Punahnya Pemain Nomor 10 di Sepak Bola Modern

spot_img

Dalam dunia sepak bola, pemain bernomor punggung 10 selalu menjadi yang istimewa. Bahkan, tak jarang mereka ditakuti oleh lawan karena perannya yang signifikan.

Sayangnya, di dunia sepak bola modern, pemain nomor 10 seolah pelan-pelan tergerus oleh zaman. Padahal dulu, pemain nomor 10 ini juga punya peran penting dalam melakukan penyerangan. Jadi, apa yang sebenarnya membuat pemain nomor 10 lama kelamaan seolah punah?

Sejarah Perjalanan “The Classic Number 10”

Mari kita mulai dengan sejarahnya terlebih dahulu. Pemain bernomor 10 adalah pemain yang cukup menarik dalam sejarah persepakbolaan. Awal mula dikenalnya istilah pemain nomor 10 adalah pada saat tahun 80-an ketika Argentina asuhan Carlos Bilardo memasang si “Tangan Tuhan” Diego Maradona dalam peran tersebut di kejuaraan Piala Dunia tahun 1986 di Meksiko.

Ia yang mengenakan nomor punggung 10 berhasil menyihir penonton dengan performa apik bersama argentina. Karena itu pulalah akhirnya Maradona pun dapat mengantarkan Albiceleste keluar sebagai juara dalam ajang empat tahunan itu.

Setelah memasuki era 90-an hingga awal 2000-an pemain nomor 10 makin populer, terutama di kompetisi tertinggi Italia, Serie A. Nama-nama beken seperti Roberto Baggio, Zinedine Zidane, Del Piero, dan juga Totti adalah contohnya.

Trequartista, begitu para penikmat kompetisi Serie A Italia menyebutnya. Jika kalian tergolong penonton Serie A lawas tentunya tidak asing dengan istilah tersebut.

Secara harfiah trequartista memiliki arti tiga-perempat. Hal ini berarti bahwa pemain yang disebut trequartista berada di tiga-perempat lapangan jika diukur garis gawangnya, berada di antara pemain tengah dan penyerang.

Trequartista disematkan kepada pemain yang memiliki skill dan visi bermain di atas rata-rata. Tak jarang mereka juga memiliki naluri mencetak gol jika dibutuhkan. Jadi wajar saja kalau mereka sangat dikagumi oleh jagat sepak bola Italia.

Namun, “The Classic Number 10” di Italia mulai tergerus zaman ketika memasuki pertengahan musim 2012. Ketika itu Del Piero memutuskan untuk meninggalkan kompetisi yang membesarkan namanya dan memilih untuk bermain di Liga Australia bersama Sydney FC.

Setelah era itulah, jumlah pemain bertipikal nomor 10 mulai jauh berkurang. Peristiwa ini sekaligus menjadi pertanda bahwa pemain bernomor 10 sejati mulai tak terpakai, dan masa jayanya sudah mulai habis.

Pola Permainan yang Sudah Berubah

Seiring pesatnya perkembangan permainan sepak bola, pemain nomor 10 sejati mulai tersisih. Apalagi sekarang sepak bola modern dimainkan dengan tempo yang sangat tinggi, mengandalkan perpindahan bola yang cepat, dan pola permainan dengan pressing-pressing tinggi pun seakan tak pernah lepas dari sepak bola. Sangat bertolak belakang dengan sepak bola dulu yang cenderung memainkan tempo lebih lambat daripada sepak bola modern.

Nomor 10 secara historis adalah pemain yang lamban, dan karena itu ia membutuhkan support dari rekan-rekan satu timnya yang lebih kuat. Pemain nomor 10 terkadang asik dengan dunianya sendiri, sedikit menahan bola untuk memberi ruang pada pemain lain.

Dalam sepak bola modern semua pemain juga dituntut memiliki teknik passing yang bagus. Bahkan untuk membantu serangan, seorang penjaga gawang modern harus bisa memiliki kemampuan mengumpan yang sama baiknya dengan pemain berposisi lain. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya penjaga gawang yang pandai memainkan bola seperti Ederson di Manchester City, dan Manuel Neuer di Bayern Munchen.

Jadi soal memberikan supply bola ke lini depan bukan lagi tugas pemain nomor 10 saja, melainkan sudah menjadi tugas seluruh anggota tim.

Berevolusi atau Tersingkir

Memasuki era sepak bola modern pemain bernomor 10 pun mau tak mau harus menyesuaikan skema permainan sepak bola modern, sehingga para pemain yang bertipikal nomor 10 murni harus pandai beradaptasi demi menyelamatkan karir persepakbolaan mereka.

Dalam era sepak bola modern posisi pemain nomor 10 mulai berevolusi menyesuaikan dengan kemampuan dan skema permainan klub, seperti yang ditunjukan oleh Mesut Ozil di Real Madrid. Ia lebih bermain ke samping guna melancarkan cut-back atau langsung mengirimkan umpan silang ke lini depan Real Madrid. Posisi baru pemain nomor 10 ini bisa disebut “The Outright Assister”.

Lain halnya yang dilakukan oleh Dele Alli. Ia sejatinya adalah gelandang serang murni, tapi di Tottenham ia cenderung memiliki ambiguitas dalam gaya bermain, karena ia kerap diposisikan agak ke depan hampir sejajar dengan striker.

Ada juga sosok Andrea Pirlo, setelah ia diboyong oleh Milan dari rival abadinya Inter. Ia disulap dari yang tadinya berposisi sebagai gelandang nomor 10 menjadi gelandang yang cenderung bertahan atau biasa disebut defensive midfielder. Posisi yang menggantikan peran dari pemain nomor 10 di sepak bola modern.

Tentu saja ada pemain yang tak berevolusi, namun resikonya adalah kariernya menurun. Fenomena ini bisa kita lihat dari sosok James Rodriguez. James adalah salah satu gelandang bernomor sepuluh terbaik dari benua Amerika. Pemain ini sempat naik daun ketika tampil apik bersama Colombia di ajang Piala Dunia 2014 Brazil, yang akhirnya membawanya ke Real Madrid.

James Rodriguez adalah seorang trequartista brilian di Real Madrid pada era kepelatihan Carlo Ancelotti di musim 2014/2015. Bahkan ia mampu meraih gelar gelandang terbaik di La Liga pada musim tersebut, dengan torehan 14 gol dan 15 assist.

Setelah kepergian Ancelotti dari Madrid, ia sempat bermain di tim semenjana Everton mengikuti jejak sang pelatih, Carlo Ancelotti. Ironisnya, Ancelotti justru tak lama di Inggris. James pun tak masuk skema permainan ketika kursi kepelatihan berganti ke Rafa Benitez. Rafa sering mengandalkan gelandang bertipikal nomor 8 seperti Allen dan Doucoure, ketimbang Trequartista sepertinya.

Sekarang, karirnya meredup dan ia terdampar di Qatar bersama klub Al Rayyan.

Posisi yang Tak Lagi Diistimewakan

Sepak bola modern dengan formasi barunya menyebabkan peran dari gelandang nomor 10 kurang dilirik oleh para juru taktik. Mereka mulai mengandalkan permainan gelandang bertipe box-to-box, yang bergerak naik turun selama 90 menit, dengan etos kerja dan stamina yang tinggi.

Pemain nomor 10 yang identik dengan kemalasannya dalam urusan bertahan membuat mereka tak lagi diistimewakan.

Manajer top sekaliber Jose Mourinho, Jurgen Klopp, dan Antonio Conte lebih menggemari gelandang pekerja keras khas box-to-box yang dapat diandalkan untuk menyerang dan bertahan sama baiknya.

Sosok gelandang dengan peran box-to-box midfielder biasanya memiliki kemampuan mumpuni dalam hal stamina bermain, mengontrol bola, melakukan tekel, dan melakukan tembakan ke gawang.

Ciri dari gelandang box-to-box adalah ia memiliki transisi dari bertahan ke menyerang yang baik. Ia akan berusaha merebut bola dan dengan cepat langsung terlibat dalam membangun serangan balik.

Begitulah nasib si “Classic Number 10” di sepak bola modern. Sejatinya posisi nomor 10 tetaplah eksis di persepakbolaan jaman sekarang. Namun, perannya sedikit berevolusi sesuai dengan kebutuhan tim mereka.

Bagi pemain nomor 10 yang tak mau beradaptasi, tunggu saja waktunya tergerus oleh cepatnya perkembangan sepak bola modern. Karena pada akhirnya mereka akan digantikan oleh pemain tengah pekerja keras yang bisa diandalkan dalam berbagai kondisi.

Sumber: Sportskeeda, Thefootballtimes, Ligaliga, Tribunnews, Kompas

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru