Performa yang menyebabkan mereka meraih tiga trofi Liga Champions beruntun tampak tak berbekas pada musim ini. Mereka kini terpuruk di Liga Spanyol, meski telah mengganti pelatih dari Julen Lopetegui menjadi Santiago Solari. Kemungkinan lima faktor berikut telah mempengaruhi mereka…
Perubahan Kebiasaan Pasca-Ronaldo
Madrid sempat puasa gol selama 480 menit, yang merupakan terlama kedua sepanjang sejarah mereka. Mungkin kepergian Cristiano Ronaldo turut berpengaruh. Sejak Ronaldo datang pada 2009, struktur mereka jelas: bek sayap mengarahkan umpan silang ke dirinya, gelandang serang menyediakan umpan terobosan untuk dirinya, dan para penyerang membuka ruang agar Ronaldo bebas dari kawalan. Sistem Madrid ditujukan agar Ronaldo bersinar. Ketika ia pergi, para pemain lain jadi kehilangan arah.
Kelelahan Akibat Piala Dunia
The Times merilis statistik bahwa dari 84 pemain di Liga Inggris yang terlibat di fase gugur Piala Dunia 2018, 52 pemain telah mengalami cedera pada musim ini. Data tersebut memang tak melibatkan Madrid. Namun, dari semua pilihan utama, hanya Karim Benzema dan Gareth Bale yang tak ikut Piala Dunia. Toni Kroos pulang setelah fase grup. Sedangkan sisanya masih bertahan hingga fase gugur. Dua pemain terburuk Madrid musim ini, Raphael Varane dan Luca Modric, ialah dua pemain yang mencapai final. “Aku merasa terkuras,” ucap Modric September lalu.
Krisis di Lini Pertahanan
Sejak September, personil di lini pertahanan Real Madrid bergiliran diterpa cedera. Dimulai dari Marcelo, Dani Carvajal, hingga Raphael Varane pada Oktober. Ini berarti tiga dari empat bek utama Madrid telah cedera. Berikutnya, para pelapis seperti Nacho, Sergio Reguillon, Jesus Vallejo, dan Alvaro Odriozola juga mengalami cedera. Itu belum termasuk Casemiro yang terpaksa menepi juga. Tujuh dari delapan bek, ditambah satu-satunya gelandang bertahan senior yang tersedia telah bergiliran absen mengawal gawang Madrid.
Butuh Penyegaran
Para pemain senior di Real Madrid telah menyatu sejak lama. Tim inti mereka tak banyak berubah sejak mencaplok Liga Champions pertama dari empat beruntun di era Carlo Ancelotti pada 2013/14. Pembelian Thibaut Courtois, Alvaro Odriozola, dan Mariano dirasa kurang menyuntikkan darah segar. Para pelapis yang kurang kompetitif bisa berakibat buruk bagi para pemain utama yang kehilangan motivasi. Presiden Florentino Perez mungkin harus segera membangun Los Galacticos baru.
Tak (Lagi) Punya Rasa Lapar
Kita tidak bisa tahu bagaimana tingkat termotivasi para pemain yang baru saja menjuarai tiga Liga Champions beruntun. Hanya dua tim yang pernah mencatatkan hal serupa, yakni Ajax dan Bayern Munich. Dalam tiga musim setelah 1971-1973, Ajax cuma berada di peringkat ketiga tiga tahun beruntun, dan melempem di Eropa. Bayern Munich setelah tahun 1974-1976 pun serupa, cuma mencatat peringkat 7, 12, dan 4 di tiga musim berikutnya. Normal jika para pemain Madrid tak punya motivasi yang dibutuhkan sebagaimana para pemain yang tak pernah meraih trofi. Yang perlu dilakukan hanyalah penyegaran skuad.
Simpulannya jelas, Madrid perlu pemain baru yang berkelas dunia, bukan pemuda yang masih mentah. Jika Santiago Solari tak sanggup menjadi nahkoda kapal pesiar ini, orang baru juga perlu ditunjuk. Kita lihat apa yang akan dilakukan Florentino Perez…