Jepang telah menjelma menjadi kekuatan yang tak terelakkan dalam sepak bola. Sejak lolos ke Piala Dunia pertama kali pada 1998, Samurai Biru berhasil mengukir sejarah dengan tampil di setiap edisi Piala Dunia yang dihelat. Menjadikannya salah satu tim Asia yang tak pernah absen dari kompetisi terbesar sepak bola dunia.
Kesuksesan ini bukanlah kebetulan semata, melainkan buah proses panjang yang dipenuhi dengan disiplin, kerja keras, dan komitmen terhadap pengembangan sepak bola. Lantas, apa yang membuat Jepang selalu berhasil menjaga asa mereka di panggung dunia?
Daftar Isi
Kelahiran J-League
Sebelum menjadi negara sepakbola seperti sekarang, sepakbola Jepang berada di bawah bayang-bayang kekuatan negara tetangga seperti Korea Selatan dan Cina. Waktu itu, sepakbola Jepang dinilai tidak memiliki konsistensi dan infrastruktur untuk bersaing di level tertinggi sepakbola.
Namun, titik balik terjadi pada 1993 dengan berdirinya J-League, liga sepak bola profesional yang terinspirasi dari keberhasilan liga-liga Eropa. Kompetisi Jepang yang tadinya semi-profesional diubah menjadi profesional. Perusahaan-perusahaan yang tadinya berstatus sebagai pemilik klub, fungsinya diubah menjadi sponsor utama. J-League menyediakan wadah bagi pemain muda untuk berkembang dan menarik pelatih serta pemain berbakat asing.
Meskipun awalnya diragukan, mengingat masyarakat Jepang sangat menggilai olahraga baseball dan bukan sepak bola. Tapi dengan dukungan dana melimpah, klub Jepang berhasil menarik para pemain kelas Eropa yang memasuki akhir karinya untuk merumput di J-League. Beberapa nama terkenal seperti Zico dan Gary Lineker turut bermain di J-League. Tentu saja, cara ini berhasil meningkatkan animo masyarakat untuk lebih sering hadir memenuhi stadion.
Tak hanya itu, datangnya pemain level top Eropa sedikit banyak meningkatkan level pemain lokal. Dari segi kepelatihan, sebelum moncer bersama Arsenal, Arsene Wenger bahkan sudah menyulam kisah manis di J-League bersama Nagoya Grampus. Alhasil, animo publik Jepang terhadap sepakbola semakin membludak.
Pengembangan Pemain Muda
Walaupun para pemain Eropa berbondong-bondong datang, Jepang tak bergantung begitu saja pada mereka. Maka, selain menampung para pemain dan pelatih Eropa, Jepang juga mengembangkan pemain muda melalui sekolah-sekolah. Ada tiga tahap program pengembangan yang diterapkan JFA atau Federasi Sepak Bola Jepang. Dimulai dari 5-8 tahun, 9-12 tahun, dan 13-17 tahun sebelum naik level ke kelas senior.
Sistem pembinaan pemain yang dimulai dari grassroot serta gelontoran dana investasi untuk infrastruktur dan pengelolaan tim juga sangat mempengaruhi perkembangan sepakbola Jepang. Proyek ini di kemudian hari membawa hasil luar biasa bagi sepakbola Jepang.
Lolos Piala Dunia 1998
Tiada hasil yang mengkhianati usaha. Hasil kerja keras Asosiasi Sepakbola Jepang akhirnya terlihat. Pada tahun 1998, Jepang lolos ke Piala Dunia FIFA pertamanya, yang menandai momen bersejarah bagi negara tersebut. Tim yang dipimpin Hidetoshi Nakata dan Hiroshi Nanami ini berhasil menarik perhatian dunia sekaligus mengumumkan kehadiran Jepang di panggung dunia.
Bagi Samurai Biru, hal ini adalah pencapaian besar. Meskipun The Blue Samurai terseok-seok dan gagal ke fase gugur, tapi mereka menunjukkan kesiapan bersaing di level global. Terbukti, di edisi berikutnya, Samurai Biru memperbaiki prestasi dengan lolos ke 16 besar Piala Dunia 2002.
Tidak Pernah Absen Piala Dunia Sejak 1998
Dua edisi Piala Dunia, tahun 1998 dan 2002 tampaknya menjadi pijakan Jepang untuk melompat lebih tinggi. Benar saja, setelah dua edisi itu, Matahari Terbit selalu lolos ke Piala Dunia. Delapan edisi terakhir, termasuk 2026, Jepang tidak pernah gagal memastikan diri ke Piala Dunia.
Kualitas liga domestik yang terjaga, lalu berkembang menjadi liga terkuat di Asia adalah modal Jepang membentuk tim nasional yang kuat. Tidak hanya itu, infrastruktur sepak bola Jepang juga berkembang semakin baik. Belum lagi beberapa klub dari Jepang juga menjalin kemitraan dengan klub-klub Eropa. Hal ini makin memudahkan Jepang mengirim talenta ke Benua Biru.
Tak mengejutkan jika banyak pemain asal Jepang yang merumput di liga-liga top Eropa. Bagaimana mereka melakukan itu, selengkapnya kamu bisa menonton video Starting Eleven Story sebelumnya.
Tak hanya itu, kunci utama keberhasilan Samurai Biru di Piala Dunia adalah kemampuan mereka beradaptasi dengan gaya permainan dari berbagai negara. Jepang mampu menghadapi berbagai gaya permainan dari tim-tim besar seperti Brasil, Jerman, dan Spanyol. Kemampuan adaptif ini membuat Jepang kompetitif di berbagai ajang turnamen dunia, baik dalam hal teknik maupun taktik.
Klasemen sementara grup C round 3 kualifikasi Piala Dunia 2026.
🇯🇵Jepang menjadi tim pertama dari grup ini yang memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026.
Next match
🇮🇩Indonesia vs Bahrain🇧🇭
🇯🇵Jepang vs Arab Saudi🇸🇦
🇨🇳China vs Australia🇦🇺Semoga lawan Bahrain Indonesia bisa… pic.twitter.com/KEkxWX8OJE
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) March 23, 2025
Filosofi permainan Jepang juga dikenal dengan permainan kolektif yang cepat, terorganisir, dan penuh disiplin. Alih-alih mengandalkan individu, Jepang lebih memilih untuk bermain sebagai tim yang mengutamakan penguasaan bola dan pergerakan tanpa bola.
Lewat pendekatan itulah, Samurai Biru seringkali mampu mengatasi tim-tim dengan kemampuan individu yang lebih baik. Gaya permainan yang terorganisir ini juga membuat Jepang sulit untuk dikalahkan oleh tim-tim yang lebih besar dan lebih kuat.
Misi Jepang Juara Piala Dunia 2050
Harapan Jepang untuk selalu tampil apik di Piala Dunia terus dipupuk. Tak main-main, Negeri Sakura ini bahkan telah menargetkan negaranya untuk bisa meraih gelar juara ajang empat tahunan tersebut.
Untuk ke-8 kalinya secara berturut-turut, Jepang lolos ke Piala Dunia :
1998
2002
2006
2010
2014
2018
2022
2026 🆕Kpn y.. pic.twitter.com/h3pQ09e8tN
— Extra Time Indonesia (@idextratime) March 20, 2025
Misi Jepang untuk menjadi juara Piala Dunia pada tahun 2050 adalah bagian dari visi jangka panjang yang disebut “JFA Declaration 2005”. Visi ini diluncurkan oleh Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) pada 2005. Visi ini bertujuan untuk menjadikan Jepang sebagai salah satu kekuatan sepak bola dunia dan targetnya memenangkan Piala Dunia 2050.
Lihat saja, meski 2050 masih lama, Jepang mulai merajutnya pelan-pelan. Mereka mulai membiasakan diri lolos ke Piala Dunia. Lalu setelah lolos, targetnya meningkat lagi dengan membiasakan lolos ke fase gugur. Sejauh ini dalam tujuh edisi terakhir Piala Dunia, Jepang sudah tiga kali mencapai babak gugur. Walau mereka masih belum beranjak dari babak 16 besar.
Terakhir, Jepang sebenarnya nyaris menyentuh perempat final untuk pertama kalinya pada 2022 lalu. Tapi sayang, di Al Wakrah, pasukan Hajime Moriyasu mesti menghadapi runner-up edisi sebelumnya.
Jepang sempat mencetak gol lebih dulu lewat Daizen Maeda, sebelum di babak kedua, Ivan Perisic menyamakan kedudukan. Pertandingan menjadi alot, dan di babak tos-tosan, kiper Kroasia kala itu, Dominik Livakovic terlalu jago di bawah mistar.
Negara Pertama yang Lolos Piala Dunia 2026
Nah, di edisi 2026, mimpi Jepang untuk mengangkat trofi Piala Dunia terus dirajut. Dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Nippon sudah memastikan dirinya lolos ke ajang empat tahunan tersebut walaupun masih menyisakan tiga laga. Yang lebih hebatnya lagi, Jepang menjadi negara pertama yang memastikan tiket ke Piala Dunia 2026 selain tuan rumah.
Pencapaian itu juga diraih dengan cara yang paling gagah. Memulai kualifikasi dari ronde kedua, Jepang menyapu bersih enam laga dengan kemenangan. Lalu di ronde kedua babak Kualifikasi Piala Dunia 2026, Jepang yang berada satu grup dengan Indonesia, Australia, Arab Saudi, Cina, dan Bahrain juga masih tidak terkalahkan.
Bahkan, terhitung sampai mengalahkan Bahrain kemarin, armada Moriyasu menjadi tim dengan jumlah gol terbanyak sekaligus tim dengan jumlah kebobolan tersedikit dari seluruh peserta di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran ketiga. Ngeri nggak tuh? Saking dahsyatnya, Wataru Endo sampai jumawa dengan menargetkan timnasnya juara di Piala Dunia 2026.
Jika melihat susunan pemain dari edisi 1998 hingga 2022, Timnas Jepang menunjukkan perubahan yang positif. Dari tak ada satu pun pemain abroad yang memperkuat Samurai Biru di Piala Dunia 1998, menjadi dipenuhi pemain abroad di edisi 2022 dan bahkan nanti di edisi 2026. Para pemain di skuad mereka juga bukan abroad hasil naturalisasi, melainkan pemain yang memang berpaspor Jepang dari orok yang direkrut tim-tim Eropa seperti Real Sociedad sampai Brighton.
Proses semacam inilah yang sering dilupakan negara yang mendamba lolos Piala Dunia. Bagaimana mau lolos jika enggan berproses. Bukan begitu, football lovers?