“Dia dulu chubby, badannya tidak atletis dan kami terbukti salah,”
Siapa sangka, kalimat tersebut keluar dari mantan direktur Akademi Arsenal, Liam Brady.
Harry Kane merupakan salah satu pemain hebat yang menimba ilmu bersama tim meriam London. Namun, karena alasan yang cukup menggelitik itulah, Kane akhirnya pergi dari Arsenal.
Mantan direktur akademi Arsenal Liam Brady mengaku telah melakukan penilaian yang salah terhadap Harry Kane. Kane sejatinya, Kane pernah menghuni akademi Arsenal ketika usianya delapan tahun, namun ia justru dibuang karena dianggap terlalu chubby. Sejak saat itu, ia memilih bergabung dengan Tottenham Hotspur.
Meski dibuang, Harry Kane menganggap bahwa Arsenal memiliki peranan penting dalam perkembangan kariernya. Kane pun mengindikasikan bersyukur karena semakin termotivasi dengan penolakan yang dilakukan manajemen The Gunners.
Selain dianggap terlalu gemuk, Kane juga dinilai tidak memiliki prospek cerah oleh manajemen Arsenal. Tapi dengan tekadnya, dia membangun sebuah karier yang hebat. Dan dia pantas dengan segala sesuatu yang diinginkan nya.
“Menurut saya, seragam berwarana putih Tottenham lebih baik. Saya ingat ketika kali pertama bermain melawan Arsenal. Setelah pertandingan itu, saya seakan memiliki sesuatu yang jauh lebih baik,” ujar Kane.
Setelah mengalami berbagai cobaan dalam karir nya, Kane membuktikan bahwa ia pantas disebut sebagai penyerang yang hebat. Dia kuat, dia cepat, dan dia istimewa.
Meski tak punya statistik mentereng sebelum usia 20 tahun, para pelatih di akademinya menyadari bahwa Kane punya bakat spesial dibanding pemain lain. Bahkan mantan manajer Arsenal, Arsene Wenger sempat marah besar ketika Arsenal melepas Kane begitu saja di usia delapan tahun.
“Saya tidak tahu mengapa ia dilepas, saya membacanya di koran,”
“Bahkan saya sendiri tidak mengetahui pelepasan Kane. Anda tahu, saya marah saat itu dan lngsung bertanya pada klub, kenapa dia pergi.”
Ketidakjelian menejemen Arsenal menimbulkan kerugian besar bagi The Gunners. Bahkan, selain moncer bersama Tottenham, Kane juga mampu menunjukkan kualitasnya bersama timnas tiga singa.
Kane merupakan pengecualian di antara talenta-talenta Inggris saat ini. Di lini depan timnas, ketika kemampuan Rooney menurun karena sudah dimakan usia, timnas Inggris masih bergantung pada sosok Jermaine Defoe yang sudah berusia 34 tahun. Sementara itu Marcus Rashford yang masih berusia 19 tahun pun belum dianggap matang. Tapi Kane membuat timnas Inggris tak terlalu khawatir akan ketajaman lini depan mereka, setidaknya hingga delapan sampai 10 tahun ke depan.
Sementara itu, mantan pelatih Kane di timnas U21, Les Ferdinand, menyebut bahwa yang membuat Kane berbeda dengan pemain lain adalah kepercayaan dirinya. Selain itu, Kane juga punya kemampuan dalam membaca permainan.
“Bagi saya, kualitas yang membuatnya muncul sebagai pemuda menjanjikan adalah kepercayaan dirinya yang luar biasa,”
“Dia adalah pemain yang sangat hebat. Ia selalu tahu kemana ia harus bergerak.”
Perkembangan Kane pun terbilang pesat. Dirinya menjadi idola baru sejak usia 20 pada 2014, meski sempat dianggap hanya akan menjadi one-season wonder, Kane tetap memamerkan keterampilannya. Apa yang ditunjukkan Kane saat ini membuat banyak orang seakan tak percaya. Hal ini dikarenakan pemain muda Inggris seringkali gagal bersinar, karena di masa muda, mereka terlalu cepat terlena dengan popularitas sebagai pemain Liga Primer. Tapi Kane tak seperti pemuda Liga Primer kebanyakan, ia jauh dari klub malam dan alkohol, serta dirinya lebih banyak menghabiskan waktu dengan bersantai bersama teman-temannya.
Bersama Tottenham, Kane berhasil menjadi penyerang yang paling ditakuti lawan. Ia mampu beradaptasi dengan baik dan tak jarang ikut terlibat dalam membangun serangan.
Bagi Arsenal, kisah Harry Kane menjadi sebuah kecerobohan yang tak bisa dimaafkan. Pemain ‘chubby’ yang mereka tolak menjelma menjadi ujung tombak paling mematikan.