Membuka ulang lembar kejayaan FC Barcelona di tahun 2009, ketika mereka berhasil merengkuh banyak gelar dimana salah satunya adalah Liga Champions Eropa.
Barca, yang ketika itu masih diisi oleh banyak pemain besar, begitu berjaya ketika tampil di Eropa. Penggemar cilik mulai bermunculan, penggemar lama kembali dimandikan kejayaan, sementara para penggemar tim lainnya cukup menyaksikan klub kesayangan mereka tak terlalu kuat untuk menandingi Barcelona.
Namun di tengah hegemoni kejayaan Barcelona saat itu, muncul satu nama yang tampak tidak akan pernah rela untuk mengakui Barca sebagai tim besar. Adalah Chelsea, beserta penggemar fanatiknya, yang tak akan pernah mau mengatakan kalau tim mereka kalah dari Barcelona. Yang ada, hanya sederet kecurangan tak terlupakan ketika peluang tim kesayangan mereka “dirampok” oleh sang pemimpin pertandingan.
2009: Barcelona
2013: Bayern
2015: BarcelonaThe last three times Bayern and Barcelona met, the winner of the tie went on to lift the #UCL trophy 🏆 pic.twitter.com/COIdvqobRc
— B/R Football (@brfootball) August 14, 2020
Daftar Isi
Perjalanan Singkat Chelsea di UCL 2008/09
Di musim 2008/09, Chelsea tengah mencoba untuk masuk kembali ke partai final setelah setahun sebelumnya, perlawanan mereka tumbang atas tim senegara. Di musim tersebut, mereka yang mengawali segalanya dari grup A memang hanya duduk di tangga kedua. Namun hasil itu sudah cukup untuk mengantar ke babak selanjutnya.
Di babak 16 besar, tim asal Italia Juventus ditumbangkan dengan skor agregat 3-2. Berikutnya, Liverpool yang sempat mempermainkan mereka dengan sebuah “Gol Hantu” di tahun 2005 mampu diredam perlawanannya dengan skor 7-5.
Kemudian sampailah mereka ke babak semifinal dimana Barcelona yang baru saja mengalahkan FC Bayern, muncul sebagai penantang.
Kontroversi di Laga Melawan Barcelona
“Are you watching this? It’s a disgrace!”
Kalimat itu akan selalu diingat oleh penggemar sepakbola manapun. Kalimat yang diiringi dengan amarah besar itu keluar dari mulut sang penyerang legenda, Didier Drogba. Lantas mengapa Drogba sampai mengeluarkan kata-kata yang terbilang mengerikan semacam itu?
Semua bermula dari sebuah pertandingan kedua, ketika Chelsea dan Barcelona masih sama-sama memiliki peluang yang sama untuk bisa lolos ke babak final. Di pertandingan pertama yang digelar di Camp Nou, kedua tim bermain imbang 0-0. Praktis, pada pertandingan kedua inilah nasib mereka ditentukan.
3⃣9⃣ – Happy Birthday, @MichaelEssien 🎂🎁🇬🇭
🔙 in 2009: ☄️💥 #Essien 🆚 Barcelona ⚽️🎯💪#UCL | @ChelseaFC | @ChelseaFC_Sp pic.twitter.com/R4Wph6Vyuu
— UEFA.com DE (@UEFAcom_de) December 3, 2021
Tampil di Stamford Bridge, legenda Persib Bandung Michael Essien berhasil membuka keunggulan untuk tim tuan rumah pada menit ke sembilan. Sepakan meteor nya tak mampu dihentikan oleh kiper Barca hingga membuat skor menjadi 1-0 untuk Chelsea.
Namun entah mengapa, usai Chelsea memimpin pertandingan, wasit yang mengatur jalannya pertandingan ketika itu, Tom Henning Ovrebo, tampak menginginkan Barca sebagai tim yang melaju ke babak selanjutnya.
Dia yang aksinya ketika itu benar-benar dikecam, mengabaikan tiga pelanggaran yang seharusnya didapatkan Chelsea.
Didier Drogba yang ketika itu sangat diandalkan memiliki peluang yang terbilang ciamik. Penyerang asal Pantai Gading ini sukses menembus kotak penalti lawan untuk bisa mendapat peluang mencetak gol ke gawang Victor Valdes. Di tengah usahanya, Drogba diganggu oleh Eric Abidal, hingga pada akhirnya sang pemain menjatuhkan Drogba di dalam kotak penalti.
Namun apa yang terjadi selanjutnya? Ovrebo justru membiarkan pelanggaran tersebut dan sempat membuat Drogba bingung bukan kepalang.
Ovrebo malah kemudian mengeluarkan kartu merah untuk Eric Abidal ketika sang pemain melakukan pelanggaran yang sejatinya tidak terlalu fatal. Abidal yang saat itu berduel dengan Anelka sampai membuat penyerang Chelsea itu terjatuh. Padahal jatuhnya Anelka juga didasari oleh kaki sang pemain yang tersandung oleh kaki lainnya sendiri.
Xavi was the captain of that Barca team that stole 2 UCL titles under Pep. For the theft against Arsenal in 2006 & Ovrebo theft against chelsea in 2009.They had the players and the referees and Xavi & Barca deserve to be in the mud they are in rn.Its called karma pic.twitter.com/1rO8PeSIym
— kipsang (@n_kipsang) December 10, 2021
Sang wasit saat itu langsung mengusir Abidal dan memberi hadiah tendangan bebas kepada Chelsea.
Yang harus diperhatikan disini adalah, bagaimanapun, memberikan tendangan bebas masih lebih mudah ketimbang memberikan hadiah penalti.
Meski dia tampak ingin membayar kesalahannya ketika itu, hari dimana dia memimpin laga tersebut sangatlah buruk baginya.
Berlanjut pada menit ke 81 ketika Anelka mencoba untuk melakukan serangan, sang pemain memilih untuk mencungkil bola untuk melewati hadangan Gerard Pique. Namun langkah itu gagal setelah bola yang coba dimainkan mengenai tangan bek asal Spanyol tersebut. Tapi lagi-lagi, meski bola yang mengenai tangan Pique terjadi di dalam kotak penalti, Ovrebo tak menggubris itu dan terus melanjutkan pertandingan.
Dalam hal ini, Ovrebo sudah tampak kebingungan dengan standar yang beberapa kali diubahnya. Seperti tidak memberikan hadiah penalti atas pelanggaran terhadap Drogba namun malah memberi kesempatan tendangan bebas saat Anelka jatuh di muka kotak penalti lawan.
Kontroversi tentang handball yang terjadi pada laga itu tidak hanya sekali muncul, namun dua kali!
Kali ini, Ovrebo memang tak pantas untuk diberikan kata maaf. Bayangkan saja, Chelsea yang sempat memimpin, harus kebobolan pada menit ke 90+3 oleh aksi Andres Iniesta. Kemudian di akhir laga ketika mereka masih coba lancarkan serangan, sebuah kesempatan emas datang saat bola yang coba disepak Michael Ballack mengenai tangan Samuel Eto’o di dalam kotak penalti lawan.
Namun Ovrebo kembali tidak memberikan hadiah penalti kepada Chelsea ketika tim tersebut memang pantas mendapatkannya. Apalagi, penalti tersebut akan sangat krusial bagi laju mereka ke babak final.
Ballack yang sudah tak mampu lagi meredam amarah terus mengejar Ovrebo sembari melancarkan cacian yang disertai teriakan.
📊 | Chelsea was the last team that Barça drew 1-1 with in a UCL knockout tie. Back in 2009… pic.twitter.com/NnKDf6S1xZ
— Barça Universal (@BarcaUniversal) February 20, 2018
Keputusan Ovrebo saat itu kian tidak bisa diterima setelah sang wasit berdiri tepat di samping Ballack yang coba melancarkan tendangan.
Skor satu-satu yang bertahan hingga akhir laga pun membuat Barcelona lolos ke babak final karena unggul agresivitas gol tandang.
Respon Pascalaga
Puncak dari segala kontroversi yang terjadi pada laga tersebut, seperti yang sudah dijelaskan, Drogba mengeluarkan kata-kata yang sampai saat ini masih akan terus diingat. Sementara itu, pemain Chelsea lainnya seperti John Terry juga mendukung penuh tindakan yang dilakukan Drogba.
“Aku sepenuhnya mendukung Didier atas cara dia bereaksi. Dia tentu ingin menang. Kalian bisa lihat semangat yang dia tunjukkan selama pertandingan dan semangat sesudahnya.”
“Orang-orang mengatakan, kita sebaiknya tidak bereaksi seperti itu, tapi kenyataannya, enam keputusan merugikan kami di depan 40.000 orang. Dan, itu sangat tidak lumrah ketika wasit tidak memberikan kami peluang satu pun.” kata Terry.
Sementara itu, pelatih Guus Hiddink tak ragu untuk mengatakan kalau pertandingan itu sudah diatur.
“Performa wasit sangat mengejutkanku, karena sebelumnya dia adalah wasit yang luar biasa,”
“Aku bisa bilang, itu penampilan wasit terburuk yang pernah ku lihat selama berkarier sebagai pelatih. Aku pikir begitu, karena menurutku, laga Chelsea vs Barcelona mungkin sudah diatur.” ucap Hiddink.
Dari situ, wajar bila kemudian Barcelona mulai dijuluki sebagai anak emas UEFA.
“I’d do it again, as I felt it was a tremendous injustice, we should have been given three or four penalties that night – I never felt so wronged in my entire career.”
-José Bosingwa on his 4 game ban following Chelsea’s 2009 UCL exit to Barcelona after labeling Øvrebø a cheat pic.twitter.com/89n26VIVzi
— Football Talk (@Football_TaIk) September 28, 2021
Nasib Wasit Ovrebo Sekarang
Wasit Ovrebo yang lalu diwawancarai pada tahun 2019 silam mengakui penyesalannya yang begitu mendalam. Dia sangat berharap bila saat itu tugasnya bisa terbantu dengan VAR. Ovrebo menceritakan bahwa setelah laga, dia yang masuk ke ruang ganti langsung duduk dan berpikir keras.
Setelah semuanya mulai tenang, dia secara sadar mengakui bahwa keputusannya di laga Chelsea melawan Barcelona banyak yang tidak tepat. Malah apa yang telah dikeluarkan lebih kepada keputusan paling kontroversial.
Unpopular opinion: Tom Henning Ovrebo is the greatest referee in the history of football pic.twitter.com/00SK54iaqW
— J. (@Jayy10i) December 10, 2021
Tak sampai disitu, ancaman kematian juga terus dialamatkan kepadanya.
Tepat setelah dia membuat keputusan semacam itu, karirnya di dunia wasit Internasional juga pupus. Ovrebo tidak lagi dipercaya untuk memimpin pertandingan-pertandingan besar, meski kiprahnya di liga lokal masih dibutuhkan.
Di tahun 2012, dia sempat mengalami cedera sebelum akhirnya putuskan pensiun sebagai wasit setahun kemudian.
Kini, dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan menjadi psikolog setelah sempat menempuh pendidikan di jalur yang jadi pekerjaannya sekarang.