Jika berbicara Serie A, Udinese adalah permata yang menyelinap di antara klub-klub beken seperti Juventus, Inter Milan, AS Roma, dan AC Milan. Namun, dalam setidaknya delapan musim terakhir, Udinese mendaulat diri sebagai tim medioker.
Bahkan ketika klub sekelas Atalanta mulai merangsek ke empat besar, Udinese masih berkutat di papan tengah. Prestasi mereka gitu-gitu saja. Hal itu membuat pembahasan Udinese jadi tidak menarik.
Namun, musim 2022/23 memang penuh kejutan. Udinese yang sangat medioker itu ternyata mampu menyusup di antara klub-klub tadi. Sadar atau tidak, jika kamu menilik klasemen Serie A, sampai giornata keenam, Udinese berada di peringkat empat. Jadi, apa yang bikin Udinese bisa sehebat itu?
Daftar Isi
Mengawali Musim dengan Manis
Zebrette mengawali musim 2022/23 dengan sangat manis. Hal serupa memang pernah dilakukan pada musim 2021/22. Hanya saja, pada musim lalu, Udinese sekadar bisa meraih tiga poin ketika menghadapi klub kecil. Sementara, menghadapi klub seperti Napoli dan AS Roma, Udinese takluk.
Nah, awal musim ini Udinese benar-benar tampil klinis. Betul bahwa mereka dikalahkan AC Milan 4-2. Namun, Udinese juga menghabisi AS Roma yang sedang bagus di tangan Mourinho 4-0. Zebrette juga mengalahkan Fiorentina.
Sassuolo dan AC Monza juga takluk di tangan Udinese. Total, dari enam pertandingan, Bianconeri berhasil membawa pulang 13 poin. Berasal dari 4 kali menang, 1 kali meraih hasil imbang, dan sekali merasakan kekalahan.
Menghabisi AS Roma 4-0
Dari pertandingan Udinese di awal musim, yang menarik tentu saja ketika menghadapi AS Roma. Apalagi AS Roma yang sedang naik daun. Mereka baru saja menjuarai Conference League. Pun ada beberapa pembenahan di sana-sini.
Giallorossi juga sudah punya banyak amunisi, seperti Dybala. Mourinho juga sangat yakin dengan skuadnya. Namun, apa yang terjadi? Anak asuh Mourinho justru diterkam Zebrette habis-habisan.
Uniknya, empat gol yang bersarang berasal dari empat pemain yang berbeda. Destiny Udogie, Lazar Samardzic, Roberto Pereyra, dan Sandi Lovric bergiliran membobol gawang Rui Patricio. Permainan Udinese ketika itu sangatlah taktis.
Highlights #SerieA FT : Udinese 4-0 AS Roma
⚽ Udogie 5′
⚽ Samardžić 56′
⚽ Pereyra 75′
⚽ Lovric 82′Waduh, Mourinho#UdineseRomapic.twitter.com/ymLHIc1Boh
— Cakwe Anbu 👺🌵 (@YareY4r3Daze) September 5, 2022
Mereka sangat tangguh menghadapi tim yang levelnya jelas lebih kuat. Padahal anak asuh Mourinho punya misi untuk merebut posisi puncak. Giallorossi pun asyik menyerang. Namun, mereka lupa bahwa sepakbola bukan hanya soal menyerang.
Beberapa kali AS Roma membuat celah di pertahanan mereka sendiri. Bek-bek Mourinho tak sekali dua kali melakukan kesalahan. Tepat di titik itulah, Udinese memanfaatkan situasi untuk mengoyak pertahanan AS Roma, dengan menghujani mereka lebih dari satu gol.
Jose Mourinho pun menyesali hasil ini. Namun, Mourinho juga sadar bahwa kekalahan tidak bisa dihindarkan. Kalah adalah keniscayaan. Mourinho lebih memilih kalah 4-0 di satu pertandingan daripada kalah 1-0 sebanyak empat kali.
Peran Andrea Sottil
Apa pun yang dikatakan Mourinho, harusnya ia mesti sadar bahwa taktiknya tak bisa membendung strategi pelatih Udinese, Andrea Sottil. Ya benar, Sottil adalah sosok yang punya pengaruh dalam penampilan apik Udinese sejauh ini.
Ia datang ke Stadion Friuli pada Juni 2022. Sottil menggantikan Gabriele Cioffi yang sebelumnya adalah seorang karateker. Di tangan Cioffi, Udinese memenangi pertarungan degradasi. Zebrette lolos dari degradasi. Namun, mereka tidak bisa berbicara banyak di tangga klasemen.
Hanya finis di peringkat 12, membuat Udinese harus mengganti Cioffi dengan sosok baru. Andrea Sottil terpilih sebagai penggantinya. Nama Sottil sendiri sebetulnya tidak asing bagi publik Udine. Sottil pernah menjadi bek andalan Zebrette.
Ia pernah membela Udinese pada tahun 1999 sampai 2003. Selama berseragam Bianconeri, Sottil telah mengemas setidaknya 115 penampilan. Ia juga mencetak 7 gol. Prestasi gemilang yang pernah diraihnya adalah membawa Udinese juara Piala Intertoto.
Udinese coppa intertoto 2000 pic.twitter.com/shgxZ9i60r
— Michele Picilli (@PicilliMichele) September 2, 2022
Sottil kembali ke Udinese sebagai pelatih. Meski ia sebetulnya tidak punya portofolio yang luar biasa dalam jabatan itu. Sejauh ini, Sottil hanya berkutat di divisi terendah. Manajer itu pernah merasakan kompetisi Serie B saat melatih Pescara.
Ia dipekerjakan pada tahun 2020 untuk menyelamatkan Pescara dari degradasi. Namun, penunjukannya yang terlambat gagal menyelamatkan Pescara. Ia pun dipecat dan Ascoli merekrutnya. Sottil pun menjalani musim yang lumayan bersama Ascoli.
Ia membawa Ascoli finis di peringkat enam di akhir musim 2021/22. Ascoli berhasil mengungguli Benevento yang ada di peringkat ketujuh dengan 65 poin. Ascoli ingin mempertahankannya, tapi Udinese membujuknya. Zebrette pun membawa pulang Andrea Sottil.
Strategi Andrea Sottil
Pengalamannya melatih klub kecil membuat Sottil tak berhenti berinovasi dalam taktik. Umumnya, pelatih kelahiran Venaria Reale itu memakai skema empat bek. Namun, di Udinese ia mencoba bermanuver dengan skema tiga bek.
Formasi dengan tiga bek menjadi cukup populer di Serie A. Saat menghadapi AS Roma pun, Mourinho juga menerapkan skema tiga bek sama seperti Sottil. Namun, Sottil punya pendekatan yang boleh jadi berbeda dengan Mourinho.
Sottil mengedepankan kerapatan lini tengah. Dengan skema 3-5-2, ia mengakomodir agar lini tengah tetap rapat. Lima pemain di lini tengah beberapa kali menjaga jarak antarpemain. Selain itu, sektor bek sayap menjadi andalan Sottil.
Udinese have officially announced the hiring of @ascolicalciofc’s former coach, Andrea Sottil.
He had an incredible season at Ascoli last year, leading his side to finish 10 places higher than the previous season.
Best of luck 👏 pic.twitter.com/lt59VgQaXR
— Italian Football TV (@IFTVofficial) June 7, 2022
Saat menghadapi AS Roma, Sottil menaruh Roberto Pereyra dan pemain muda, Destiny Udogie sebagai bek sayap. Sottil tahu dua pemain itu tampil menggigit dalam menyerang. Keduanya bisa menawarkan sisi kelebaran ketika Udinese melancarkan serangan.
Tidak hanya itu, salah satu dari mereka, Pereyra punya baik dalam transisi dari menyerang ke bertahan. Salah satu kekuatan strategi Sottil adalah lini tengah. Nah, Tolgay Arslan dan Samardzic diberi tugas untuk mengontrol lini tengah. Kedua pemain, ketika menghadapi AS Roma berhasil menuntaskan tugasnya.
Pemain Kunci Udinese
Musim ini sebenarnya Udinese tidak terlalu masif dalam bursa transfer. Ya walaupun, bukan berarti mereka tidak mendatangkan pemain baru. Destiny Udogie yang tampil impresif itu pun sebenarnya pemain yang berhasil didatangkan Sottil.
Udinese menebus Destiny Udogie dari klub Hellas Verona. Pemain 19 tahun itu dibayar dengan harga yang sangat murah, yaitu 4 juta euro (Rp59,5 miliar) pada Juli 2022. Namun, pada Agustus 2022, Udogie dibeli Tottenham Hotspur dengan mahar 18 juta euro (Rp267,1 miliar), sebelum akhirnya dipinjamkan kembali ke Udinese.
Iyenoma Destiny Udogie 🇮🇹 pic.twitter.com/Yj4dkq8o3b
— Nathan (@Nathan_Gr_) May 22, 2022
Musim ini, anak muda itu jadi andalan Sottil dengan melepaskan 3 tembakan on target, dan 2 di antaranya menghasilkan gol. Tidak cukup sampai di situ, Udogie juga sudah melakukan 10 kali percobaan dribble, dan 5 kali di antaranya sukses. Ia juga cakap dalam mengontrol bola.
Minimal Udogie sudah 185 kali mengontrol bola pada Serie A musim ini. Daya jelajah Udogie juga tinggi dengan mengcover 1186 yard (1085 meter) lapangan. Udogie juga sudah melakukan 112 sentuhan di sepertiga lapangan akhir. Selain Udogie, Roberto Pereyra juga menjadi andalan Udinese.
Pemain yang pernah membela Watford itu menjadi sosok yang menginspirasi skuad Udinese. Ia punya kekuatan menyerang dan bertahan sama baiknya. Pereyra sudah melakukan 175 operan sukses dari 218 percobaan. Selain itu, 6 tekel dari 10 tekel yang ia lakukan berhasil membuatnya merebut bola.
Dengan catatan-catatan itu, bukan tidak mungkin kalau Udinese bisa menjadi kuda hitam di Serie A. Bahkan dengan pemain seperti Deulofeu yang sudah mencetak 3 assist sangat mungkin membuat Zebrette menjadi kuda hitam hingga akhir musim.
https://youtu.be/iFzHfKlr1N0
Sumber: Fotmob, Football-Italia, Foottheball, FootballExpress, OutLookIndia, Cultocalcio, IDNTimes, Fbref


