Dalam sepakbola, setiap pemain punya posisi dan perannya masing-masing. Salah satunya adalah peran gelandang pengangkut air.
Footballovers pasti sering mendengar istilah tersebut. Namun, bagaimana sih tugas dari seorang pemain yang berperan sebagai gelandang pengangkut air? Apa tugasnya itu cuma bawa-bawa air. 😁
Istilah gelandang pengangkut air di sepak bola Indonesia dipopulerkan oleh komentator Liga Indonesia, Rendra Soedjono. Rendra mengatakan ‘gelandang pengangkut air’ untuk menyebut posisi seorang pemain Persib Bandung bernama Hariono. Sejak saat itu, istilah gelandang pengangkut air menjadi sangat populer digunakan oleh komentator bola lainnya dari level Nasional sampai Tarkam.
Pada sepak bola internasional, istilah gelandang pengangkut air pertama kali dicetuskan oleh legenda Manchester United, Eric Cantona pada tahun 1996, saat tim yang dibelanya Manchester United akan menghadapi Juventus di fase grup C Liga Champions. Istilah tersebut ditujukan pada Didier Deschamps yang berperan sangat konsisten sebagai gelandang bertahan pada era 90-an.
“Dia adalah seorang pemain yang berhasil, karena selalu memberikan seluruh kemampuannya di lapangan, tapi dia hanyalah seorang pengangkut air, dan akan tetap seperti itu, tidak lebih.” ucap Cantona.
Kemampuan Deschamps memang terbilang biasa-biasa saja. Namun, jika dicermati lebih dalam, dia adalah tipe pemain yang ulet, punya mobilitas tinggi dan mau bekerja untuk tim.
Ia orang pertama yang akan merusak irama lawan saat ditekan, pemain yang akan mematikan lawan yang berada di dekatnya, dan juga menjadi poros permainan saat mengalirkan bola.
Gelandang pengangkut air identik dengan posisi gelandang bertahan. Deschamps dan Hariono adalah dua dari sekian banyak pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan.
Selama ini, sosok gelandang bertahan acapkali tidak terlalu diperhitungkan. Publik lebih mengapresiasi peran pemain yang bermain di lini serang. Namun begitu, keberadaan gelandang bertahan tak bisa diremehkan. Karena sebenarnya, perannya sangat vital bagi permainan sebuah tim.
Posisi gelandang bertahan di era sepakbola modern kini sudah berevolusi, baik dari segi taktik maupun fungsi, sedikit banyak berkat jasa dari pemain-pemain seperti Michael Carrick, Esteban Cambiasso, Claude Makelele, Andrea Pirlo, Sergio Busquets dan beberapa pemain lainnya.
Dalam sepakbola klasik, fungsi utama gelandang pengangkut air adalah merampas bola dari kaki lawan, kemudian secara cepat menyalurkannya ke pemain yang berada di belakang, depan, atau sampingnya, yang memiliki kemampuan lebih baik dari si ‘pengangkut air’.
Segala cara dihalalkan dalam merebut bola, termasuk melakukan tekel-tekel horor dan kontak fisik kasar. Hal seperti ini bisa kita lihat dari Gennaro Gattuso saat masih aktif bermain. Gattuso kerap kali merebut bola dari lawan untuk kemudian memberikan bola kepada rekannya, dan biasanya Andrea Pirlo yang sering menerima umpan dari Gattuso tersebut.
Berbeda halnya dengan dulu, di era sekarang, tugas seorang gelandang bertahan atau gelandang pengangkut air tidak melulu hanya menjadi seorang destroyer atau gelandang perusak, ia juga menjadi inisiator serangan sekaligus metronom yaitu pengatur tempo/ritme permainan. Seperti yang diperankan oleh Toni Kroos, baik di tim nasional Jerman maupun di Real Madrid.
Terlebih lagi, zaman sekarang kebanyakan pelatih lebih membutuhkan gelandang bertahan yang mampu menginisiasi serangan, tak sekadar jago aksi defensif. Holding midfielder, begitu sebutannya. Sergio Busquets, Casemiro, Fernandinho, dan Marcelo Brozovic bisa digolongkan dalam daftar ini.
Gelandang pengangkut air biasanya memang tidak membutuhkan skill dan teknik luar biasa dalam melakoni perannya. Akan tetapi, gelandang pengangkut air harus memiliki stamina yang bagus, konsentrasi tinggi, tackling bersih, operan akurat dan tentunya mampu membaca transisi permainan dengan cepat. Seorang gelandang pengangkut air yang baik akan memberi jaminan kuatnya pertahanan hingga dapat membuat pemain penyerang dapat bermain dengan tenang.
Meski, seorang gelandang bertahan seringkali diidentikkan dengan badan tinggi besar dan fisik yang kuat layaknya Patrick Vieira. Namun hal itu tidak selamanya demikian. Karena pemain seperti Gennaro Gattuso, Javier Mascherano dan N’golo Kante bisa dikatakan memiliki postur tubuh kecil namun fisiknya kuat.
Sayangnya, peran gelandang pengangkut air jarang terekspos. Padahal mereka dituntut untuk terus berlari, mempunyai pergerakan tinggi, menguasai setiap sisi lapangan, kuat, keras, bertenaga kuda, dan dapat menjaga keseimbangan antara menyerang dan bertahan.
Bisa kita simpulkan, alasan kenapa gelandang bertahan juga disebut sebagai gelandang pengangkut air, karena tugas mereka memang serupa dengan pengangkut air.
Yang bertugas menjemput bola dari pertahanan, untuk kemudian mengatur pendistribusiannya ke segala arah permainan baik ke belakang, samping atau ke depan. Mirip dengan seorang pengangkut air, yang pekerjaannya mengantarkan air untuk orang-orang kelas atas jaman dulu.
Dan seperti prajurit dalam sebuah pleton yang tugasnya membawa air untuk pemain lain, guna menenangkan para prajurit garda depan di tengah medan perang, mungkin begitulah perumpamaan yang dimaksud Eric Cantona dengan memberi julukan “water carrier” kepada Deschamps.
Hal istimewa yang dapat kita petik dari seorang gelandang pengangkut air adalah karakter mereka yang jauh dari egoisme. Mereka ada untuk menjaga keselarasan dalam tim. Mereka juga tidak akan memaksa diri agar tampil menonjol, karena memang pada dasarnya mereka bermain untuk mendukung rekan satu timnya, bukan untuk dirinya sendiri.
Sumber referensi : Theflanker, quora, kompasiana, panditfootball