Kabar buruk tersiar dari Inggris selatan. Klub asal kota pelabuhan Inggris berjersey merah putih, Southampton akhirnya terlempar dari Liga Inggris musim ini. Degradasinya klub bentukan para pemuda gereja ini sangat disesali. Karena bagaimanapun selama ini Southampton sering memberi warna tersendiri di Liga Inggris.
Performa mereka sejak satu dekade lalu sangat dirindukan. Tak hanya soal performa dan hasil, namun dari segi pembibitan pemain muda dan strategi transfer mereka.
BREAKING: Southampton have officially been relegated from the Premier League 🚨📉 pic.twitter.com/IzGHbFDm3g
— Sky Sports Premier League (@SkySportsPL) May 13, 2023
Daftar Isi
Degradasi Setelah 11 Tahun
Kini tepat 11 tahun sudah The Saints berada di liga kasta teratas Inggris. Dilansir Sky Sports, degradasinya Soton di Liga Inggris musim ini adalah untuk kelima kalinya. Terakhir mereka degradasi yakni pada 2008/09 silam.
Perjalanan mereka untuk promosi lagi ke Liga Inggris tak mudah. Mereka harus berjuang musim demi musim, hingga akhirnya promosi pada musim 2011/12.
Nigel Adkins adalah sosok pelatih yang membawa Soton promosi ke Liga Inggris. Pemain seperti Rickie Lambert, Morgan Schneiderlin, hingga Adam Lallana, adalah beberapa pemain yang mengantarkan The Saint promosi.
OTD in 2012 Southampton were promoted back to the Premier League with a convincing 4-0 win over Coventry. Goals from Sharp, Hooiveld, Fonte and Lallana got the party started for the Saints!#SaintsFC pic.twitter.com/AR4TnL6H4O
— . (@44WhoPodcast) April 28, 2020
Mengejutkan Liga Inggris
Lalu bagaimana kiprah Soton selama 11 tahun di Liga Inggris? Meskipun dicap sebagai klub medioker, Soton setelah promosi ternyata banyak memberi kejutan. Terutama setelah seorang bernama Mauricio Pochettino ditunjuk sebagai pelatih pada Januari 2013.
On This Day | 2013 – Tottenham Hotspur manager Mauricio Pochettino arrived in England to take charge of Southampton. #THFC pic.twitter.com/B7AW1OhOHh
— Daily Hotspur (@Daily_Hotspur) January 18, 2019
Soton diantarkan Poch finish di posisi 8 klasemen Liga Inggris musim 2013/14. Waktu itu, banyak pemain muda yang diorbitkan Poch seperti Luke Shaw, Calum Chambers, maupun Nathaniel Clyne.
Streets won’t forget the Southampton 2013/14 team. Pochettino at the wheel pic.twitter.com/A7Bb0FgMat
— . (@LaviaRole) August 1, 2019
Performa mengejutkan Soton itu ternyata tak hanya semusim kala bersama Poch. Di musim berikutnya bersama Ronald Koeman pun sama. Dua musim di Liga Inggris bersama meneer Belanda itu, mereka mampu finish di posisi 7 pada musim 2014/15, dan posisi 6 pada musim 2015/16.
Coming to England in 2014, Southampton were Ronald Koeman’s first managerial job in the Premier League. Koeman guided Southampton to a best finish of 6th position, before leaving for Everton. pic.twitter.com/nBZNiRgZf1
— FOOTBALL TRIVIA 365 (@PlayFT365) April 7, 2020
Di era Koeman melatih pun, lebih banyak lagi pemain potensial yang muncul. Seperti Sadio Mane, Virgil Van Dijk, Cedric Soares, hingga Dusan Tadic. Namun apa jadinya setelah para pelatih mereka seperti Pochettino maupun Koeman hengkang? The Saints ternyata masih terjaga secara performa. Ya, di tangan pelatih asal Prancis Claude Puel, mereka masih bisa finish di peringkat 8 Liga Inggris pada musim 2016/17.
Claude Puel returns to St Mary’s for #SOULEI with an unbeaten record in the fixture
— Premier League (@premierleague) August 25, 2018
He recorded a win and a draw for Southampton in 2016/17, then the same for Leicester last season #PL pic.twitter.com/kSMYXYJHqU
Southampton Mart
Nah, di zaman tiga pelatih non Inggris itu, Soton mulai dikenal dengan “Southampton Mart”. Layaknya sebuah minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok, para klub yang menginginkan pemain potensial, sering melirik dan datang ke Southampton.
Para pemain polesan Soton laku keras. Musim 2014/15 para pemain sperti Rickie Lambert, Luke Shaw, Adam Lallana, Calum Chambers, Dejan Lovren dibeli mahal oleh tim-tim besar seperti Liverpool, Arsenal, maupun MU. Begitu pula beberapa musim berikutnya, giliran Nathaniel Clyne, Morgan Schneiderlin, Sadio Mane, Virgil Van Dijk, maupun Dusan Tadic.
Akademi Liverpool
Ada juga julukan lain yang melekat berkat kecerdasan “Southampton Mart”, yakni sebagai “Akademi Liverpool”. Hal itu melekat karena saking banyaknya para orbitan Soton yang dibeli oleh Liverpool.
Sebut saja Rickie Lambert, Adam Lallana, Dejan Lovren, Nathaniel Clyne, Virgil Van Dijk hingga Sadio Mane. Tak dipungkiri di dalam perkembangan performa Liverpool, juga terselip andil dari para pemain tersebut.
Peter Crouch → Liverpool
— bet365 (@bet365) November 26, 2021
Rickie Lambert → Liverpool
Adam Lallana → Liverpool
Dejan Lovren → Liverpool
Nathaniel Clyne → Liverpool
Sadio Mané → Liverpool
Virgil van Dijk → Liverpool
Southampton ← Danny Ings
Some of the transfers between Liverpool and Southampton.#LIVSOU pic.twitter.com/SUiNyYWCEq
Simbiosis mutualisme tentang hubungan mesra Liverpool dan Soton itu juga menguntungkan pihak Soton. Selain cuan, mereka juga sempat mendapat manfaat ketika mereka mudah meminjam para pemain Liverpool. Seperti apa yang terjadi pada peminjaman Danny Ings maupun Takumi Minamino.
Era Pelatih Asing Southampton
Selain itu, selama ini Southampton selalu menunjuk pelatih dari luar Inggris, termasuk sebelum era Hasenhuttl yakni Mauricio Pellegrino. Meski Pellegrino gagal dan dipecat, paling tidak jejak para pelatih non Inggris sempat mewarnai perkembangan Soton sejak promosi 2012 lalu.
The Mauricio Pellegrino era is over at Southampton. pic.twitter.com/VMRznZH8ci
— B/R Football (@brfootball) March 12, 2018
Termasuk sampai pada penunjukan bekas pelatih RB Leipzig asal Austria, Ralph Hasenhuttl pada Desember 2018. Memang harus diakui sejak pelatih asal Austria itu menginjakan kakinya di St Mary’s Stadium, The Saints malah jadi melempem. Soton hanya tim medioker biasa yang tak mampu finish di 10 besar Liga Inggris lagi.
Tak hanya penurunan kualitas permainan, dalam hal mencetak pemain potensial pun Soton mengalami penurunan. Tak ada lagi para pemain Soton yang dibeli mahal oleh klub-klub besar. Lalu kenapa bisa seperti itu?
Kepemilikan Soton
Soton berubah kepemilikan dan struktur manajemen sejak mayoritas sahamnya diakuisisi oleh perusahaan Tiongkok milik Gao Jisheng sejak 2019 silam. Hal tersebut ternyata mempengaruhi kebijakan Soton.
Southampton owner Gao Jisheng has arrived at The Vitality stadium for this afternoon’s game against Bournemouth #Saintsfc #BOUSOU pic.twitter.com/9m8uz4G4NM
— BBC Radio Solent Sport (@solentsport) December 3, 2017
Taipan Cina tersebut tak seglamor yang diharapkan. Awalnya pemilik Cina tersebut diharapkan jor-joran dengan uang yang dimilikinya. Namun apa yang terjadi? Hanya pemain macam Moussa Djenepo, Che Adams, Mohammed Salisu, Ibrahima Diallo, Romain Perraud, maupun Lyanco yang datang.
Harap dimaklumi juga alasan pemilik Cina tersebut. Pandemi virus corona yang melanda sempat memunculkan krisis di internal tim. Alhasil di 2022, ia langsung melepas kepemilikannya kepada Sports Republic lewat taipan Serbia bernama Dragan Solak.
A new era begins at Southampton 😇
— Optus Sport (@OptusSport) January 5, 2022
The Saints confirm a consortium back by Serbian media mogul Dragan Solak purchased an 80 percent stake in the club.
Sport Republic are reportedly interested in purchasing more clubs in a similar model to Man City and RB Leipzig.#OptusSport pic.twitter.com/erUzPGQlbH
Kebijakan Transfer Musim Ini
Musim ini bersama Sports Republic adalah awal perjalanan yang baru bagi The Saints. Mereka tak mau lagi dong mengulangi kesalahan yang sama dengan pemilik Cina.
Lagipula harapan akan kebangkitan kembali Soton pun seketika menyeruak, ketika pemilik menunjuk mantan scouting Brentford yang dikenal sukses dengan sistem “Moneyball”-nya yakni Rasmus Ankersen.
Namun hasilnya ternyata sama saja. Malah sang pelatih yang tak setuju bila Soton jor-joran membeli banyak pemain. Hasenhuttl memilih memanfaatkan pemain yang ada yang sudah ia bangun.
Rem Hasenhuttl itu tak mempan. Soton di bawah Sports Republic banyak mengeluarkan biaya untuk transfer musim ini. Total 63 juta euro atau hampir Rp1 triliun mereka belanjakan.
Southampton have spent a reported £44.6m so far in this transfer window.
— Saints Analysis (@saints_analysis) July 9, 2022
Given that there have not been any sales so far, this is currently the biggest net spend in their history in one window.
Sport Republic loosening those purse strings!💰👀 #SaintsFC pic.twitter.com/AJNjrhemxy
Lebih dari sepuluh pemain datang ke St Marys. Tapi pemain yang didatangkan seperti Armel Bella-Kotchap, Gavin Bazunu, Duje Caleta-Car, Carlos Alcaraz, Joe Aribo, Mislav Orsic, maupun Kamaldeen Sulemana. Pemain-pemain tersebut bukanlah pemain bintang atau yang harganya mahal.
Barangkali manajemen Soton ingin seperti era Pochettino dan Koeman. Membeli pemain yang entah dengan harga yang tidak terlalu tinggi, tapi nanti bisa dipoles dan akhirnya menghasilkan cuan.
Pemecatan Hasenhuttl
Namun apa yang terjadi? Perbedaan keinginan dari sang pelatih dan manajemen itu berbuah kekacauan. Sang pelatih malah kesusahan dan menanggung beban berat menggunakan para pemain baru yang seabrek itu.
Alhasil ketika Soton melemah dan secara hasil tak memuaskan dengan materi seabrek itu, Hasenhuttl malah jadi tumbalnya. Ia dibebastugaskan pada November 2022 dari jabatan pelatih bersama seluruh gerbong stafnya.
Southampton sack Hassenhuttl after horrendous loss to Newcastle https://t.co/MD2cooav8v pic.twitter.com/A7QuREXppx
— Footballnus (@footballnus) November 7, 2022
Pemecatan itu ternyata tak membuahkan hasil yang positif. Yang ada malah Soton tambah terpuruk ketika yang ditunjuk malah pelatih lokal, Nathan Jones. Sampai-sampai manajemen akhirnya muak dengan Nathan Jones dan kembali lagi menunjuk pelatih asing yakni Ruben Sales. Akan tetapi, semua itu sudah terlambat.
🚨🔴 𝐎𝐅𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋: Nathan Jones has sacked by Southampton following the 2-1 loss to Wolves yesterday.
— EuroFoot (@eurofootcom) February 12, 2023
Rubén Sellés will take charge of training and prepare the team for the upcoming game vs Chelsea. pic.twitter.com/jOCOMGypWT
Soton sudah lama terjerumus ke lubang degradasi. Dan nahas, akhirnya mereka tak terselamatkan dan benar-benar terdegradasi musim ini. Sampai jumpa lagi Soton di Liga Inggris. Kami rindu kamu yang dulu.
Sumber Referensi : forbes, goal, transfermarkt, dailyecho