Setelah melewati proses yang panjang dan berkelok, akhirnya status Maarten Paes terjawab sudah. Dilansir dari RRI, pada 18 Agustus 2024 lalu, kasus sengketa atas status Maarten Paes dimenangkan oleh PSSI di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) yang membuat kiper FC Dallas tersebut kini bisa berlaga membela Garuda di dada.
Ini merupakan hadiah manis untuk seluruh warga Indonesia yang sehari sebelumnya merayakan hari kemerdekaannya. Timnas mendapatkan kekuatan baru di lini belakang yang mana membuat asa Indonesia berlaga di Piala Dunia semakin terbuka. Lantas, seperti apa perjalanan kasus Maarten Paes hingga akhirnya berbuah kemenangan?
Berkonflik dengan FIFA
Sebenarnya, proses perpindahan kewarganegaraan Maarten Paes telah rampung sejak bulan April 2024. Paes sudah melepas paspor Belandanya dan mengambil sumpah sebagai warga negara Indonesia pada 30 April 2024. Sejak saat ini, harusnya mantan penggawa FC Utrecht tersebut bisa membela tim nasional Indonesia.
Namun, Paes yang lahir pada Mei 1998 pernah bermain untuk Timnas Belanda muda untuk Kualifikasi Piala Eropa U21. Masalahnya, pada laga melawan Belarusia U21 yang digelar pada 15 November 2020, Paes sudah menginjak usia 22 tahun.
Laga tersebut membuat proses perpindahan federasi Maarten Paes terganjal. Sebab, ada aturan FIFA yang dilanggar jika Maarten Paes berpindah federasi, yakni Pasal 9 ayat 2 yang berbunyi, “Ketika diturunkan dalam pertandingan resmi terakhirnya dalam kompetisi apa pun untuk asosiasinya saat ini, ia belum menginjak usia 21 tahun.”
Penampilan apik Paes di laga yang sebenarnya merupakan laga tunda akibat Covid 19 tersebut ternyata membuat mimpi Paes untuk membela Tim Garuda terhambat cukup lama. Laga tunda akibat Covid 19 inilah yang nantinya menjadi senjata PSSI untuk memenangkan kasus Paes.
Seperti yang dikabarkan oleh Jawa Pos, PSSI awalnya mengajukan banding ke FIFA sebagai pemilik aturan. Apabila banding ditolak, mantan Exco PSSI, Hasani Abdulgani, menyebutkan PSSI harusnya masih bisa meminta dispensasi kepada FIFA. Misalnya, karena situasi pandemi yang banyak menghambat proses perpindahan federasi.
“Kalau ada yang lebih teliti, datang ke FIFA. Bila perlu sekarang terbang ke FIFA, ketemu tim legal. Saya melihat ada beberapa celah, dari regulasi yang ada,” kata Hasani Abdulgani dikutip dari Jawa Pos.
Hasani Abdulgani mendorong PSSI untuk melobi langsung ke kantor pusat FIFA di Swiss, serta menekankan PSSI untuk belajar dari rumitnya kasus perpindahan Jordi Amat. Barulah ketika semuanya ditolak, PSSI membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Ternyata FIFA menolak mentah-mentah usaha Indonesia untuk memindahkan Paes ke bawah naungan PSSI. Setelah jalur musyawarah ditolak, PSSI tanpa ragu mengangkatnya ke jalur hukum. Banding akhirnya diajukan ke CAS.
Menyerah atas aturan FIFA bukanlah pilihan. PSSI akan berjuang sepenuhnya untuk mendapatkan Maarten Paes. Menyerah dan melepas begitu saja pemain yang pernah bermain dengan nama-nama seperti Joshua Zirkzee, Cody Gakpo, dan Ferdi Kadioglu di Jonge Leeuwen? PSSI ternyata tak segila itu.
Ternyata Maarten Paes bisa, Yura 😊
‣ #KitaGaruda https://t.co/jull0KSRXC
— Timnas Indonesia (@TimnasIndonesia) August 18, 2024
Titik Terang Setelah Molor Lama
Akhirnya, PSSI membawa sengketa Maarten Paes ke CAS. Namun, proses tersebut tak akan berjalan dalam waktu yang cepat, sebab CAS juga sangat sibuk mengurusi banyak kasus. Alhasil, PSSI dan Maarten Paes harus sedikit bersabar. Mereka menjadwalkan kasus Paes akan kelar pada bulan Juni 2024 agar Paes bisa tampil di FIFA friendly match dan laga sisa ronde kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026.
“Kemungkinan kita masih nunggu Maarten Paes juga. Paes belum resmi, karena masih ada masalah di CAS, untuk bisa gabung ke Indonesia,” kata Endri Erawan selaku Manajer Timnas via Okezone.
Namun, proses banding di CAS pun tak akan berjalan mudah. Akun media sosial pegiat talenta diaspora, FT Scouting, menyebutkan bahwa kasus yang naik hingga CAS, umumnya akan sangat rumit. Biasanya, kasus yang disengketakan di CAS tidak hanya menyangkut persoalan individu, namun akan menyangkut organisasi, dalam kasus ini adalah FIFA.
Artinya, PSSI secara tak langsung juga akan menyenggol aturan FIFA terkait Pasal 9 ayat 2. Hal-hal seperti ini umumnya akan tertolak sejak awal. Namun, PSSI tak menyerah begitu saja. PSSI tetap mengajukan gugatannya tersebut ke CAS.
Dikutip dari Bola, PSSI bahkan tak tanggung-tanggung menggelontorkan dana hingga Rp30 miliar agar memenangkan sengketa Maarten Paes. Dana tersebut menyangkut keseluruhan yang dibutuhkan untuk memperjuangkan Paes di CAS, baik buat biaya transportasi, pengacara, hingga biaya sidang itu sendiri. Dengan kata lain, PSSI berani berjudi mengeluarkan biaya besar demi seorang pemain yang tidak pasti.
Namun, Arya Sinulingga selaku anggota Exco PSSI menanggapi rumor tersebut dengan santai. Dirinya menyebut bahwa semuanya sudah diperhitungkan dan publik tak perlu khawatir. Jika memang kasus ini tak mungkin dimenangkan sejak awal, dirinya menyebutkan bahwa PSSI pasti sejak awal tak akan melanjutkannya.
“Tidak ada masalah. Tunggu saja, serahkan pada ahlinya, ke tim Pak Erick. Bukan bilang kami berhasil, kita belum tahu. Tapi sudah terbukti timnya ada yang bagian ini punya kemampuan masing-masing. Sudahlah ada yang lagi proses, kami sedang menggodok semua,” ujar Arya Sinulingga via Detik.
Sialnya, kasus ini molor cukup lama. Pada awal bulan Juli 2024, Solopos menyebutkan bahwa kasus Maarten Paes belum masuk ke jadwal sidang CAS, setidaknya hingga jadwal sidang Oktober 2024. Namun, sepertinya Ketum PSSI, Erick Thohir menggunakan aksesnya untuk melobi FIFA. Melalui Instagram pribadinya, Erick Thohir terlihat melakukan pertemuan dengan ketua FIFA, Gianni Infantino, pada akhir Juli 2024.
Alhasil, pada 1 Agustus 2024, seperti yang diwartakan oleh Skor, kasus Maarten Paes akan naik ke persidangan pada 15 Agustus 2024 dan pengumuman hasilnya akan keluar pada 18 Agustus 2024, sehari setelah HUT RI ke-79.
Nampaknya, keadaan pandemi yang membuat laga Maarten Paes bersama Jonge Leeuwen tertunda menjadi senjata utama PSSI. Laga yang seharusnya bisa digelar pada jeda internasional Maret 2020 mundur hingga November 2020.
Akhirnya, segala jerih payah yang PSSI lakukan berbuah manis. CAS memenangkan kasus yang diangkat PSSI dan Maarten Paes akhirnya diputuskan bisa berjersey Timnas Indonesia pada 18 Agustus 2024. Sebuah kado terbaik yang mereka berikan pada ulang tahun republik yang ke-79.
Lihat postingan ini di Instagram
Tambahan Berharga untuk Timnas Indonesia
Tanpa basa-basi, Maarten Paes langsung didaftarkan sebagai pemain Timnas Indonesia. Kini, Maarten Paes sudah bisa berlaga pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Ini merupakan amunisi tambahan yang sangat berharga bagi Shin Tae-yong. Paes bisa menjadi solusi atas bocornya gawang Indonesia selama ronde kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 lalu.
Pun profil mentereng Paes juga bisa meningkatkan moral pemain bertahan Indonesia dalam menghadapi musuh-musuhnya di Grup C yang banyak diisi oleh para penyerang top. Paes adalah modal berharga yang bisa membuat asa Indonesia tampil di Piala Dunia 2026 semakin lebar.
Selain itu, anekdot bahwa FC Utrecht adalah akademi Timnas Indonesia pun menjadi semakin kuat dengan berlabuhnya pemain yang masih keturunan Pare, Kediri tersebut. Maarten Paes merupakan mantan pemain muda klub yang juga berwarna merah putih tersebut. Debutnya di Timnas nanti akan membuatnya sejajar dengan Stefano Lilipaly, Marc Klok, hingga Shayne Pattynama.
Connection Indonesia dengan FC Utrecht! 🤝
→ Irfan Bachdim.
→ Stefano Lilipaly.
→ Marc Klok.
→ Shayne Pattynama.
→ Maarten Paes.
→ Ivar Jenner.
→ Bagus Kahfi.Akankah Ole Romeny menyusul? 👀 Siapa fans Utrecht nomer 1 di Indonesia? pic.twitter.com/6c4N9wiczn
— FaktaBola (@FaktaSepakbola) August 18, 2024
https://youtu.be/9Eoaf4u-jig
Sumber: RRI, Jawa Pos, Okezone, FT Scouting, Detik, dan Solopos