Nama organisasi Confederation of Independent Football Associations atau CONIFA berdengung setelah Indonesia dipastikan gagal menggelar turnamen Piala Dunia U-20 tahun 2023. CONIFA santer dibicarakan karena konon bisa menjadi alternatif kalau-kalau induk sepak bola dunia, FIFA membekukan PSSI lagi.
CONIFA juga konon dapat menjadi jalan keluar ketika Indonesia ingin mencari organisasi sepak bola yang lepas dari politik. Sebab FIFA, walau bagaimana juga tak bisa lepas dari unsur politis. Namun, sejenis “makanan” apa CONIFA itu? Apakah betul CONIFA tidak politis?
Daftar Isi
Cikal Bakal CONIFA
Tidak semua hal yang berkaitan dengan sepak bola harus FIFA. Bahkan tidak semua negara bisa menjadi anggota FIFA. Terlebih bagi negara-negara atau wilayah yang terisolasi dari urusan olahraga.
Selama bertahun-tahun urusan sepak bola non-FIFA sebenarnya diatur oleh kelompok yang menamakan dirinya Dewan Federasi Sepak bola Baru yang terbentuk pada tahun 2003.
Organisasi itu mengambil peran penting untuk menampung para anggota yang ditolak oleh FIFA, seperti menjadi tuan rumah untuk kompetisi para anggota yang tertolak FIFA. Maka dari itu, muncullah Piala Dunia versi organisasi ini sendiri. Namanya Piala Dunia Viva tapi pakai “V”.
#VIVAWorldCup pic.twitter.com/hjyjL5o8
— World Cups & Beyond (@NonFIFAFootball) May 25, 2012
Piala Dunia Viva sempat lima kali digelar di sebuah tempat yang mungkin saja tidak kita ketahui. Tahun 2006 digelar di Occitania, sebuah wilayah di Eropa Selatan. Dua tahun berikutnya diadakan di Sapmi, wilayah yang didiami suku Sami yang membentang di empat negara: Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Rusia.
Lalu, pada tahun 2009 digelar di Padania, daerah di Italia Utara. Secara de jure maupun de facto, Padania masih masuk Italia. Namun, mereka merdeka meski tidak diakui negara lain. Kemudian tahun 2010 digelar di Gozo, sebuah kepulauan di Malta. Dan edisi terakhir, yaitu pada tahun 2012 diadakan di Kurdistan, negaranya orang-orang Kurdi yang terpecah di empat negara: Irak, Turki, Iran, dan Suriah.
Kurdistan #vivaworldcup winner pic.twitter.com/ZUdhSnmR
— VIVA World Cup (@vivaworldcup) June 9, 2012
Berdirinya CONIFA
Tahun 2012 menjadi turnamen terakhir Piala Dunia Viva, di mana Kurdistan keluar sebagai juaranya. Nah, setahun setelahnya ide mendirikan CONIFA muncul. Dalam sebuah wawancara dengan Backpage Football, Sekjen CONIFA, Sascha Duerkop mengatakan berdirinya CONIFA diinisiasi oleh para komite eksekutifnya.
Para komite eksekutif CONIFA ini telah berpengalaman mengatur pertandingan di luar FIFA. Sascha Duerkop juga mengambil peran untuk mengumpulkan informasi dan menghubungi asosiasi sepak bola (FA) satu sama lain.
Dalam proses pendiriannya ada 50 anggota federasi sepak bola yang menyambut positif potensi pembentukan organisasi sepak bola di luar FIFA. Selain membutuhkan organisasi yang mengatur urusan sepak bola, mereka menginginkan adanya kompetisi untuk bersaing antar negara-negara yang tidak diakui FIFA.
Alhasil CONIFA pun berdiri pada 7 Juni 2013. Mereka akhirnya bisa menggelar kompetisi Piala Sepak bola Dunia pertamanya setahun berikutnya di Ostersund, Swedia. Jika FIFA bermarkas di Swiss, CONIFA memiliki markas besarnya di Swedia, tepatnya di Kota Lulea.
Tujuan Dibentuknya CONIFA
Kehadiran CONIFA bertujuan untuk mengisi kekosongan organisasi sepak bola bagi negara atau wilayah yang tidak diakui FIFA. Mengutip The Conversation, CONIFA merupakan organisasi nirlaba yang tujuannya menjembatani jutaan orang dari 47 entitas dari bangsa, minoritas, dan daerah terpencil di seluruh dunia.
CONIFA memberi ruang kepada negara tanpa kewarganegaraan, wilayah yang hanya diakui secara de facto, kelompok etnis dan masyarakat adat, republik yang mendeklarasikannya sendiri, dan negara-negara yang tidak mendapat pengakuan.
Disamping berfungsi untuk mengatur kompetisi dan perlengkapan para anggotanya, CONIFA juga memberikan dampak material kepada orang-orang yang diwakilinya. Seperti dijelaskan di situs resminya, CONIFA juga berkontribusi pada peningkatan hubungan global dan pemahaman internasional.
Tiene sede en Luleå (Suecia) y fue fundada en 2013: conocida por sus siglas en inglés, ConIFA es una institución internacional de fútbol, cuyos miembros representan a una nación o estado no reconocido, minoría, región o micronación no afiliada a la FIFA. pic.twitter.com/AJHScHx36Q
— Valentín Torres Erwerle ✍️🎙️ (@TorresErwerle) December 6, 2021
Cara Kerja CONIFA
CONIFA pada awal berdirinya secara aktif mencari anggota baru untuk bertumbuh. Namun, seiring berjalannya waktu, organisasi ini menjadi cukup besar. Sehingga CONIFA hanya berfokus pada anggota yang sudah tergabung. Mereka kabarnya tidak lagi mencari anggota baru.
Akan tetapi, semisal ada anggota baru yang hendak bergabung, CONIFA tetap terbuka. Para anggota CONIFA yang kini berjumlah 38 anggota itu juga aktif dalam mempromosikan CONIFA itu sendiri dan bisa mendorong semakin banyak FA untuk berpartisipasi.
Selain itu, dalam situs resminya para pengurus CONIFA termasuk presidennya, Per-Anders Blind bekerja secara sukarela. Dana untuk menghidupi CONIFA 100 persen berasal dari sponsor, donasi, biaya keanggotaan, dan pendapatan dari turnamen.
CONIFA telah mengembangkan dirinya sebagai organisasi sepak bola yang profesional. Bahkan pada gelaran Piala Dunia CONIFA tahun 2018, mereka bisa menarik perhatian media global arus utama dan meningkatkan pendapatan serta penonton.
Flashback to the Matabeleland players and coaches praying and expressing gratitude after a CONIFA World Cup match in London in 2018
— Justin Walley (@JustinWalley10) March 12, 2021
Always important and beneficial to be grateful for all of our blessings and positive experiences in life pic.twitter.com/TUskUa1rIh
Yang mengejutkan adalah di kompetisi itu mereka berhasil menggaet sponsor dari bandar taruhan Paddy Power. Ini karena CONIFA cerdik dengan menempatkan London sebagai salah satu tuan rumah kompetisi itu.
Sebagaimana FIFA, CONIFA juga menggelar beberapa turnamen antar anggotanya. Selain Piala Sepak bola Dunia CONIFA, ada pula piala-piala konfederasi. Terdiri dari Piala Sepak bola Eropa CONIFA, Piala Sepak bola Afrika CONIFA, sampai Piala Sepak bola Amerika Selatan CONIFA.
Anggota CONIFA
Dalam situs resminya, CONIFA mewakili 700 juta orang di seluruh dunia. Terdapat enam konfederasi di bawah CONIFA, yaitu Asia, Eropa, Amerika Utara, Afrika, Amerika Selatan, dan Oseania. Nah untuk anggotanya, Asia memiliki tujuh anggota, termasuk di dalamnya Tibet dan Papua Barat.
Sementara Amerika Utara dan Afrika masing-masing terdapat empat anggota. Amerika Selatan ada lima anggota, dan Oseania hanya diwakili satu anggota yaitu Hawaii. Eropa menjadi yang paling banyak anggotanya, yakni 18 anggota. Lalu bagaimana untuk menjadi anggota CONIFA?
Anggota CONIFA adalah tim yang mewakili sebuah negara, minoritas, wilayah terpencil, atau wilayah budaya. Selain itu, CONIFA hanya akan menerima anggota yang memenuhi syarat tidak tergabung dalam FIFA sebagaimana Peraturan Internal organisasi.
We have now moved onto CONIFA membership and, following a vote in the room, West Papua, Mapuche, Hawaii, Crimea, Elba Island and Rapa Nui have joined as member FAs.
— CONIFA (@CONIFAOfficial) January 25, 2020
Congratulations, all!#CONIFA2020 pic.twitter.com/1TH7CqqJob
Hubungan dengan FIFA
CONIFA sendiri menjalin hubungan baik dengan FIFA. Namun, keduanya tidak sering melakukan kerja sama. Selain itu, FIFA juga berkali-kali memuji pekerjaan CONIFA. Soal anggotanya yang ingin bergabung dengan FIFA, CONIFA tidak menutup kemungkinan itu.
Walaupun CONIFA tidak secara aktif mempromosikan anggotanya untuk bergabung ke FIFA. CONIFA mempersilakan apabila anggotanya berniat untuk merapat ke FIFA. Misalnya, Zanzibar dan Kurdistan ingin mendapat keanggotaan FIFA.
CONIFA membantu mereka dengan cara apa pun. Bisa dengan menyediakan wadah untuk anggotanya memperlihatkan profesionalitas, dari segi organisasi maupun level permainan. CONIFA juga tak masalah jika ada anggotanya yang tetap tak sudi bergabung dengan FIFA.
Apakah Terkait Politik?
CONIFA tidak terkait dengan keputusan politik apa pun. Mereka juga tidak menilai anggotanya berhak untuk mendapatkan kemerdekaan politik sehingga mendorong untuk merdeka. CONIFA hanya menjembatani, titik.
CONIFA hanya berusaha menempatkan anggotanya di peta dunia. Sederhananya supaya orang di dunia tahu bahwa ada Kurdistan, Tibet, Papua Barat, Sapmi, dan lain sebagainya. Secara politik, CONIFA mengaku 100 persen netral.
CONIFA juga tidak pernah berpikir bahwa FIFA berpikiran sempit dengan tidak menerima anggotanya. Menurut Sekjen CONIFA, FIFA memang punya peraturan keanggotaan yang ketat. Selain itu kehadiran CONIFA juga sejatinya bisa untuk menghindari masalah diplomatik.
Misalnya, kalau Siprus Utara bergabung dengan FIFA, tim lain seperti Yunani dan Siprus kemungkinan besar akan menolak bermain melawan mereka. Nah, CONIFA ini mencoba mengakomodir orang-orang di Siprus Utara. Sebab menurut mereka, tinggal di tempat yang diabaikan masyarakat politik sama sekali bukan kesalahan orang-orang itu.
Sumber: Thesetpieces, BackpageFootball, TheConversation, FootballParadise, CONIFA, TheseFootballTimes, PanditFootball