Saat Iker Casillas meninggalkan klub yang sudah ia bela sejak umur 9 tahun di 2015, ban kapten Real Madrid berpindah ke Sergio Ramos. Tapi yang kita sadari, di Madrid Casillas tidak hanya punya label kapten. Namun juga kambing hitam. Dan sejak kepergiannya di tahun 2015 itu, label kambing hitam berpindah ke Karim Benzema.
Label kambing hitam ini menentukan siapa yang akan disiksa oleh para fans dan media di setiap kekalahan Real Madrid. Benzema memang sering bermasalah dengan kebugarannya. Tapi kesetiaannya dengan Real Madrid tidak usah dipertanyakan lagi. Tidak bisa dipungkiri bahwa Benzema ingin pensiun di Bernabeu.
Ia pun mampu membuktikan kelasnya sebagai bomber mematikan di La Liga. Pada tahun 2022 ia akhirnya mendapatkan Ballon d’Or. Suatu penghargaan yang memang dia pantas dapatkan. Tapi tahukah kalian Benzema sempat dicap sebagai pembelian terburuk Madrid di musim pertamanya?
Daftar Isi
Benzema Diantara Galactico
Cerita berawal di tahun 2009. Saat itu Real Madrid sedang berada di tengah perubahan besar. Presiden Los Blancos, Ramon Calderon mengundurkan diri setelah ia terlibat dengan kasus skandal korupsi.
Pengunduran diri Calderon diikuti oleh dipilihnya Florentino Perez sebagai presiden baru. Ini adalah periode keduanya menjadi presiden. Sebelumnya ia pernah duduk di kursi yang sama di tahun 1998 – 2000.
Perez bersumpah akan mendatangkan bintang-bintang sepak bola eropa ke Real Madrid. Dengan maksud untuk mengembalikan era kejayaan Galacticos di kancah eropa, setelah terakhir kali memenangkan Liga Champions di tahun 2002.
Untuk itu didatangkan lah sejumlah nama besar untuk memulai proyek Galacticos jilid 2. Di batch pertama, pemain-pemain yang didatangkan adalah Ricardo Kaka dari AC Milan, Cristiano Ronaldo dari Manchester United, Xabi Alonso dari Liverpool, dan Karim Benzema dari Olympic Lyon. Dan nama lain seperti Álvaro Negredo, Esteban Granero, dan Álvaro Arbeloa.
Erase una vez en 2009.
Un verano de fichajes galácticos. pic.twitter.com/KV5Yh85NNv
— REAL MADRID❤️ (@AdriRM33) April 23, 2020
Jika dibandingkan dengan nama-nama yang lain pada saat itu, Benzema bukanlah siapa-siapa. Ia bukan berasal dari klub raksasa eropa, juga bukan pemain superstar seperti Ronaldo, Kaka, dan Xabi Alonso. Sebaliknya, ia adalah pemain muda yang masih minim pengalaman.
Sebagai pemain yang masih berusia 21 tahun, Benzema adalah produk muda dan aset berharga bagi Lyon. Benzema telah mencetak 66 gol dari 149 penampilan bersama tim utama Lyon. Serta enam gol dari 24 penampilannya bersama timnas senior.
Dia adalah bagian dari tim Lyon yang merengkuh gelar Ligue 1 empat musim berturut-turut. Ia juga mengagumkan saat tampil di Liga Champions dengan mencetak 16 gol hanya dari 19 penampilan.
Dengan statistiknya ini, Benzema telah menjadi prospek yang paling mendambakan di eropa. Ia juga sudah jadi incaran Manchester United, Inter Milan, dan Barcelona. Tapi pada akhirnya hatinya menuntun Benzema ke Bernabeu.
Musim Pertama di Madrid
Meskipun catatannya di Lyon mengesankan, tapi ia masih banyak mendapatkan keraguan dari para media dan kritikus. Pasalnya Benzema tidak pernah bermain di luar Prancis.
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa kualitas liga Prancis dan Spanyol pada saat itu bagaikan langit dan bumi. Meskipun begitu, harapan para fans masih besar untuk Benzema. Ia digadang-gadang akan mengikuti jejak Zidane bersama los merengues.
Tapi, Benzema harus bisa menerima kenyataan bahwa musim pertamanya di Madrid tidaklah semulus yang ia kira. Butuh waktu yang cukup lama untuk Benzema bisa tampil di La Liga. Manager Madrid saat itu, Manuel Pellegrini lebih suka dengan Gonzalo Higuain daripada Benzema.
Pria keturunan Aljazair itu mengaku kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di Spanyol. Karena itu pula Benzema jadi kesulitan menyesuaikan permainannya di La Liga. Untuk melengkapi kritik yang ia terima karena sering dibangku cadangkan, Benzema juga tidak bisa berbahasa Spanyol.
Penggemar Madrid pasti tahu, bagaimana reaksi media dan kritik kalau ada pemain asing baru yang tidak bisa berbahasa Spanyol. Selain itu juga, ketidakmampuan Benzema dalam berbahasa Spanyol membuatnya kesulitan berkomunikasi dengan tim. Baik itu saat latihan maupun pada saat pertandingan.
Beruntung bagi Benzema, ia punya sosok malaikat pelindung yang selalu membelanya. Orang itu adalah Zidane. Sang Legenda Prancis tidak ragu pasang badan untuk melindungi juniornya itu. Ia berkata “Semua orang harus tenang. Bahkan saya dikritik dalam dua bulan pertama saya di Real Madrid. Karim adalah anak yang berbakat, dia butuh waktu.”
Zinedine Zidane has branded Karim Benzema the ‘best striker in French football history’ pic.twitter.com/y0rSaBrj5V
— SPORTbible (@sportbible) October 18, 2022
“The New Anelka”
Baru setengah musim ia bergabung dengan los blancos, tepatnya pada tanggal 2 Desember 2009 Marca menerbitkan artikel berjudul “Benzema, Anelka Baru”. Sebagian besar kritik tersebut adalah bagaimana Benzema tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan Spanyol. Dalam artikel tersebut juga diklaim Benzema tidak mau berinteraksi dengan rekan tim yang lain selain rekannya di timnas, Lassana Diarra.
Dalam artikel tersebut, Marca juga mengatakan bahwa Benzema belum bisa membuktikan kemampuannya di Real Madrid. Sebagaimana ia bisa jadi penyerang yang hebat ketika memperkuat Lyon. Dan pada akhir kritikannya Marca menyebutkan, daripada disamakan dengan Zidane Benzema lebih pantas disamakan dengan pemain Prancis lainnya, Nicolas Anelka.
Nicolas Anelka pernah dibeli Madrid dengan harga mahal dari Arsenal pada tahun 1999. Di Arsenal, ia sebenarnya adalah pemain berbakat. Anelka telah berperan besar dalam perebutan gelar domestic double Arsenal di musim 1997/98.
Anelka opens up on his Real Madrid ‘nightmare’ 😣 pic.twitter.com/HRZskgLies
— GOAL (@goal) August 7, 2020
Tapi setelah bergabung di Real Madrid, performanya berubah 180 derajat. Ia tidak bisa beradaptasi dengan La Liga, suka malas-malasan saat latihan, berseteru dengan manajer, dan tidak mau belajar bahasa Spanyol. Selama karirnya di Madrid, ia hanya tampil 33 kali dan dicap sebagai striker terburuk los blancos sepanjang masa.
Dengan kata lain, Marca menyamakan Benzema dengan Anelka bermaksud untuk mengungkapkan bahwa Benzema adalah pembelian terburuk Real Madrid. Dan ini tidak semakin membaik bagi dirinya sampai akhir musim debutnya di klub ibu kota itu. Benzema hanya mencetak 8 gol dari 27 penampilan di Liga.
Gonzalo Higuain, jadi pemain yang paling produktif di Madrid musim itu. Ia mencetak 27 gol di Liga, melebihi torehan Zlatan Ibrahimovic di Barcelona. Sementara Cristiano Ronaldo sukses di musim debutnya dengan mencetak 26 gol di Liga.
Pellegrini Keluar, The Special One Masuk
Los Merengues mengakhiri musim dengan 97 poin dan total 102 gol di La Liga. Catatan itu akan membuat klub di belahan dunia manapun menjuarai liga apapun di muka bumi. Tapi Madrid bersaing dengan Barcelona yang tidak masuk akal hebatnya. Barca menjuarai liga dengan total 99 poin. Sementara los galacticos harus rela di posisi kedua.
Di tingkat eropa, nasib mereka tidak lebih baik. El Real tersingkir di babak 16 besar Liga Champions. Dan yang lebih melakukannya lagi, Mereka tersingkir dari Copa del Rey setelah dikalahkan tim kasta ketiga, Alcorcon.
Dengan Real Madrid sudah menghabiskan 250 juta euro untuk membangun proyek Galacticos jilid dua, mereka malah tidak dapat trofi di musim itu. Florentino Perez tidak mentolerir hal ini. Ia langsung memecat Manuel Pellegrini. Kemudian datanglah the special one ke Bernabeu.
Jose Mourinho akan jadi sosok penting dalam karir Benzema. Mou mendorong Benzema dengan tidak segan-segan mengkritiknya. Secara garis besar, Mou mengkritik sifat malas Benzema. Ia mengatakan kepada penyerang itu “Hanya untuk kamu, latihan harus diadakan siang hari. Karena kau selalu datang terlambat di jam 10, lalu malah tidur lagi di jam 11.”
Tidak hanya secara pribadi, Mou sering meroasting Benzema di hadapan media. Mou pernah berkata “Benzema itu memalukan. Dia bukan kucing lagi, tapi kelinci.” Di lain kesempatan, Mou juga berkata “Karim itu berbakat, tapi untuk bermain di Madrid bakat saja tidak cukup. Madrid butuh striker yang tidak lesu.”
Seperti Pellegrini, Mourinho sebenarnya lebih suka untuk memainkan Gonzalo Higuain. Dan Benzema pun harus rela kembali menjalani musimnya di Spanyol sebagai pemain pengganti. Namun, di bulan November Higuain mengalami cedera punggung. Itu adalah kesempatan emas Benzema untuk membuktikan tajinya. Ia mulai menjadi starting eleven Real Madrid.
Titik Balik Benzema
Benzema pun akhirnya mampu mencetak gol Liga Champions pertamanya bersama Madrid di musim itu ketika melawan Ajax. Kemudian mencetak hattrick pertamanya di Spanyol ketika melawan Auxerre. Dua minggu kemudian ia kembali mencetak hattrick. Kali ini ke gawang Levante di ajang Copa del Rey.
Selain sudah kembali menjadi mesin gol, Benzema juga sudah berhasil mendapatkan hormat dari the special one. Di depan media, Mou berkata “Karim melalui ini dengan baik, ia sudah berubah. Dia bahagia dan dia puas dengan dirinya sendiri. Jia ia bisa terus memberikan hasil baik, maka kami akan terus mendukungnya.”
Musim 2010/11 ia akhiri dengan banyak peningkatan. Ia adalah pemain yang berbeda jika dibandingkan dengan dirinya di musim lalu. Dan yang terpenting, Benzema telah mendapatkan titik baliknya bersama Real Madrid. Ia mempersembahkan gelar Copa del Rey. Benzema juga mencetak 27 gol di musim itu, hanya Ronaldo yang mencetak lebih banyak gol dari dirinya.
Di musim panas 2011, Benzema menjalani program penurunan berat badan. Ia berhasil menurunkan berat badan seberat 8 kilogram. Itu membuatnya lebih ringan dari sebelumnya. Dengan penampilan impresifnya di pramusim, Jose Mourinho menjadikan Benzema memimpin lini serang.
Ia melanjutkan performa baiknya itu di musim selanjutnya. Penampilan berkualitasnya membuatnya memenangkan penghargaan pemain Prancis terbaik di tahun 2011. Media Spanyol yang pernah mengkritik Benzema di musim debutnya pun ikut memberikan pujian.
Karim berperan penting dalam membantu Madrid mendapatkan gelar La Liga di musim 2011/12. Meskipun dirinya akan tidak memiliki cerita manis di timnas, sebaliknya terjadi di Madrid. Benzema yang pernah disamakan dengan striker terburuk Real Madrid, akan dikenang sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah los balncos miliki.
Sumber referensi: Marca, Marca 2, Managing Madrid, B/R, Guardian, Footballtimes, Sportbible, Eurosport, Transfermarkt