Sampdoria Kena Karma Degradasi! Genoa Malah Sukses Promosi

spot_img

Karma is watching you”. Percaya tidak percaya, sebuah karma dapat sewaktu-waktu terjadi di kehidupan. Entah itu hanya kebetulan belaka atau sudah menjadi rumus. Hal itu kini dialami oleh klub asal kota Genoa, Sampdoria. Sebuah klub historis Italia yang sudah menjadi langganan Serie A tiap musimnya.

Namun apa yang terjadi musim ini? Mereka terpuruk dan bahkan harus rela terlempar dari Serie A. Sebuah hal yang sangat memalukan, terutama bagi gengsi rivalitas dengan saudara tuanya, Genoa.

Rivalitas Derby Genoa

Rivalitas Derby Della Lanterna sudah lama bersemi. Awalnya, Genoa sebagai saudara tua dianggap dominasinya terlalu ke-”Inggris-Inggrisan”. Karena dulu Genoa mendominasi Liga Italia berkat pelatih dan pemain asal Inggris.

Hal itulah yang dijadikan alasan “klise” sikap anti nasionalis oleh orang Italia asli. Kemudian muncullah Sampdoria sebagai representasi klub Italia asli di Kota Genoa pada 1946. Itulah akar rivalitas yang terjadi antara Genoa dan Sampdoria.

Sampdoria Diejek Genoa

Rasa saling bersaing itulah yang selama ini terbukti nyata. Seperti apa yang terjadi di 2011 dan musim lalu. Kala Serie A musim 2010/11 berakhir, seluruh suporter Il Grifone turun ke jalan dan berpesta. Bukan karena juara atau masuk Eropa, melainkan merayakan saudara mudanya Sampdoria terdegradasi ke Serie B.

Performa Sampdoria memang menyedihkan musim itu. Setelah musim sebelumnya menempati peringkat empat, Il Samp kemudian terbenam di posisi 18 dan terdegradasi. Kesedihan fans Sampdoria bertambah perih, ketika suporter Genoa melakukan parade dan aksi teatrikal di jalanan Kota Genoa guna merayakan kejatuhan sang rival.

Sekitar 30 ribu fans Genoa memadati jalanan di kota pelabuhan ternama Italia itu dengan membawa atribut Genoa serta banner dan poster bernada ejekan untuk Sampdoria. Beberapa fans mengangkat peti mati yang dibalut dengan ornamen Sampdoria.

Tak lupa untuk mengiringi peti mati tersebut fans Genoa juga ada yang memerankan pendeta yang seakan-akan bersedih setelah ditinggal mati Sampdoria. Bahkan fans Genoa juga sempat mengheningkan cipta selama lima menit untuk kepergian Sampdoria dari Serie A.

Genoa Diejek Sampdoria

Setelah satu dekade berlalu, tepatnya di musim lalu 2021/22 kejadian serupa terjadi lagi. Kini kebalikannya, para fans Sampdoria lah yang kegirangan berpesta setelah saudara tuannya Genoa terdegradasi.

Il Grifone yang dipimpin empat pelatih berbeda musim lalu itu, terjerumus ke peringkat 19 klasemen Serie A dan terdegradasi. Senang bukan kepalang bagi para fans Sampdoria, meski klubnya hanya finish di peringkat 15 klasemen.

Balas dendam dari sikap para fans Genoa 2011 silam pun dilakukan. Suporter Sampdoria berbondong-bondong ke pusat kota, merayakan dan menertawakan rival sekotanya itu. Para fans sebelum melakukan long march di jalanan kota Genoa, lebih dulu membuat perayaan di Stadion Luigi Ferraris.

Tifosi Sampdoria benar-benar membalas perlakukan dari Tifosi Genoa. Mereka terlihat niat membawa atribut seperti peti mati yang berwarna merah biru yang identik dengan Genoa.

Tifosi Sampdoria melakukan aksi teatrikal sebagai perwujudan iring-iringan pelayat yang mengarak peti mati Genoa yang baru saja turun ke Serie B. Karena tak dipungkiri Genoa setelah 15 musim lamanya bertahan di Serie A, akhirnya harus terdegradasi.

Genoa Langsung Promosi Ke Serie A

Namun kepedihan atas ejekan Sampdoria itu tak berlangsung lama. Karena hanya setahun saja Il Grifone mencicipi Serie B. Musim ini mereka langsung kembali promosi ke Serie A. Di pekan 36 Serie B, Genoa sudah memastikan satu tempat di Serie A menyusul Frosinone.

Perolehan 70 poin Genoa di posisi kedua Serie B, sudah tak mampu lagi dikejar oleh tim di peringkat ke-3, Bari. Waktu yang singkat bagi Genoa untuk promosi ke Serie A tentu bukan pekerjaan mudah.

Karena mereka sempat terpuruk di paruh musim pertama bersama pelatih Alexandre Blessin. Akan tetapi, segalanya menjadi berubah drastis ketika sang juru selamat bernama Alberto Gilardino hadir pada Desember tahun lalu.

Faktor Alberto Gilardino

Gilardino menjadi faktor penting bangkitnya Genoa di paruh musim kedua. Bayangkan saja, sejak diambil alih mantan striker AC Milan itu, Genoa di 21 pertandingan hanya kalah sekali, hingga pekan 36 Serie B.

Lalu bagaimana Gilardino meraih kebangkitan itu? Secara garis besar, perubahan formasi menjadi 3-5-2 menuai hasil. Pemanfaatan penyerang kawakan Italia yang kini jadi top skor sementara mereka Massimo Coda juga berhasil.

Membentuk trio lini tengah atas nama Stefano Sturaro, Kevin Strootman, dan Milan Badelj juga terbukti berhasil. Secara pertahanan, dengan 3 bek mereka terbukti solid. Hal itu terbukti dengan jumlah kebobolan mereka yang sedikit di Serie B bersama Frosinone, yakni 22 kali kebobolan.

Sampdoria Degradasi Ke Serie B

Dari semua hasil yang menggembirakan Genoa musim ini, ternyata berbanding terbalik dengan saudara muda mereka yang musim lalu menghinanya. Ya, Il Samp justru musim ini terpuruk.

Il Samp terjebak di dasar klasemen Serie A dan terpaksa harus rela turun kasta ke Serie B musim depan. Sebuah peristiwa yang mencoreng nama baik klub legendaris yang sempat berjaya di era 90-an itu.

Pasalnya mereka sudah lama lupa merasakan yang namanya degradasi. Terakhir kali mereka terdegradasi yakni musim 2010/11 silam. Lalu apa yang salah dengan Sampdoria musim ini? Ya, kekacauan internal manajemen, ditambah racikan yang kurang oke dari pelatih pengganti Dejan Stankovic, membuat memori kelam 12 tahun itu kembali terjadi.

Beda Nasib Stankovic dan Gilardino

Berbeda nasib Dejan Stankovic dan Alberto Gilardino musim ini. Sama-sama pelatih yang datang di tengah musim, dan sama-sama mantan pemain hebat, namun sentuhan Gilardino terbukti lebih yahud.

Stankovic diultimatum menyelamatkan Il Samp setelah terpuruk bersama Marco Giampaolo. Namun sejak kedatangannya di bulan Oktober 2022, kebangkitan yang diharapkan itu tak hadir. Bayangkan, Il Samp selama dipegang Stankovic hingga pekan 33 Serie A, hanya menang dua kali saja.

Jauh apa yang dihadirkan oleh Gilardino di Genoa. Secara racikan pemain pun Stankovic tak pandai memanfaatkan para pemain yang ada. Peran senioritas striker mereka Manolo Gabbiadini dan Fabio Quagliarella terbukti sudah tak bisa diandalkan. Peminjaman pemain seperti Harry Winks dari Spurs pun tak bisa mendongkrak tim.

Maka apa yang terjadi sekarang? Degradasinya Sampdoria ini menjadi bahan baru bagi para fans Genoa yang sekarang masih berpesta. Lautan manusia meluap di jalanan kota Genoa merayakan promosi mereka, sekaligus merayakan rival mereka yang terdegradasi. Dan kini, Sampdoria hanya bisa termenung dan menikmati karmanya.

https://youtu.be/R0Mk-DLkJSU

Sumber Referensi : theathletic, footballitalia, thesun, yahoosports

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru