Pemain Ini Buktikan Bahwa Tak Ada Kata Terlambat Untuk Meraih Mimpi

spot_img

Di tengah dunia yang terobsesi akan kesuksesan di usia muda, nyatanya ada sebagian orang justru meraih puncak karir di usia lanjut. Dan itu jadi suatu hal yang harusnya tetap bisa disyukuri karena setiap orang punya waktunya sendiri-sendiri. Hal serupa juga terjadi di sepakbola. 

Kalian pasti masih ingat pelatih kawakan asal Jerman, Jupp Heynckes baru meraih treble winner bersama Bayern Munchen di usia 68 tahun dan memutuskan pensiun tak lama dari itu. So, buat kalian yang sedang merasa “terlambat” di usia sekarang, berikut adalah pemain-pemain idola kalian yang membuktikan kalau tak ada kata terlambat dalam meraih mimpi di dunia sepakbola.

Jamie Vardy

Pemain pertama adalah Jamie Vardy yang baru menjuarai Liga Inggris di usia 29 tahun. Jalannya menuju prestasi itu sangat berat. Mimpinya untuk menjadi pesepakbola profesional bahkan sempat dipatahkan oleh Sheffield Wednesday yang dulu mencampakkannya. 

https://twitter.com/FootballFunnnys/status/1393899007924129793

Penolakan itu membuat Vardy putus asa. Di masa-masa sulitnya itu, ia memutuskan untuk menjauh dari sepakbola. Vardy bahkan memutuskan untuk menjadi buruh pabrik untuk mendapatkan uang.

Di pabrik lah Vardy mendapat motivasi dari teman-temannya. Mereka tahu betul kalau Vardy memiliki potensi, jadi teman-temannya mendukung Vardy untuk kembali merumput. Setelah dipertimbangkan dengan matang, akhirnya Vardy memutuskan untuk kembali berkarir di dunia sepakbola. Ia memulainya dari klub-klub amatir seperti Stockbridge hingga Fleetwood.

Barulah pada tahun 2012, ia diboyong Leicester City yang kala itu masih berlaga di Championship. Dari situlah karir dan permainan Vardy kian membaik. Ia bahkan membantu Leicester menembus Premier League pada tahun 2014. Puncak pencapaian Vardy terjadi pada musim 2015/16 saat ia jadi bagian penting The Foxes yang menjuarai Liga Inggris. Mimpi yang sempat layu kembali mekar bersama Leicester.

Lionel Messi

Berbeda dengan Jamie Vardy, Lionel Messi membangun karir profesionalnya bersama klub raksasa Spanyol, Barcelona. Beberapa gelar bergengsi pun telah ia raih bersama klub asal Catalan tersebut. 

https://twitter.com/FCB_Argentine/status/1715065142692524442

Namun, mimpi Messi bukan hanya untuk sukses di level klub saja. Melainkan juga membawa negaranya berprestasi di kancah internasional. Meraih trofi bersama tim nasional mungkin jadi mimpi bagi semua pemain di dunia ini. Tapi, pemain terbaik macam Messi memiliki urgensi yang berbeda dari pemain-pemain lain.

Ia memiliki tekanan yang lebih besar dari pemain-pemain lain untuk menjuarai Piala Dunia. La Pulga pun berusaha untuk mewujudkan itu. Trofi yang mungkin membuatnya bisa menamatkan permainan ini. Tahun 2014, Messi hampir mewujudkannya. Sayang, Argentina kalah 1-0 dari Jerman di final. 

Sempat ingin pensiun dari timnas, Messi kembali ke Piala Dunia 2022. Usianya sudah tak muda lagi, tapi setidaknya ia tetap mencoba. Dan akhirnya perjuangannya tak sia-sia. Trofi Piala Dunia 2022 jadi milik Messi. Ia menamatkan sepakbola di usia 35 tahun.

Karim Benzema

Selanjutnya ada Karim Benzema. Terlahir di generasi yang sama dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, Benzy kesulitan mengungguli dua pemain tersebut. Trofinya bersama Real Madrid memang tak bisa diremehkan. Namun, pencapaiannya dirasa kurang lengkap karena dirinya tak pernah dihargai sebagai individu.

https://twitter.com/ittihad_en/status/1714263827355664398

Nah, Ballon d’Or jadi salah satu target yang belum tercapai saat itu. Karena Benzema selalu berada di balik bayang-bayang Ronaldo dan Messi. Bahkan untuk masuk nominasi tiga besar pun kesulitan karena masih ada pemain-pemain yang lebih hebat darinya. Tapi momen yang ditunggu-tunggu Benzema terjadi di tahun 2022. 

Ronaldo dan Messi tengah mengalami musim yang sulit di klub barunya. Sementara itu, Benzy kian moncer bersama El Real. Ia mencetak 44 gol dari 46 pertandingan di semua kompetisi musim 2021/22. Ia juga mengawinkan trofi La Liga dan Liga Champions di musim tersebut. Berkat rangkaian pencapaiannya itu, Benzy akhirnya meraih Ballon d’Or di usia 34 tahun.

Edwin Van Der Sar

Edwin Van der Sar memang dikenal sebagai salah satu penjaga gawang terbaik Timnas Belanda dan Manchester United. Namun, karirnya tak semulus yang dibayangkan. Ia bahkan sempat terbuang ke Fulham, sebelum akhirnya kariernya bangkit di Manchester United saat usianya sudah menginjak 34 tahun.

Meski sudah tak muda lagi, performanya di Manchester United terus membaik. Dia membantu klub memenangkan berbagai trofi bergengsi, termasuk satu trofi Liga Champions musim 2007/08. Meski begitu, Van der Sar belum pernah memenangkan penghargaan penjaga gawang terbaik di Liga Inggris. Padahal ia sudah berkarir di Inggris sejak tahun 2001.

Ia baru mendapatkannya delapan tahun kemudian. Selain membantu Setan Merah menjuarai Liga Inggris musim 2008/09, Van der Sar mencatatkan 21 clean sheet musim tersebut. Ia bahkan memiliki rekor tak kebobolan selama 1.311 menit. Pencapaian itulah yang membuatnya memenangkan Golden Gloves Liga Inggris di usia 39 tahun.

Javier Mascherano

Satu lagi pemain Argentina yang memiliki kisah inspiratif adalah Javier Mascherano. Mantan pemain West Ham United ini adalah gelandang bertahan yang rela bekerja lebih keras demi memberikan kenyamanan bagi pemain belakang. Maka dari itu, puluhan gol bukan fasilitas yang selalu ia tawarkan.

https://twitter.com/433/status/1504447039828074498

Mascherano memang pemain yang jarang mencetak gol di mana pun ia bermain. Mungkin yang paling jarang adalah saat bermain untuk Barcelona. Tim Catalan itu jadi klub yang paling lama dibela oleh Mascherano. Total ia menghabiskan delapan tahun karirnya di La Blaugrana. Tapi, ia hanya menyarangkan bola ke gawang lawan sebanyak satu kali.

Usut punya usut, itu karena perubahan posisi bermain ketika di Barca. Di Barca, Mascherano lebih sering digunakan sebagai bek tengah. Yang menarik, gol pertama dan terakhirnya di Barca itu dicetak pada pertandingan ke-317. Mascherano mengajarkan kita bahwa tak ada kata terlambat untuk mencetak gol debut untuk klub.

Fabio Quagliarella

Fabio Quagliarella mencuri perhatian pecinta sepak bola kala dirinya terpilih sebagai top skor Serie A musim 2018/2019. Kala itu, pemain yang kini berstatus tanpa klub itu masih membela Sampdoria dan mencetak 26 gol. Catatan itu bahkan mengungguli Cristiano Ronaldo yang saat itu berseragam Juventus. Yang lebih mengejutkan, ia mendapat gelar tersebut di usia 36 tahun.

Raihan tersebut jadi titik balik karir Quagliarella, karena dulu ia merupakan striker muda potensial yang dianggap gagal menunjukan kemampuan sesungguhnya. Sebelum Sampdoria, penampilannya tak begitu mencolok saat membela Napoli, Juventus, dan Torino. Selama itu pula, ia tak pernah dipanggil Timnas Italia.

Berkat penampilan luar biasanya itu, tahun 2019, Quagliarella kembali dipanggil tim nasional Italia dalam ajang Kualifikasi EURO 2020. Sayangnya, ia tak tergabung dalam skuad Italia yang menjuarai kompetisi tersebut. Meski begitu, ia masih tetap menjadi andalan Sampdoria hingga akhir musim 2022/23.

Pascal Gross

Terakhir ada Pascal Gross. Ketika Eden Hazard sudah memutuskan untuk pensiun dari sepakbola di usia 32 tahun, pemain tengah Brighton itu justru baru mencatatkan debut di tim nasional Jerman di usia yang sama. Ia mencatatkan debutnya di laga kontra Jepang awal September lalu.

Ini jadi penantian panjang bagi Gross, mengingat dirinya sudah tampil apik sejak membela  FC Ingolstadt. Gross jadi bagian penting Ingolstadt promosi ke Bundesliga. Setelah itu, ia juga masih mempertahankan performanya ketika bermain di Brighton. Ia harus menanti gelandang-gelandang macam Mesut Ozil dan Toni Kroos pensiun dulu baru dapet jatah di skuad Der Panzer.

Sumber: Sportskeeda, Bundesliga, FC Barcelona

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru