Penduduknya Kalah Banyak dari Jaksel, Tapi Bahrain Konsisten di Asia

spot_img

Laga tandang melawan Bahrain akan dijalani oleh anak asuh Shin Tae-yong dengan penuh optimis. Pasalnya, kekuatan Bahrain dianggap cukup lemah jika dibandingkan dengan skuad Timnas senior saat ini. Terlebih hasil buruk Bahrain atas Jepang semakin memperlihatkan bahwa Bahrain tidaklah istimewa.

Lantas, apakah anggapan itu benar? Sebetulnya, anggapan bahwa sepak bola Bahrain tak ada apa-apanya tak sepenuhnya benar. Loh, kenapa bisa begitu? Pengen tahu kenapa bisa begitu? Mari kita coba bahas saja seperti apa sepak bola di Bahrain.

 

Bukan Negara Kuat, Tapi Konsisten

Memang betul Bahrain bukan negara sepak bola yang kuat. Sepak bola mereka pun tak istimewa-istimewa amat. Tapi satu hal yang perlu diapresiasi dari Bahrain adalah konsistensinya. Mereka memang bukan yang terbaik, tapi mereka bisa konsisten tampil di level atas sepak bola Asia.

Sepak bola Bahrain tergolong sangat cupu sebelum masuk tahun 2000. Sejak mendapatkan kemerdekaan penuh dari Inggris pada tahun 1971, Bahrain hanya mampu sekali tembus ke Piala Asia pada 1988. Sisanya mereka gagal lolos. Baik karena cuma jadi bulan-bulanan di fase kualifikasi, ataupun mundur karena tahu diri.

Namun, semua kemediokeran Bahrain itu seketika terkikis kala dunia mulai memasuki abad baru. Cahaya cerah sepak bola Bahrain ditandai dengan keberhasilan mereka dua kali mengalahkan tetangga kuat, Iran. Pertama, pada kualifikasi Piala Asia 2000. Gol tunggal Mohamed Ahmed Salmeen menjadikan Bahrain satu-satunya negara yang berhasil mengalahkan Iran di Grup 2. Meski pada akhirnya mereka tidak lolos.

Pada kesempatan kedua, Iran kembali takluk dari tetangga kecilnya ini. Kali ini kekalahannya cukup menyakitkan karena membuat mereka gagal lolos ke Piala Dunia 2002. Andai kata tak kalah 3-1 dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2002, Iran akan finish di puncak klasemen Grup A dan lolos otomatis ke Piala Dunia. Sialnya lagi di fase play off Iran malah kalah dari Irlandia.

Dua kemenangan tadi menjadi titik balik performa Bahrain. Pada turnamen mayor setelahnya, mereka tampil menggila di Piala Asia 2004. Tak ada yang menyangka mereka bisa tembus hingga semifinal. Andai saja keunggulan Bahrain 3-2 di menit 85 tak disamakan oleh Yuji Nakazawa, pastinya Bahrain yang tampil di final.

Di laga semifinal ini, Bahrain pada akhirnya kalah 3-4 setelah babak perpanjangan waktu. Sialnya lagi, di perebutan juara ketiga mereka malah harus bertemu Iran. Alhasil, mereka cuma jadi ajang balas dendam Iran sehingga kalah 4-2. Namun, performa gemilang ini akhirnya dihadiahi penghargaan FIFA’s Most Improved Team 2004.

Setelah kegemilangan mereka pada edisi ini, Bahrain selalu lolos pada edisi-edisi setelahnya, termasuk pada Piala Asia 2027 nanti. Meskipun paling jauh mereka hanya sampai di babak 16 besar, yakni pada edisi 2019 dan 2023.

Sementara di ajang Piala Dunia, mereka bisa dibilang lumayan. Meskipun belum pernah lolos hingga Piala Dunia, mereka pernah dua kali hanya berjarak selangkah dari Piala Dunia. Pada edisi 2006, mereka kalah di kualifikasi terakhir melawan Trinidad & Tobago. Empat tahun berselang, mereka kalah lagi di babak yang sama. Kali ini dari Selandia Baru. 

 

Rival Berat Qatar

Untuk level regional, prestasi Bahrain di Asia Barat tergolong oke. Pada tiga edisi WAFF Cup terakhir, Bahrain selalu lolos hingga babak semifinal. Pada edisi terakhir yang digelar tahun 2019, Bahrain malah keluar sebagai juara. Mereka berhasil menang tipis 1-0 dari tuan rumah, Iraq, di Karbala International Stadium.

Hal serupa pun terjadi di ajang Gulf Cup. Bahrain juga selalu lolos ke babak semifinal pada tiga edisi Gulf Cup terakhir. Pun serupa dengan WAFF Cup, mereka juga keluar sebagai juara setelah menang 1-0 di final. Bedanya, lawan yang Bahrain taklukkan adalah Arab Saudi dan venue pertandingan digelar di Qatar.

Fakta bahwa gelar tersebut diraih di Qatar juga menjadi hal yang spesial. Pasalnya, Qatar adalah rival terbesar Bahrain. Rivalitas keduanya sebenarnya terjadi dalam urusan politik dan memang sudah berlangsung sangat lama. Namun, pada akhirnya merembet pula ke lapangan hijau. Menurut data 11v11, sejak tahun 2004, Bahrain hanya baru menelan sekali kekalahan dari 18 laga melawan Qatar.

 

Tak Hanya Konsisten di Level Negara, Tapi juga di Level Klub

Tak hanya di level negara, klub-klub Bahrain pun konsisten tampil di kompetisi Asia. Pada musim 2024/25 ini, mereka berhak mengirimkan dua wakilnya di kompetisi AFC Champions League 2 atau yang dulu dikenal sebagai AFC Cup. Karena seringnya mengirim wakil di Asia, peringkat Liga Bahrain pun lumayan. Untuk tahun 2024, Liga Bahrain bercokol di posisi 16 alias 11 tingkat di atas Liga Indonesia.

Pun keberadaan klub Bahrain di Asia juga bukan sekadar sebagai tim numpang lewat. Raja Liga Bahrain, Al-Muharraq, sudah tiga kali masuk final sejak era AFC Cup digelar pada 2004. Dari tiga kesempatan tersebut, Al-Muharraq berhasil menjadi kampiun di edisi 2008 dan 2021. Sementara, klub ini masih menjadi runner-up klub pengoleksi gelar AFC Champions League terbanyak bersama klub Yordania, Al-Faisaly, yang juga mengoleksi 2 gelar.

 

Kompetisi Lokal yang Rapi

Kehebatan Al-Muharraq ini ditopang dari adanya kompetisi lokal yang rapi dan konsisten. Dengan total penduduk tak sampai 1,5 juta orang dan luas wilayah tak lebih dari 800 kilometer persegi, Bahrain memiliki total 24 klub yang terbagi dalam dua kompetisi. Tiap kompetisi berisi 12 klub. Siapa klub yang merajai kompetisi ini? Jawabannya sudah jelas, Al-Muharraq. Hingga 2024, klub ini sudah mengantongi 34 gelar liga yang terakhir diraih pada 2018.

Yang tak kalah unik, dari total 24 tim ini, Bahrain hanya memiliki empat stadion. Mayoritas laga di kompetisi Liga Bahrain digelar di stadion utama mereka, Bahrain International Stadium. Stadion yang terletak di Kota Riffa ini juga merupakan markas dari Timnas Bahrain. Pada laga melawan Timnas Indonesia tanggal 10 Oktober 2024 nanti, bakal digelar di tempat ini.

Sementara itu tiga stadion lainnya antara lain: Khalifa Sport City Stadium dengan kapasitas 15 ribu orang di Isa Town, markas Al-Ahli Stadium dengan kapasitas 10 ribu orang di Manama, dan Al-Muharraq Stadium dengan kapasitas 20 ribu orang di Arad. Untuk dua stadion terakhir, sesuai dengan namanya, keduanya merupakan milik Al-Ahli Club dan Al-Muharraq.

Mengingat fakta bahwa penduduknya bahkan kalah jauh dari Jakarta Selatan dan luas wilayah yang juga mirip dengan Singapura, sepak bola Bahrain tergolong sangat oke. Mereka bisa menggelar liga yang tak sekadar jalan, tapi juga berprestasi. Hasilnya, pemain-pemain Bahrain memiliki jam terbang yang cukup sehingga Timnas Bahrain pun mendapat manfaatnya. Sebab, konsistensi Bahrain di Asia tak bisa dilepaskan dari peran liga lokal mereka.

 

Sumber: RSSSF, 11v11, Transfermarkt, Footyrank, dan FIFA

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru