Hertha, Berliner Sport-Club atau yang lebih dikenal dengan nama Hertha Berlin adalah sebuah klub sepak bola profesional yang berbasis di ibu kota Jerman, Berlin. Berdiri sejak 25 Juli 1892, Hertha Berlin adalah salah satu klub tertua yang masih bertahan di kasta teratas Liga Jerman.
Selain itu, Hertha Berlin merupakan salah satu founding member ‘Deutscher Fußball-Bund’ alias Asosiasi Sepak Bola Jerman yang didirikan pada 28 Januari 1900. Oleh karena itulah, julukan “Die Alte Dame” yang artinya Si Nyonya Tua sangat pas disematkan kepada Hertha Berlin.
Sayangnya, sebagai klub bersejarah yang berbasis di ibukota Jerman, Hertha Berlin bukanlah kesebelasan yang bergelimang prestasi layaknya klub ibukota lain di liga top Eropa. Hertha pernah menjadi kampiun German football championship di tahun 1930 dan 1931. Namun, setelah itu hingga era Bundesliga dimulai, mereka tak pernah lagi menjadi kampiun Liga Jerman.
Sementara di kancah Eropa, prestasi terbaik dari klub yang bermarkas di Olympiastadion itu hanyalah menjadi semifinalis Piala UEFA 1979. Prestasi yang Hertha miliki tentu sangat kontras bila dibandingkan dengan prestasi klub ibu kota lainnya, seperti Real Madrid, Ajax, Arsenal, atau bahkan AS Roma.
Sebagai klub ibu kota, Hertha Berlin malah lebih akrab dengan jurang degradasi, skandal suap, dan banyaknya kegagalan dalam merengkuh prestasi. Selain itu, menilik dari trofi terakhir yang mereka raih, “Die Alte Dame” bisa dibilang sebagai raksasa yang tertidur.
Daftar Isi
Dibeli Lars Windhorst pada 2019, Hertha Berlin Mendadak Kaya
Akan tetapi, angin segar mulai berhembus ke markas Hertha Berlin setelah klub tersebut diakuisisi oleh pengusaha muda asal Jerman, Lars Windhorst. Pada tahun 2019 kemarin, Lars Windhorst sah menjadi pemilik minoritas Hertha Berlin usai membeli 49,9% saham klub senilai 224 juta euro.
Reports in Germany suggest businessman Lars Windhorst is about to purchase 37.5 percent of Hertha Berlin, which could rise to 49.9 percent in the future.
With a reported investment of 125 million euros, this would be the biggest single investment in Bundesliga history. pic.twitter.com/n87PSZev6f
— DW Sports (@dw_sports) June 27, 2019
Kedatangan Lars Windhorst dengan suntikan dana yang sangat besar kepada Hertha Berlin tentu membuat penggemar “Die Alte Dame” kembali menaruh harapan kepada klub kesayangannya untuk kembali berprestasi.
Windhorst bak penyelamat bagi Hertha Berlin. Pasalnya, suntikan dananya juga membuat “Die Alte Dame” mendadak sah menjadi salah satu klub terkaya di Jerman. Windhorst juga punya mimpi besar untuk menjadikan Hertha Berlin sebagai “Big City Club” yang mampu bersaing untuk gelar Liga Champions.
Lars Windhorst, par l’intermédiaire de son fond d’investissement Tennor Group, a effectué le dernier virement de 30M€ au Hertha Berlin.
Il possède maintenant 66,6% de la SARL Hertha BSC (et non du club de foot directement afin de contourner le 50+1) qu’il a acquis pour 375M€. pic.twitter.com/wTQ6WQ2oKB
— Antoine (@Antoine_Eder) August 17, 2021
Dana Berlimpah Tak Membuat Hertha Berlin Berprestasi
Di musim 2019/2020, dana sebesar 110,70 juta euro dibelanjakan Hertha Berlin untuk membeli beberapa pemain baru. Di antaranya, Dodi Lukebakio, Matheus Cunha, Krzysztof Piatek, Lucas Tousart, Marko Grujic, hingga Dedryck Boyata. Hertha juga menunjuk Jürgen Klinsmann sebagai pelatih barunya pada November 2019.
Akan tetapi, dana besar yang sudah dikeluarkan tersebut nyatanya tak membuat performa Hertha Berlin di lapangan jadi membaik. Klinsmann yang ditunjuk secara medadak untuk menggantikan posisi Ante Covic hanya bertahan selama 10 minggu dengan hasil 3 kemenangan dan 4 kali kalah dalam 10 pertandingan.
Setelah itu, giliran Alexander Nouri dan Bruno Labbadia yang menduduki kursi pelatih “Die Alte Dame”. Namun, meski sudah belanja besar-besaran dan jadi salah satu klub terboros di Eropa serta menunjuk 4 pelatih berbeda dalam satu musim, Hertha Berlin hanya sanggup finish di posisi 10 Bundesliga musim 2019/2020.
Di musim berikutnya, Hertha Berlin mencoba berbenah dengan membenahi tim dari sisi manajemen. Legenda mereka, Arne Friedrich ditunjuk sebagai sporting director yang baru di bawah kepemimpinan Michael Preetz sebagai managing director.
Lars Windhorst juga meningkatkan kepemilikannya menjadi 66,6% setelah kembali menyuntikkan dana tak kurang dari 150 juta euro pada Oktober 2020. Semua itu dilakukan Lars Windhorst tanpa melanggar aturan 50+1.
Hertha Berlin investor Lars Windhorst is investing a further €150m in the #Bundesliga club, increasing his stake in the club’s professional football division to 66.6%.
The club itself retains majority voting rights, in accordance with the #50plus1 rule.#herthabsc #bundesliga pic.twitter.com/FBd78uoDZ3
— DW Sports (@dw_sports) July 1, 2020
Hertha Berlin kemudian membenahi skuadnya dengan kembali berbelanja di bursa transfer. Dana senilai 27,25 juta euro dihabiskan untuk membeli beberapa nama, seperti Jhon Cordoba, Alexander Schwolow, Mattéo Guendouzi, hingga Sami Khedira.
Sayangnya, nasib Hertha Berlin di musim 2020/2021 malah lebih buruk. Bruno Labbadia hanya bertahan selama 18 pekan dan meninggalkan Hertha Berlin di posisi 14 dengan hanya mampu meraih 4 kemenangan dan 5 kali imbang. Menyusul kepergian Bruno Labbadia, managing director Michael Preetz juga mundur dari posisinya.
Hertha kemudian menunjuk Pál Dárdai sebagai pengganti Bruno Labbadia. Sayangnya, pelatih asal Hongaria itu juga hanya sanggup mengantar Hertha Berlin finish di posisi 14 Bundesliga dengan koleksi 35 poin. Bahkan dalam beberapa pekan, mereka juga harus bersaing di zona degradasi.
Hasil dalam 2 musim pertama pasca akuisisi Lars Windhorst itu tentu mengecewakan. Pasalnya, dana tak kurang dari 137,95 juta euro telah Hertha Berlin habisnya untuk membeli banyak pemain. Selain itu, investasi Windhorst di klub asal Berlin itu juga tak bisa dibilang sedikit.
Fredi Bobic Datang, Hertha Berlin Berbenah
Akhirnya di musim 2021/2022 ini, Hertha Berlin menunjuk Fredi Bobic yang sebelumnya bekerja untuk Eintracht Frankfurt sebagai sporting director yang baru. Di bawah kendali mantan top skor Bundesliga 1996 itu, Hertha Berlin melakukan cuci gudang.
Para striker yang dibeli di era sebelumnya secara bertahap dilepas ke klub lain. Keputusan tersebut memang terpaksa diambil, sebab keempat striker yang didatangkan di awal investasi Lars Windhorst memang tampil tak sesuai dengan harga belinya.
Jhon Córdoba hanya mampu mencetak 7 gol dan 2 asis dalam 21 penampilan. Matheus Cunha hanya mencetak 13 gol dan 10 asis dalam 40 penampilan. Sementara Dodi Lukébakio hanya mencetak 16 gol dan 13 asis dalam 67 penampilan dan Krzysztof Piatek yang hanya mampu mencetak 13 gol dan 4 asis dalam 58 penampilan.
Untungnya, di bawah kendali Fredi Bobic, beberapa pembelian gagal tersebut mampu dijual kembali dengan harga yang cukup menguntungkan. Jhon Córdoba yang sebelumnya dibeli dengan harga 15 juta euro berhasil dijual ke Krasnodar dengan harga 20 juta euro. Matheus Cunha yang sebelumnya dibeli seharga 18 juta euro berhasil dijual ke Atletico Madrid dengan harga 26 juta euro.
Sementara itu, Dodi Lukébakio dan Krzysztof Piatek dipinjamkan ke Wolfsburg dan Fiorentina hingga akhir musim. Berkat langkah itu pula, Hertha Belin berhasil mengantongi dana senilai 48,50 juta euro dari penjualan beberapa pemainnya. Sebagai gantinya, Hertha Berlin hanya mengeluarkan dana senilai 25,60 juta euro untuk membeli beberapa pemain baru.
Kali ini, Hertha tidak mengeluarkan banyak uang untuk pemain mahal. Mereka justru bergantung kepada nama-nama senior semacam Stevan Jovetic, Ishak Belfodil, dan Kevin-Price Boateng. Hertha juga mendatangkan pemain muda semacam Jurgen Ekkelenkamp dari Ajax dan Myziane Maolida dari OGC Nice.
Perubahan yang dilakukan manajemen Hertha Berlin memang tidak memberi hasil instan. Mereka malah langsung kalah 3 kali beruntun di 3 pertandingan pertama Bundesliga musim ini. Dalam 10 pertandingan pertamanya, Hertha juga hanya berhasil meraih 4 kemenangan dan menelan 6 kekalahan.
Atas performa yang kurang meyakinkan itu, suporter “Die Alte Dame” tak kuasa menahan amarah. Usai tunduk dari rival sekotanya, Union Berlin di pekan ke-12, salah seorang suporter Hertha Berlin melempar balik jersey pemberian Davie Selke.
Most striking image from the Berlin derby last night.
Hertha’s Davie Selke throws his shirt to a fan after their 2-0 defeat to Union.
The fan throws it straight back at him. pic.twitter.com/0yiVrK0Szu
— Archie Rhind-Tutt (@archiert1) November 21, 2021
Akhirnya, Pál Dárdai dipecat dari kursi pelatih pada 29 November 2021 dan posisinya kemudian digantikan oleh pelatih asal Turki, Tayfun Korkut. Sayangnya, meski kembali berganti pelatih untuk kesekian kalinya, performa Hertha Berlin tak kunjung meyakinkan.
Ganti Pelatih Lagi, Performa Hertha Berlin Tak Kunjung Membaik
Di bawah asuhan Tayfun Korkut, Hertha mulai lebih banyak mengandalkan pemain-pemain muda potensial. Nama-nama seperti Jurgen Ekkelenkamp, Marco Richter, dan Myziane Maolida dipadu padankan dengan pemain senior seperti Ishak Belfodil, Stevan Jovetić, dan Kevin-Prince Boateng. Sayangnya, skema tersebut belum mampu mengubah nasib Hertha Berlin di papan klasemen Bundesliga.
Meski di pekan ke-17 “Die Alte Dame” berhasil mempermalukan Borussia Dortmund dengan skor 3-2, tetapi dalam 7 pertandingan terakhir, Hertha Berlin hanya mampu memetik 2 kemenangan dan 2 kali imbang. Itupun hasil imbang yang diraih Hertha Berlin didapat saat mereka bertandang ke Stuttgart dan Wolfsburg yang tengah berkutat di zona degradasi.
Masalah lainnya, dalam 7 pertandingan terakhir di Bundesliga, anak asuh Tayfun Korkut sudah menelan 3 kekalahan dengan skor yang tergolong telak. Hertha dibantai 4-0 oleh Mainz, tumbang 1-3 atas FC Koln, dan dicukur Bayern Munchen dengan skor 1-4. Sialnya, kekalahan atas Bayern datang di waktu yang tidak tepat.
Sebelum tumbang atas raksasa Bavaria di pekan ke-20, Si Nyonya Tua lebih dulu tersingkir dari ajang DFB-Pokal dari sang musuh bebuyutan, FC Union Berlin. Tak ayal, pasca kekalahan tersebut, sejumlah fans “Die Alte Dame” marah dan mendatangi sesi latihan tim serta mengancam akan bertindak lebih jauh jika Hertha Berlin tak kunjung meraih hasil positif.
Der letzte Satz muss halt einfach nicht sein. Sorry aber hätte man sich auch sparen können. #hahohe pic.twitter.com/srqyYNch6i
— hertha.updates🗞️ (@herthaupdates) January 23, 2022
Kini, setelah Bundesliga berjalan 20 pekan, Hertha Berlin masih tertahan di peringkat 13 dengan koleksi 22 poin, hanya berjarak 3 poin dari FC Augsburg yang menghuni zona play-off degradasi. Posisi tersebut tentu tak sesuai dengan ekspektasi dan investasi besar yang sudah dikeluarkan Lars Windhorst kepada “Die Alte Dame”.
There’s movement on the #Bundesliga table after MD20… but is it 🔼 or 🔽 for your side? 😬 #BLMatchday pic.twitter.com/NhCyiW49uV
— Bundesliga English (@Bundesliga_EN) January 23, 2022
Dari kasus Hertha Berlin ini kita belajar bahwa mendadak kaya tidak menjamin sebuah klub bakal meraih prestasi secara instan. Ketimbang langsung membelanjakan uang dalam jumlah besar untuk merekrut pelatih atau pemain mahal, jauh lebih baik membentuk pondasi yang kuat agar pembangun tim bisa berjalan secara berkelanjutan.
Ujung-ujungnya, investasi besar Lars Windhorst yang membuat Hertha Berlin mendadak menjadi tim terkaya di Jerman, tak serta merta mampu membangunkan ‘Die Alte Dame’ yang telah tertidur panjang. Alih-alih bersaing untuk jatah tiket ke Liga Champions, yang ada Hertha Berlin kini harus lebih dulu menyelamatkan diri dari ancaman degradasi.
***
Sumber Referensi: ESPN, Washington Post, Forbes, DW, Sportspromedia, Transfermarkt.


