpin klub selama 39 tahun. Kini Al-Nassr dipimpin Presiden Musalli Al-Muammar dan di era Cristiano Ronaldo sampai musim 2023/24 dimulai, baru meraih satu trofi saja.

Al-Ittihad

Setelah dari Al-Nassr kita ke Al-Ittihad yang kemarin baru saja memastikan diri juara di Liga Arab Saudi. Namun, gelar yang didapat Al-Ittihad itu adalah buah dari penantian yang cukup lama. Maklum saja, klub yang kini diperkuat N’Golo Kante itu terakhir kali juara di Liga Arab Saudi adalah tahun 2009.

Berbeda dengan Al-Nassr, Al-Ittihad berasal dari Kota Jeddah, Arab Saudi. Jaraknya sekitar satu jam dari Masjidil Haram. Al-Ittihad lahir lebih dulu dari Al-Nassr, yaitu pada tahun 1927. Klub ini bermarkas di King Abdullah Sports City di Jeddah yang kapasitasnya sekitar 62 ribu penonton.

Namanya diambil dari tahapan tertinggi seorang filsuf, yaitu “Ittihad”. Kata “Ittihad” dalam ranah tasawuf bermakna seorang sufi yang sampai pada tahap menyatu dengan Tuhan. Nah, kata “Ittihad” dipilih untuk menyatukan mereka yang membentuk tim ini. Jika Al-Nassr dari awal punya keterkaitan dengan kerajaan, Al-Ittihad tidak.

Klub ini sama seperti klub-klub di Liga Inggris yang didirikan oleh orang-orang kelas bawah. Jadi mereka itu bertemu di sebuah penyiaran radio dan akhirnya membentuk tim yang identik dengan kuning-hitam ini. Kendati demikian, Al-Ittihad dalam masa-masa awal pendiriannya sudah punya prestasi gemilang.

Bahkan klub yang berjuluk The Tigers ini menjadi tim pertama yang meraih gelar Piala Putra Mahkota pada era 1950-an. Rasa haus akan gelar terus diburu oleh The Tigers. Mereka pernah menjuarai Liga Champions Asia dua kali beruntun, tahun 2004 dan 2005.

Tim ini mencapai puncaknya pada pergantian abad. Terbukti setelah dimulainya abad ke-21, Al-Ittihad sukses merengkuh trofi demi trofi. Total ada 12 trofi yang didapatkan Al-Ittihad sejak tahun 2001 dan sebelum diakuisisi oleh PIF. Dengan kata lain, mereka sudah sukses sebelum jadi seperti sekarang.

Al-Hilal

Berikutnya adalah tetangganya Al-Nassr, Al-Hilal. Tim ini berdiri tahun 1957 dan bermarkas di King Fahd International Stadium, yang berkapasitas sekitar 68 ribu penonton. Pendirian klub ini dicetuskan oleh para pemuda di Riyadh. Awalnya klub ini dinamai Olympic Club. Namun diubah oleh Raja Arab Saudi, Saud bin Abdulaziz Al-Saud tahun 1958.

Al-Hilal tidak hanya mendapat dukungan dari akar rumput, tetapi juga kerajaan. Klub yang berjuluk Al-Za’eem atau The Bos atau “Yang Memimpin” pertama kali memenangkan trofi pada 1961, yaitu Piala Saudi. Namun, dalam perkembangannya, Al-Hilal benar-benar sesuai julukannya.

Mereka memimpin sepak bola Arab Saudi sekaligus Asia. Al-Za’eem menjadi tim dengan trofi terbanyak di Asia dengan 66 gelar resmi. Wajar saja kalau Al-Hilal tak tergoyahkan di peringkat satu AFC. Klub yang kini diperkuat Neymar itu juga berada di peringkat 15 dunia.

Klub seperti Al-Nassr dan Persepolis masih kesulitan menggusur Al-Hilal dari puncak ranking AFC. Mereka juga menjadi tim dengan trofi liga domestik terbanyak, yaitu 18 gelar Liga Pro Saudi. Sisanya, mereka meraih 13 gelar Putra Mahkota Arab Saudi, tujuh Piala Federasi Saudi, 10 Piala Saudi atau Piala Raja, tiga gelar Piala Super Saudi, serta Piala Pendiri Saudi.

Di Asia, Al-Hilal sudah mengoleksi tiga gelar Liga Champions tahun 1991, 2000, 2019, dan 2021. Tahun 1997 dan 2000, Al-Hilal juga menyabet gelar Piala Super Asia. Di Piala Winners Asia, Al-Hilal menjuarainya tahun 1997 dan 2002 dan trofi-trofi lainnya yang terlalu banyak untuk disebutkan.

Sebelum era sekarang, Al-Hilal juga sudah dipenuhi pemain-pemain top. Bafetimbi Gomis yang menjadi pencetak gol terbanyak kedua klub salah satunya.

Al-Ahli

Yang terakhir, Al-Ahli. Seperti yang sudah disinggung di awal, Al-Ahli adalah tim yang baru saja promosi ke Liga Pro Saudi. Namun begitu tim yang berdiri tahun 1937 ini juga sebetulnya tim tersukses di Arab Saudi. Setidaknya sudah 27 gelar diraih klub yang berjuluk Al-Raqi ini.

Al-Ahli bersama Al-Nassr, Al-Hilal, dan Al-Ittihad menjadi pendiri Liga Pro Arab Saudi. Sejak berdiri tim ini tidak pernah terdegradasi, kecuali musim 2021/22. Pada musim itu Al-Ahli tidak berdaya dan hanya berakhir di peringkat ke-15 dan harus terdegradasi ke kasta kedua.

Waktu itu, degradasinya Al-Ahli menjadi pukulan besar, bukan hanya buat para fans melainkan juga bagi sepak bola Arab Saudi. Bahkan ada yang menyebut bahwa degradasinya Al-Ahli membuat Liga Arab Saudi seperti Liga Inggris tanpa Manchester United.

Wajar sih, karena tim ini benar-benar digdaya, bahkan konon lebih hebat dari Al-Ittihad yang sesama klub dari Jeddah. Mereka toh juga sempat jadi tim yang tidak pernah kalah dalam 51 pertandingan dari tahun 2014 hingga 2016. Setelah degradasi, Al-Ahli bangkit dan aktornya adalah pelatih dari Afrika Selatan, Pitso Mosimane.

Di tengah tekanan dan pemain seadanya, Mosimane membawa Al-Ahli kembali ke habitatnya pada musim lalu. Setelah promosi dan diakuisisi PIF, Mosimane disingkirkan. Al-Ahli kemudian menunjuk Matthias Jaissle untuk memimpin para pemain seperti Firmino, Ibanez, Demiral, sampai Riyad Mahrez. Menurut kalian dari empat tim tadi, siapa yang bakal juara Liga Arab Saudi?

Sumber: SI, SportingNews, 90Min, TheNationalNews, Goal, Olympics, FootballAlphabet

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru