Publik sepakbola dunia kini sedang bersedih. Kabar mengejutkan datang ketika pemain yang kalem dan setia bernama Toni Kroos, akan pensiun dari dunia sepakbola pasca EURO 2024. Tak hanya fans Real Madrid saja yang bersedih menangisi kepergian Kroos, publik sepakbola dunia pun sama. Kroos bagaimanapun adalah pemain yang punya banyak fans karena performa dan sikapnya yang nggak neko-neko sebagai pesepakbola.
Namun siapa sangka, perjalanan Toni Kroos hingga sampai paripurna di Real Madrid sekarang ini, dulu ternyata pernah menemui jalan terjal. Ia sempat dihina, dikhianati, hingga dibuang oleh klub yang sebenarnya adalah klub impiannya sejak kecil. Miris bukan?
🚨BREAKING: Toni Kroos has announced that he will retire at the end of the season. 😔💔
One of the greatest players of our generation, Toni Kroos! 🙌🇩🇪 pic.twitter.com/BAqZI5oJ4d
— Football Factly (@FootballFactly) December 30, 2022
Daftar Isi
Mimpi Toni Kroos
Lahir di Greifswald, Toni Kroos sejak kecil sudah sangat mencintai sepakbola. Kata ayahya, Roland Kroos, meski punya sikap pendiam, namun kalau soal sepakbola Kroos bisa sangat antusias dan banyak omong.
Ayahnya adalah sosok yang sangat mendukung bakat Kroos sejak kecil. Meski Roland Kroos seorang pelatih gulat, namun sehari-harinya ia rela menyisihkan waktu untuk menemani Kroos bermain sepakbola. Namun pada suatu ketika, saat ayahnya makin sibuk dengan dunia gulatnya, Kroos lalu disekolahkan ke akademi Greifswald yang dekat dengan rumahnya.
Karena dinilai memiliki bakat yang mumpuni saat berlatih di akademi Greifswald, Kroos lalu diangkut oleh akademi Hansa Rostock pada tahun 2002. Di Rostock itulah mimpi Kroos jadi pesepakbola profesional dimulai. Saat itu, Kroos yang masih berusia 13 tahun sudah punya mimpi, yaitu suatu saat nanti bisa jadi bintang di klub besar seperti Bayern Munchen. Die Roten adalah klub idola Kroos sejak kecil.
Mimpi Kroos tersebut akhirnya terwujud. Berkat perkembangannya di Rostock yang cukup bagus, di usia 17 tahun tepatnya tahun 2006, ia resmi diangkut oleh Bayern Munchen U-19.
Dibuang Ke Leverkusen
Namun sayang, Kroos gagal bersaing selama di Munchen. Ia sulit bersaing di tim inti karena banyak gelandang senior yang hebat macam Bastian Schweinsteiger maupun Mark Van Bommel.
Kroos sempat dipinjamkan ke Bayer Leverkusen pada tahun 2009. Peminjaman ini untuk memberi lebih banyak kesempatan bermain bagi Kroos. Delapan belas bulan berseragam Leverkusen, Kroos nyatanya menjawab semua keraguan dengan berhasil tampil apik.
Selama jadi pemain pinjaman, Kroos di bawah asuhan Bruno Labbadia sukses membawa Die Werkself tampil di Final DFB Pokal. Ia salah satu gelandang kunci Leverkusen saat itu bersama Arturo Vidal dan Simon Rolfes.
Dikhianati
Berkat penampilannya yang makin tokcer di BayArena, Die Roten pada tahun 2010 langsung membawa Kroos kembali ke Allianz Arena. Kroos pun bahagia karena dipercaya kembali oleh klub idolanya.
Toni Kroos sangat menikmati kariernya saat berseragam Munchen. Bahkan ia sempat ingin pensiun di klub idolanya tersebut. Ia menjadi gelandang andalan FC Hollywood yang tak tergantikan hingga tahun 2014. Kroos juga telah banyak berjasa bagi Die Roten. Misal saat ia mampu membawa Munchen meraih treble winner di musim 2012/13.
Namun alih-alih diapresiasi, di tahun 2014 hal yang tidak mengenakan justru menimpa dirinya. Meski banyak berjasa bagi Munchen, saat itu gaji Kroos tak mengalami kenaikan. Kroos masih digaji 4 juta euro saja oleh Munchen. Jumlah yang jauh dibanding gaji Mario Gotze yang baru direkrut dari Dortmund yakni 12 juta euro.
Kroos pun protes dan merasa dirinya layak disejajarkan dengan pemain-pemain Munchen lainnya. Kroos nekat mendatangi langsung kantor CEO Munchen saat itu, Karl-Heinz Rummenigge, protes agar gajinya naik. Namun Rummenigge menolak permintaan kenaikan gajinya. Yang lebih menjengkelkan bagi, Kroos sampai dihina oleh Rummenigge bahwa ia bukan termasuk pemain kelas dunia.
Hijrah Ke Madrid
Aroma konflik dari Munchen tersebut tercium sampai ruang kerja Carlo Ancelotti di Real Madrid. Don Carlo ingin memanfaatkan konflik tersebut untuk segera mendatangkan Kroos ke Bernabeu.
Para juru runding Real Madrid bekerja cepat. Kesepakatan pun tercapai dengan Munchen dan agen Kroos saat itu, Volker Struth. Perpindahan Kroos ke Bernabeu pada 2014 tersebut, juga diwarnai dengan kepindahan Xabi Alonso ke Munchen.
Saat pertama kali berkostum El Real, Kroos sudah merasa nyaman. Walau belum fasih berkomunikasi dengan bahasa Spanyol, Kroos diterima hangat sebagai keluarga besar El Real. Kroos menilai Real Madrid sudah seperti rumahnya sendiri. Meski baru gabung, Kroos merasa sangat dihargai dan diperlakukan baik oleh klub maupun publik Santiago Bernabeu.
Sukses Bersama Modric dan Casemiro
Meski sudah merasa nyaman, namun tidak halnya dengan performanya. Pada musim debutnya, Kroos ternyata mengalami kesulitan. Selain adaptasi bahasa, ia juga masih kesulitan adaptasi dengan atmosfer La Liga. Berkat hal tersebut, posisinya juga kerap dirotasi oleh Carlo Ancelotti dengan pemain seperti Asier Illarramendi.
Meski mengalami kesulitan, namun Toni Kroos tetap tak berhenti bekerja keras. Terbukti, berkat kerja kerasnya, Kroos perlahan mampu menemukan performa terbaiknya saat di bawah gemblengan Zinedine Zidane.
Oleh pria botak Prancis tersebut, Kroos diduetkan dengan Modric dan Casemiro. Hasilnya, Los Blancos lahirkan trio maut gelandang terbaik dunia yang mampu raih beberapa gelar, termasuk hattrick gelar UCL yang sensasional.
Seiring berjalannya waktu, umur makin menggerogoti Kroos. Namun bagi Kroos, itu tak jadi soal. Di saat banyak yang menganggap El Real butuh regenerasi pemain tengah, Kroos nyatanya masih menunjukan performanya yang garang di lapangan. Musim 2023/24 contohnya. Di usia 34 tahun, Kroos masih jadi bagian penting bagi El Real menuju final UCL.
Pensiun
Namun ketika Kroos diharapkan tetap garang di lapangan, tersiar kabar bahwa ia resmi memutuskan pensiun dari dunia si kulit bundar. Kroos memutuskan berhenti bermain sepak bola saat tidak seorang pun meragukan dirinya. Carlo Ancelotti dan Florentino Perez pun tak pernah meragukannya. Perez bahkan dikabarkan siap menyodorkan kontrak baru kepadanya.
Tapi Kroos mengabaikan tawaran tersebut. Ia merasa sudah sampai pada batasnya. Ia sudah merasa cukup karena sudah mendapatkan segalanya di Real Madrid.
Real Madrid bagaimanapun telah menjadi bagian hidup dari Kroos. Pasca dikhianati Munchen, Kroos merasa diberikan “kehidupan kedua” oleh El Real. Menurut Kroos, jasa Real Madrid baginya sangat besar. Maka dari itu, ia berambisi untuk pensiun saat berseragam putih kebanggaan El Real.
Santiago Bernabeu telah jadi saksi kehebatan Toni Kroos sedekade ini. Di setiap sudut stadion megah ini, Kroos merasa dihargai. Publik Bernabeu pun menganggap Kroos sebagai salah satu pemainnya yang setia.
Dihargai Real Madrid
Di pekan terakhir La Liga musim 2023/24, Real Madrid ingin membalas kesetiaan Kroos tersebut dengan sebuah pesta perpisahan yang indah. Di Santiago Bernabeu, Kroos sampaikan salam perpisahannya terhadap klub yang telah menyelamatkan karier sepakbolanya itu.
Fans El Real pun berbondong-bondong menyaksikannya. Mereka menyerbu tiket laga terakhir Real Madrid demi melihat Toni Kroos terakhir kali menginjakan kakinya di rumput Bernabeu.
Ya, di bawah atap Santiago Bernabeu yang megah itu, Madridistas akan ditinggal oleh idolanya yang sangat berjasa dan bersahaja itu. Sedih dan terharu rasanya. Adios, Toni Kroos.
Sumber Referensi : nytimes, fcbayern.com, managingmadrid, goal.com, managingmadrid, marca, espn