Cara Belgia Menciptakan Generasi Emas di Piala Dunia 2018

spot_img

Tim nasional Belgia adalah salah satu tim yang paling menarik untuk dilihat. Mereka diam-diam sempat berada di peringkat pertama FIFA pada tahun 2015. Padahal seperti yang kita tahu, Belgia minim prestasi di kancah Eropa maupun dunia.

Tapi, Belgia diisi oleh para pemain terbaik dari klub-klub besar Eropa. Sampai di Piala Dunia 2018, banyak orang baru menyadari kalau pemain bintang dari tim-tim favorit mereka adalah pemain Belgia.

Dengan diperkuat pemain berpengalaman seperti Vincent Kompany dari Manchester City. Dan banyak bakat-bakat menjanjikan pada saat itu seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku. Generasi itu dikenal sebagai generasi Emas Belgia. Lalu bagaimana cara Belgia menciptakan generasi emas mereka?

Sejarah Memalukan

Padahal di dekade 90-an, Belgia tidak memiliki tim nasional sepakbola yang kuat. Mereka seringkali menjadi hanya menjadi tim penggembira di kompetisi Eropa. Prestasi yang masih bisa dibanggakan pada saat itu mungkin adalah ketika mereka bisa sampai ke babak semifinal Piala Dunia 1986.

Di tahun 1998 Belgia tidak mampu lolos fase kualifikasi Piala Dunia. Lalu di tahun 2000, Belgia bersama dengan Belanda, mendapat kesempatan menjadi tuan rumah untuk kompetisi Euro. Meskipun begitu, Belgia gagal memberikan kesan di turnamen tersebut. De Rode Duivels tidak mampu lolos babak penyisihan grup.

Belgia mengalami sedikit kemajuan dua tahun kemudian. Mereka lolos ke putaran final Piala Dunia 2002. Pasukan setan merah juga mampu lolos fase grup sebagai peringkat kedua di bawah Jepang. Hasil itu mereka dapatkan setelah dua kali imbang dan satu kemenangan yang dicapai dengan susah payah.

Namun, pasukan De Rode Duivels harus menghadapi raksasa Brasil di babak 16 besar. Meskipun bisa menahan imbang di babak pertama, tapi tetap saja tidak bisa menahan gempuran Rivaldo CS di babak kedua. Gol dari Rivaldo dan Ronaldo memastikan kepulangan Belgia di Piala Dunia 2002

Kegagalan di Euro 2000 dan perjalanan pendek di Piala Dunia 2002 itu merupakan hal yang memalukan untuk Belgia. Bahkan, karena itu pula orang-orang Belgia mulai kehilangan minat mereka ke sepakbola.

Ini yang membuat hati Michel Sablon tergerak untuk menjalankan revolusi sepakbola di Belgia. Revolusi sepak bola yang dilakukan Sablon ini tidaklah dibangun dalam semalam, seperti legenda Candi Prambanan. Melainkan lewat proses panjang yang memakan waktu lama.

Revolusi Sepak Bola Belgia

Michel Sablon sebenarnya punya latar belakang sebagai pemain sepak bola sebelumnya. Ia juga pernah menjadi asisten pelatih timnas Belgia di Piala Dunia 1986 sampai dengan 1994. Tahap pertama yang ia lakukan untuk mengubah sepak bola Belgia adalah mempelajari bagaimana tim-tim lain bermain. Ini yang membuatnya berkelana untuk menimba ilmu ke berbagai negara Eropa seperti Belanda, Prancis, dan Jerman.

Di negara-negara itu ia menyadari satu hal. Yaitu mereka menggunakan formasi 4-3-3 sejak tim akademi. Formasi itu memungkinkan para pemain untuk bergerak lebih bebas dan cair dalam menyerang. Mengetahui hal itu, Sablon dan rekan-rekannya membuat brosur yang berisi penggunaan formasi 4-3-3 ke akademi-akademi sepak bola yang ada di Belgia.

Tahap kedua, Sablon menyarankan kepada akademi-akademi sepakbola untuk lebih mengembangkan skill individu para pemain daripada mementingkan kemenangan. Artinya bagi pemain muda, kemenangan bukankah hal yang penting. Tapi lebih mementingkan untuk meningkatkan skill, teknik, dan kemampuan individu.

Sablon sampai menyarankan untuk menghapus sistem peringkat liga di semua tim u-7 atau u-8. Dengan begitu, para pemain muda ini tidak akan lagi memikirkan kemenangan tim. Melainkan skill apa yang bisa mereka tingkatkan lagi.

Tahap ketiga adalah menanamkan kepercayaan diri para pemain muda dan tidak menahan mereka. Setiap pemain muda punya kesempatan untuk membuktikan diri mereka di setiap level. Dengan begini, para pemain tidak ada pilihan lain selain maju. Mereka harus bisa membuktikan diri untuk bermain di tim senior daripada harus kembali lagi ke tim junior.

Revolusi sepak bola Belgia ini juga tidak lepas dari dukungan pemerintah. Pemerintah Belgia menginvestasikan jutaan euro untuk pengembangan akademi-akademi sepak bola mereka. Para pencari bakat juga dengan gigih mencari bibit-bibit baru sampai ke pelosok negeri.

Lahirnya Generasi Emas

Pembangunan akademi itu juga membutuhkan proses panjang dan makan waktu yang cukup lama. Pada tahun 2008 bibit emas mulai terlihat. Banyak pemain-pemain muda Belgia yang pindah ke liga-liga besar eropa. Pemain muda Belgia saat itu yang bisa menjadi contoh adalah Vincent Kompany. Ia adalah nama besar Belgia yang melakukan transfer ke Liga Inggris.

Manchester City yang baru saja dibeli oleh pengusaha timur tengah sedang berusaha membangun dan meningkatkan kualitas klub. Mereka akhirnya membeli Vincent Kompany di tahun 2008. Ia pun menjadi saksi sejarah bangkitnya the citizen di Liga Inggris dan menjadi legenda di Manchester City.

Pemain Belgia lain yang pindah ke Liga Inggris di tahun yang sama dengan Kompany adalah Marouane Fellaini. Ia pindah ke Everton, dan jadi pemain andalan David Moyes sampai sampai ia ikut diboyong ketika sang pelatih pindah ke Manchester United. Di tahun setelahnya, atau tahun 2009 ada Thomas Vermaelen yang pindah dari Ajax ke Arsenal.

Tiga pemain itu dinilai sebagai orang yang berperan penting dalam membuka jalan para pemain Belgia berkiprah di Liga Inggris. Simon Mignolet, mantan kiper Belgia dan Liverpool juga mengungkapkan hal itu. Ia berpendapat bahwa sejak Kompany, Vermaelen, dan Fellaini mampu membuktikan kemampuannya di Liga Inggris. Klub-klub lain mulai mau percaya dengan kemampuan yang ditawarkan para pemain Belgia.

Curi Perhatian di Piala Dunia 2014

Generasi emas Belgia ini mulai memberikan pembuktian kepada publik ketika menjelang Piala Dunia 2014. De Rode Duivels mendominasi pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014. Mereka tidak pernah kalah dari total 10 pertandingan kualifikasi. Dari semua pertandingan tersebut Belgia menang delapan kali dan hanya imbang dua kali.

Dengan mendominasi semua laga kualifikasi, Kompany CS berangkat ke Brasil dengan penuh keyakinan. Mereka juga diperkuat pemain-pemain unggulan seperti Thibaut Courtois, Kompany, Vertonghen, Axel Witsel, Fellaini, sampai Eden Hazard.

Belgia bisa dibilang beruntung karena ditempatkan di Grup H yang berisikan tim non-unggulan. Di grup tersebut mereka ditempatkan bersama Aljazair, Rusia, dan Korea Selatan. Belgia mampu memanfaatkan situasi itu dengan finis sebagai pemuncak klasemen. Mereka menyabet semua laga dengan kemenangan 100%.

Eden Hazard dan kolega juga tampil meyakinkan di babak 16 besar dengan mengalahkan Amerika Serikat 2-1. Namun langkah mereka terhenti setelah bertemu dengan Argentina di perempat final. Meskipun dikalahkan Messi CS dan gagal ke semifinal, ini bukanlah catatan yang buruk untuk tim setan merah belgia. Belgia mampu menarik perhatian publik dengan generasi emas mereka.

2018 Puncak Kejayaan Generasi Emas Belgia

Di edisi setelahnya, Belgia punya harapan besar. Apalagi di Piala Dunia 2018 ini para pemain Belgia berada di puncak karirnya. Bahkan beberapa dari mereka sudah jadi pemain paling bernilai tinggi di eropa. Contohnya seperti Kevin de Bruyne, Romelu Lukaku, dan Eden Hazard.

Mereka tergabung dalam Grup G bersama dengan Panama, Tunisia, dan Inggris. Sama seperti di Piala Dunia 2014, Eden Hazard CS juga bisa melenggang dengan santai di babak penyisihan grup. Di pertandingan pertama, Belgia mampu mengalahkan Panama dengan tiga gol tanpa balas, lalu menghempaskan Tunisia dengan skor 5-2. Kemudian menaklukan Inggris dengan skor 1-0.

Di babak 16 besar, The Red Devils mampu mengalahkan Jepang lewat pertandingan yang sangat dramatis. De Bruyne dan kolega mampu comeback setelah kebobolan dua gol lebih dulu. Lalu, di pertandingan selanjutnya, Belgia mengalahkan lawan yang cukup sulit yaitu Brasil. De Rode Duivels berhasil menang dengan skor 2-1.

Mereka akhirnya kalah melawan Prancis, yang akhirnya jadi pemenang di Piala Dunia tersebut. Namun di laga perebutan juara ketiga, Belgia membuat Inggris tidak berdaya. Mereka merebut tempat ketiga setelah mengalahkan tim tiga singa dengan skor 2-0.

Menduduki peringkat ketiga Piala Dunia adalah prestasi terbaik Belgia sampai saat ini. Sekaligus merupakan penampilan terbaik generasi emas tim setan merah. Perjalanan Belgia di Piala Dunia 2018 mengajarkan bahwa setiap kesuksesan selalu berawal dari keterpurukan.

Timnas Belgia yang terpuruk di dekade 90an sampai 2000 awal menjadi motivasi untuk merevolusi sepak bola mereka. Dan itu memakan waktu yang sangat lama dan membutuhkan proses yang sangat panjang. Namun, hasil yang didapatkan Belgia bisa dibilang sepadan. Generasi emas 2018 ini menjadi standar baru bagi generasi-generasi Belgia yang muncul setelahnya.

 

Sumber referensi: Aa, Pundit, 90min, Brussels, UEFA, B/R

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru