Pelatih Belanda yang Lebih Baik dari Patrick Kluivert buat Timnas Indonesia

spot_img

Taruhlah kamu sudah menonton video Starting Eleven sebelumnya. Silakan simpulkan sendiri, apakah Patrick Kluivert pelatih yang cocok dengan Timnas Indonesia atau tidak. Namun jangan benturkan dengan bilang, “Pak Erick sudah berpengalaman, dia memilih pelatih dengan pertimbangan yang matang.”

No. Kita mesti melihat bagaimana curriculum vitae yang dimiliki Patrick Kluivert. Dari segi pengalaman, Kluivert punya. Di Ajax dan Barcelona saat bermain, menjadi salah satu penyerang yang disayang. Pengalaman melatih, tentu ayah Justin Kluivert ini juga punya.

Hanya saja dari segi prestasi, Patrick Kluivert tidak lebih baik dari, maaf, Simon McMenemy. Cek aja di situs Transfermarkt. Seburuk-buruk McMenemy, ia punya satu trofi, walaupun itu cuma Liga Indonesia. Kluivert dibandingkan McMenemy saja kalah, apalagi diadu sama pelatih Belanda berikut ini, yang bisa saja lebih baik buat Timnas Indonesia. Siapa mereka?

Phillip Cocu

Bagi fans Barcelona sejak 1998, pasti mengenal sosok Phillip Cocu. Cocu pernah berseragam Blaugrana dari tahun 1998 hingga 2004. Selama berseragam Blaugrana, Cocu tidak hanya bermain 205 kali dan mencetak 31 gol, tapi setidaknya turut membawa Barcelona juara La Liga pada musim 1998/99.

Selama bermain Cocu lebih sering berada di Liga Belanda. AZ Alkmaar, Vitesse, dan PSV pernah dibelanya. Tak aneh jika kemudian, ketika memutuskan berpindah pekerjaan menjadi pelatih, Cocu memulai karier juga dari Belanda. Tahun 2008, Cocu pulang ke Belanda setelah pensiun dari klub Al-Jazira.

Ia langsung menjadi asisten Bert van Marwijk. Nama yang tidak asing kalau kamu menonton Piala Dunia 2010. Di Timnas Belanda, selain mengasisteni Marwijk, ia juga mengasisteni Marco van Basten. Setelah dari Timnas Belanda, kariernya kemudian berlanjut di tim muda PSV. Sempat hanya jadi asisten dan karateker, Cocu akhirnya mengambil jabatan manajer PSV pada tahun 2013.

Nah, di PSV lah Cocu menoreh banyak prestasi. Tiga trofi Eredivisie, dua Piala Super Belanda, dan satu KNVB Beker menjadi bukti. Setelah dari PSV, Cocu melatih klub luar Belanda seperti Fenerbahce dan Derby County. Nah, di Derby ini namanya makin sering dibicarakan, termasuk perihal taktik. Cocu adalah pengagum 4-3-3.

Ia selalu memakai seorang gelandang terampil dan pemain sayap untuk menciptakan peluang. Strategi yang juga sering dipakai Timnas Indonesia. Hmm… jika diterapkan di Indonesia, gelandang terampil itu bisa saja Thom Haye atau Ivar Jenner.

Giovanni van Bronckhorst

Ingin pelatih yang orang Belanda tapi juga keturunan Indonesia? Ada Giovanni van Bronckhorst. Setelah dipecat Besiktas pada November 2024, Gio masih menganggur. Ihwal pengalaman bermain, Gio jelas tak kalah dari Kluivert. Hanya beda generasi saja. Jika kamu menonton Piala Dunia 2010, nah di situlah nama Gio ranum.

Ia belajar dari banyak pelatih top selama menjadi pemain. Di Barcelona belajar dari Frank Rijkaard. Saat di Arsenal berguru pada Arsene Wenger. Selama berseragam Rangers, Gio belajar dari Dick Advocaat. Sementara di Timnas Belanda, banyak ilmu didapatkan dari Bert van Marwijk.

Gio menapaki karier pelatih dari Feyenoord. Tidak menjadi pelatih utama, melainkan asisten Ronald Koeman. Coba bayangkan seberapa kaya pengetahuan sepak bola Gio. Setelah menjadi asisten Koeman dan Fred Rutten di Feyenoord selama kurang lebih empat tahun, Gio melatih tim U-21.

Menariknya, Gio cuma setahun di sana dan diangkat menjadi pelatih utama De Trots van Zuid pada tahun 2015. Nah, di sinilah ia meraih dua KNVB Beker dan dua Piala Super Belanda, plus satu gelar Eredivisie di musim 2015/16. Dari segi gaya bermain, Gio menyukai sepak bola menyerang.

Namun ia tidak akan memaksakan timnya bermain menyerang. Itulah kenapa ia cukup bagus dalam beradaptasi. Terbukti di Rangers dan Besiktas pun, Gio meraih trofi. Kalau melatih timnas, mungkin Gio tidak akan bermain menyerang.

Dari sisi pribadi, Gio orang yang ramah, tapi ia bisa menjadi seorang bos demi hasil di atas lapangan. Sosok seperti Dirk Kuyt saja pernah ia cadangkan saat melatih Feyenoord.

Mark van Bommel

Giovanni van Bronckhorst usianya masih 49 tahun, nah pelatih yang satu ini masih lebih muda lagi. Mark van Bommel usianya baru 47 tahun. Usia yang cukup muda untuk menangani Timnas Indonesia. Lho, apa hebatnya van Bommel? Masih hebatan Kluivert kali.

Woo ya ngawur kalau bilang begitu. Van Bommel setidaknya memiliki empat trofi sebagai pelatih. Ia sosok di balik treble domestik Royal Antwerp musim lalu. Bommel memulai kariernya sebagai pelatih di Timnas Belanda U-17. Namun saat itu ia hanya menjadi asisten Maarten Stekelenburg.

Hanya 11 pertandingan, ia lalu pindah ke Timnas Arab Saudi pada tahun 2015. Adalah Bert van Marwijk yang membawanya ke sana. Omong-omong, Andra van Marwijk, anak dari Bert adalah istrinya Van Bommel. Hubungan Bert dan Van Bommel pun intim. Van Bommel jadi orang kepercayaan Bert, tidak hanya di Arab Saudi namun juga saat melatih Timnas Australia pada tahun 2018.

Setelah mendapat ilmu dari mertua, sosok yang dikenal sebagai kapten kharismatik itu mengambil karier solo sebagai pelatih. Pelabuhan pertamanya PSV Eindhoven, tapi tidak cukup berhasil di sana. Van Bommel lalu melatih Wolfsburg. Walau juga tak mentereng. Namun sosoknya masih jadi primadona.

Setelah tak di Antwerp, Van Bommel pernah dilirik Ibra untuk menggantikan Stefano Pioli di AC Milan. Zlatan kagum dengan cara melatih Bommel di Antwerp dan ingin menerapkannya di AC Milan. Namun itu tidak terjadi.

Bommel yang saat ini nganggur sebenarnya cocok untuk melatih timnas. Karakternya yang mengedepankan kedisiplinan pas buat pemain timnas yang kadang-kadang tidak disiplin.

Erik ten Hag

Ya, ya, mungkin kamu kaget mendengar namanya. Tapi mohon maaf, Ten Hag emang bagus, kok. Level dia sebagai pelatih berkali-kali lipat di atas Patrick Kluivert. CV-nya jelas, mantan pelatih MU, orang Belanda pula. Pengalaman melatih orang Belanda? Jelas Ten Hag punya.

Bahkan melihat daftar pelatih dari Belanda yang tersedia saat ini, Ten Hag termasuk pelatih dengan nilai poin per pertandingan salah satu yang tertinggi (2,04). Pelatih berkepala licin ini juga berpengalaman dihajar oleh situasi sulit. Di Ajax pernah. Di Manchester United, jelas.

Menariknya, walaupun dipukul situasi-situasi sulit bin rumit, Ten Hag masih bisa membawakan trofi. Di Belanda, setidaknya tiga gelar Eredivisie direngkuh. Selama menukangi Setan Merah yang pesakitan itu pun, Ten Hag masih bisa membawakan dua trofi.

Dengan mengganti STY di tengah jalan, banyak yang bilang bahwa target Timnas Indonesia harus meningkat. Kita sudah tidak percaya lagi proses. Kita butuh trofi. Dan rasanya, sosok yang tepat buat itu adalah Ten Hag. Ia juga seorang yang berorientasi pada detail.

Dari gaya memimpin, Ten Hag juga tak kalah keras kepala dari STY. Bukan cuma keras kepala, tapi muka badak. Dikritik sana-sini, Ten Hag tak tumbang. Pokoknya jalan terus. Gimana? Cocok kan buat timnas?

Frank de Boer

Saat masih jadi pemilik Inter, Erick Thohir mengganti Roberto Mancini dengan Frank de Boer. Ujungnya, Inter menuju kegelapan. Lantas, kenapa kok Starting Eleven menyarankan De Boer? Saat melatih La Beneamata, kata De Boer, ia diwarisi skuad yang busuk. Ia juga tak diberi kebebasan dalam mengelola tim. Wajar kalau gagal.

Buktinya, di Ajax, De Boer sukses. Ia bahkan membawa De Godenzonen juara Eredivisie empat musim beruntun sejak 2011 hingga 2014. Di edisi keempat, De Boer melengkapinya dengan trofi Piala Super Belanda. Kesuksesan itu membuatnya digadang-gadang sebagai pelatih Belanda paling menjanjikan, walau karier De Boer akhirnya meredup.

Kelemahan De Boer adalah dia bukan komunikator yang baik. Hampir selalu ia berorientasi hanya pada kemenangan, sesuatu yang saat tidak disukai oleh pengagum sepak bola indah. Setiap ada masalah, solusi yang ia tawarkan praktis-praktis saja. Hm… senada dong dengan PSSI?

Well, itulah tadi para pelatih asal Belanda yang boleh jadi, lebih baik buat Indonesia daripada Patrick Kluivert. Selain nama-nama tadi, ada satu nama yang cocok lagi. Dia ada Pep Lijnders, mantan orang kepercayaan Jurgen Klopp. Nah kalau menurut football lovers gimana, nih?

Sumber: Squawka, TheAthletic, Bundesliga, EmpireTheKop, ESPN, TheAthletic, Goal

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru