Estadio Da Luz di Lisbon, Portugal, lebih dari 60 ribu orang membeli karcis hanya untuk menyaksikan Cristiano Ronaldo menangis. Laga final Piala Eropa 2004 itu salah satu laga paling sulit bagi Portugal. Luiz Felipe Scolari yang dua tahun sebelumnya juara Piala Dunia cemas di pinggir lapangan.
Timnya yang diperkuat Deco, Luis Figo, dan tentu saja Cristiano Ronaldo tak kunjung menjebol gawang Yunani yang bermain compact defense atau istilah sekarang “parkir pesawat”. Rasa frustrasi itu membesar tatkala justru Yunani-lah yang mencetak gol lebih dulu.
Tandukan Angelos Charisteas memecah kebuntuan. Gol itu satu-satunya yang tercipta di final EURO 2004. Portugal gagal menyabet gelar. Sementara Yunani melahirkan dongeng indah yang kelak, akan diceritakan para ayah yang menonton final itu kepada buah hatinya.
Mirisnya, usai menjuarai EURO 2004, Yunani jatuh ke ngarai penuh kesengsaraan. Kita jarang lagi mendengar kiprah tim ini di Piala Eropa edisi-edisi berikutnya. Bagaimana Timnas Yunani lenyap usai membawa pulang trofi itu?
Daftar Isi
Usai EURO 2004
Membawa pulang Piala Eropa mengejutkan masyarakat Yunani. Tiada yang menyangka, tim yang lima edisi sebelumnya bahkan tak lolos justru mengalahkan Portugal di rumahnya sendiri di final. Otto Rehhagel sekali lagi terbukti di tim medioker.
Kamu tahu? Rehhagel pernah membawa tim seperti Kaiserlautern juara Bundesliga dan Fortuna Dusseldorf juara DFB Pokal. Dongeng yang ia tuliskan untuk masyarakat Yunani, pada akhirnya membuat sang pelatih dipercaya lagi.
Ragionavo sul fatto che Otto Rehhagel meriti di essere inserito tra i venti migliori allenatori della storia: tra i trionfi al Werder Brema, la Bundesliga da neopromosso a Kaiserlautern e soprattutto l’Europeo del 2004 con la Grecia ha raggiunto risultati davvero irreplicabili. pic.twitter.com/tk6Dffr5rg
— Don Friedkin (@Don_Friedkin) July 13, 2023
Rehhagel sosok pelatih yang sangat tidak Jerman sekali. Betapa tidak? Alih-alih mendasari taktiknya dengan tekanan tinggi dan sepak bola menyerang, Rehhagel menganut sepak bola bertahan.
Di Yunani, ia menanamkan pentingnya pertahanan yang baik dan persatuan para pemainnya. Daripada melakukan tekanan dan menyerang langsung pertahanan lawan, Yunani asuhan Rehhagel cenderung bermain pasif dan hanya mengandalkan serangan balik.
Dalam tiga pertandingan di babak gugur yang mengantarkan gelar, Yunani memenangkan pertandingan tanpa kebobolan, tapi hanya mengemas satu gol. Gol yang dihasilkan juga melalui serangan balik atau situasi bola mati.
King Otto 🤴 is a brilliant documentary.
How veteran German coach Otto Rehhagel became a Greek god by conquering Europe at #EURO 2004 with outsiders #GREECE. #EURO2020 pic.twitter.com/vXpwHTuftY
— Oluwashina Okeleji (@oluwashina) June 21, 2021
Kegagalan EURO 2008
Strategi seperti itu membuat Yunani kelihatan lemah. Apalagi jika menghadapi tim yang menekan pertahanan mereka. Pun apabila menghadapi tim dengan taktik yang sama. Kendati demikian, setelah EURO 2004, Yunani berubah menjadi tim yang jauh lebih percaya diri.
Mereka memang tidak lolos di Piala Dunia 2006. Namun, Yunani mengamankan tiket putaran final EURO 2008 setelah tampil bagus di babak kualifikasi. Datang sebagai juara bertahan, Yunani justru seakan-seakan mendatangi kuburan mereka sendiri.
Satu grup dengan Rusia, Spanyol, dan Swedia; Yunani empot-empotan. Bertemu Spanyol yang mengusung penguasaan bola dan Swedia yang energik dengan Zlatan Ibrahimovic, Yunani tak berkutik. Strategi bertahan Rehhagel menemui ajalnya. Tiga laga, tiga kekalahan.
🇸🇪 Zlatan Ibrahimović opens Sweden’s EURO 2008 account in style against holders Greece 🔥
🗓️ #OTD in 2008 @svenskfotboll | #EURO2020 pic.twitter.com/pFOtGJUKP5
— UEFA EURO 2024 (@EURO2024) June 10, 2021
Pemecatan Rehhagel
Kegagalan di EURO 2008 tidak membuat nasib Yunani memburuk di kompetisi-kompetisi akbar. Terbukti, dua tahun setelahnya, Yunani malah lolos ke Piala Dunia. Mirisnya, Yunani terhenti di fase grup. Mantan juara Eropa itu hanya mampu memetik satu kemenangan, yakni atas Nigeria.
Di Nelson Mandela Bay Stadium, Afrika Selatan, Yunani bahkan bertekuk lutut di hadapan Korea Selatan. Gol Park Ji-sung mengunci kemenangan 2-0 Taeguk Warrior. Hasil buruk inilah yang membuat Rehhagel terdepak.
Santos’ Influence and those behind “Plan Qatar” driving Greece forward.
In our latest blog, @apostol74131889 looks at our #Ethniki Omada’s future with the current coaching setup whilst acknowledging the early foundations set by Fernando Santos. https://t.co/F3rEvQXTZs pic.twitter.com/Pepq2B4LFc— Hellas Football (@HellasFooty) May 24, 2020
Posisinya digantikan Fernando Santos, pelatih asal Portugal. Walaupun berganti pelatih, Yunani masih menganut sistem bertahan. Santos mengandalkan strategi bertahan yang serupa Rehhagel. Di tangan Santos, Yunani sedikit membaik di EURO 2012.
Yunani dibawanya ke perempat final, tapi kalah dari Jerman. Di Piala Dunia 2014, Yunani yang belum pernah lolos ke babak gugur, untuk pertama kalinya lolos. Sayangnya, Kosta Rika menghentikan mereka di 16 besar.
Krisis Ekonomi dan Skandal
Pada masa itu melatih Yunani bukan pekerjaan mudah. Selain harus membersihkan kekecauan yang dibuat Rehhagel, Santos juga dihadapkan situasi eksternal yang kurang mendukung. Yunani sedang dilanda krisis ekonomi. Utang negera membengkak.
Puncaknya terjadi pada tahun 2009. Pemerintahan baru Yunani yang dipimpin George Papandreou mengungkapkan bahwa defisit fiskal mencapai 12,7%, lebih dari dua kali lipat dari angka sebelumnya. Hal itulah yang membuat krisis utang di Yunani kian parah.
In December 2009, the Greek government’s public debt and fiscal deficit accounted for 113% and 12.7% of GDP, well above the upper limit allowed by the EU. Te 3 major global rating agencies successively downgraded Greece’s debt rating, and Greek debt broke out. pic.twitter.com/GHOAqrhbD8
— Fantini (@Fantini05046140) March 3, 2020
Saat ekonomi Yunani luluh lantak, korupsi di ranah sepak bola muncul. Ada banyak skandal pengaturan skor di Liga Super Yunani. Mengutip The Conversation, lebih dari 40 pertandingan di musim 2008/09, 2009/10, dan 2010/11 dicurigai terdapat skandal pengaturan skor.
Lebih dari 130 halaman transkrip percakapan telepon hasil penyadapan badan intelijen Yunani terungkap pada tahun 2011. Tak kurang dari 85 orang yang terdiri dari agen, pemilik klub, pemain, wasit, dan pejabat badan sepak bola terseret kasus ini.
Namun, sama seperti di Indonesia, penyelidikan kasus semacam ini berjalan lambat. Presiden OIympiakos sekaligus Ketua Liga Super saat itu, Evangelos Marinakis sempat ditangkap. Akan tetapi, ia dibebaskan dari segala tuduhan tahun 2015. Kasus ini pun menguap begitu saja. Selama enam tahun tak ada kejelasan.
evangelos marinakis Olympiacos could be relegated after a match fixing in 2015. Marinakis could have a fine and a life ban from football.
Source daily mail #nffc pic.twitter.com/2gsp3U604P
— Talk Forest TV (@OfficalTftv) April 25, 2020
Kekacauan
Krisis utang dan skandal ekonomi tak berdampak pada tim-tim besar seperti Olympiakos. Apalagi tim ini selalu lolos ke Liga Champions. Namun, tidak dengan tim-tim medioker. AEK Athens, misalnya. Krisis dan korupsi menghempaskan mereka ke tanah.
AEK Athens gagal menstabilkan keuangan. Mereka akhirnya bangkrut dan harus memulai lagi dari divisi tiga tahun 2013. Panathinaikos juga nyaris bangkrut pada musim 2017/18. Beruntungnya mereka kedatangan pengusaha asal Thailand, Pairot Piempongsant yang membeli saham klub.
In 2013, AEK Athens was relegated from the Greek Super League after a three point deduction due to a pitch invasion; they began playing amateur-level football in the Greek third division. Five years later, they’re back in the #UCL and will host Bayern tonight at 6:55pm CET. pic.twitter.com/RZw2zHU2Pi
— Bavarian Tweets (@BavarianTweets) October 23, 2018
Korupsi membuat citra sepak bola Yunani memburuk. Minat menonton sepak bola di Yunani pun menurun drastis. Akibatnya pendapatan dari siaran televisi merosot.
Selain itu anggaran diperketat. Pemilik atau pemegang saham klub dipaksa mengikuti kebijakan yang ketat. Pendapatan menurun drastis. Namun, masalah tak berhenti di soal ekonomi. Baik di dalam maupun luar stadion, kekerasan meningkat.
Perkelahian antarsuporter, bentrokan dengan polisi, ketidakpercayaan terhadap wasit, sampai tembakan senjata api ke pemain tidak hanya mendorong penggemar menjauh dari sepak bola, tapi membuat sepak bola Yunani makin runyam.
Wakil Menteri Kebudayaan Yunani saat itu, Giorgos Nikitiadis menggambarkan itu sebagai “halaman paling gelap dalam sepak bola Yunani”. Sementara bekas pemain Birmingham yang pernah main di Liga Yunani, Olivier Kapo menggambarkan bahwa sepak bola Yunani isinya mafia.
Gonta-Ganti Pelatih
Sengkarut yang terjadi membuat Timnas Yunani kehilangan kepercayaan diri. Tersingkir di Piala Dunia 2014, Santos tak dipertahankan. Yunani lalu menunjuk Claudio Ranieri. Namun, baru empat pertandingan, Ranieri dipecat. Ia digantikan pelatih sementara Konstantinos Tsanas. Lalu Yunani menunjuk Sergio Markarian. Namun, ia pergi begitu cepat.
Tahun 2015 Yunani beralih ke pelatih asal Jerman, Michael Skibbe. Tapi mereka gagal ke Piala Dunia 2018. Setelah Skibbe, banyak pelatih keluar-masuk. Angelos Anastasiadis, John van’t Schip, Gustavo Poyet, hingga Nikolaos Papadopoulos. Tapi Yunani yang tenggelam tak bisa diselamatkan lagi.
Banyak hal sudah dilakukan. Kerja sama dengan UEFA sudah. Bahkan Theodoros Zagorakis, kapten di EURO 2004 ditunjuk menjadi ketua federasi pada 2021 untuk menyelamatkan sepak bola Yunani. Tapi ia malah mundur setelah 165 hari bekerja. Zagorakis kecewa. Ia tak kuat menanggung beban dan memilih keluar dari sistem yang menurutnya beracun.
Segala kekacauan itu membuat Yunani sering absen di ajang bergengsi. Selain di edisi 2018, Yunani juga tak lolos di Piala Dunia 2022. Tim berjuluk Piratiko itu juga gagal ke putaran final EURO 2016, 2020, dan 2024.
Sumber: Detik, TheConversation, ESPN, GreekReporter, BBC, Investopedia