Cara AMPUH Newcastle GEBUK PSG di Liga Champions

spot_img

Akhirnya, terdengar lagi anthem khas Liga Champions di St. James Park. Maklum, sejak dua dekade silam stadion tersebut tak lagi mengumandangkan anthem tersebut. Stadion kebanggaan masyarakat Newcastle itu juga terasa spesial, karena menjadi saksi terkaparnya raksasa Prancis, PSG.

Tak hanya kebetulan saja The Magpies membuat lakon Liga Petani itu babak belur. Tentu ada beberapa cara ampuh yang dilakukan oleh Toon Army. Yang jelas dengan cara tersebut, si bocil Mbappe dan kawan-kawan hanya melongo melihat klubnya itu hancur lebur dihancurkan anak kemarin sore di Liga Champions.

Fakta Dan Rekor Menarik

Kemenangan telak 4-1 Newcastle atas PSG di babak grup Liga Champions menjadi kemenangan pertama dan terbesar bagi Newcastle di Liga Champions. Kemenangan terakhir Toon Army di Liga Champions terjadi tepatnya pada 26 Februari 2003.

Ketika itu Toon Army menang atas Bayer Leverkusen 3-1 di St James Park. Saat itu bintang mereka, Alan Shearer cetak hattrick. Kalau menurut hitung-hitungan, ternyata selama 7.525 hari lamanya, Newcastle harus menanti kembali meraih kembali kemenangan di Liga Champions.

Kemenangan ini juga soal gol. Ya, gol pertama Newcastle di Liga Champions sejak 20 tahun silam, akhirnya dicetak oleh pemain yang mirip Raditya Dika, Miguel Almiron. Pasalnya, gol terakhir yang dicetak The Magpies di Liga Champions terjadi pada 11 Maret 2003. Ketika itu Alan Shearer yang mencetak gol di laga melawan Inter Milan di San Siro.

Fokus di Liga Champions

Salah satu yang membuat Newcastle sementara ini tampil baik di Liga Champions adalah fokus mereka di kompetisi ini. Maklum, Newcastle ingin persembahkan yang terbaik bagi para pendukungnya setelah sekian lama tak berpartisipasi di kompetisi ini.

The Athletic menyebut, fokus kompetisi Eropa dari Newcastle terbukti. Kita tahu di liga domestik, Newcastle musim ini startnya kurang baik. Mereka kalah atas tim-tim seperti City, Liverpool, maupun Brighton. Dan hanya menang lawan tim-tim medioker seperti Brentford, Sheffield, Aston Villa, maupun Burnley.

Eddie Howe juga mengungkapkan hal yang serupa di media Chronicle Live. Di situ Howe mengaku tak gentar hadapi grup maut di Liga Champions musim ini. Justru ia sangat senang bisa bertemu dengan tim-tim besar.

Semangat mereka agak lain di liga domestik dan Liga Champions. Biasanya klub seperti Newcastle setelah unggul menghadapi klub besar seperti PSG, umumnya bermain bertahan untuk mengamankan keunggulan. Tapi tidak bagi Newcastle. Di babak kedua meski sudah unggul 2-0, masih saja terus membombardir pertahanan PSG tanpa ampun.

Optimisme Eddie Howe

Semangat tim juga erat kaitanya dengan motivasi sang pelatih. Selain punya target khusus di Eropa, sikap pelatih Eddie Howe dalam menambah mental bertanding pasukannya di tengah lapangan, patut diacungi jempol.

Mereka tak takut menghadapi semua lawannya termasuk Mbappe. Bahkan sebelum laga, Howe sudah sesumbar bahwa ia tak sabar menantikan timnya melibas PSG. Kata Howe, pertahanan Newcastle jelang hadapi PSG sedang bagus-bagusnya.

Apalagi tren kemenangan timnya yang sedang terjaga. Mereka tak terkalahkan sejak terakhir kali kalah atas Brighton di awal September. Bahkan mereka sempat menang besar 8-0 atas Sheffield dan mengandaskan Manchester City di Carabao Cup.

Local Pride Newcastle

Selain faktor optimisme, ada lagi faktor dua pemain asli Newcastle bernama Dan Burn dan Sean Longstaff. Dua pemain pirang tersebut adalah dua pemain asli kelahiran Newcastle. Mereka juga fans Newcastle sejak kecil. Maklum, keluarga besarnya juga para pendukung garis keras Newcastle sejak dulu.

Kalau soal loyalitas dan pengorbanan dari anak daerah, sudah tak usah diragukan lagi. Pasti total. Ibaratnya nih, ia siap mati demi membela klub tanah kelahirannya. Hal itulah yang tercermin dari semangat yang tak kenal lelah dari Burn dan Longstaff di laga melawan PSG. Dan bagusnya, Howe jeli memanfaatkan kekuatan tersebut.

Padahal nih, kita tahu dua pemain tersebut notabene hanyalah pemain medioker. Tapi dengan jiwa loyalitas dan pengorbanan yang tinggi, membuat kekuatan Burn dan Longstaff sedikit berbeda. Seperti apa yang terjadi ketika mereka berdua kompak mencetak gol di laga melawan PSG.

Tuah St James Park

Selain faktor loyalitas, jangan dilupakan juga faktor stadion. Ya, St James Park punya daya magis tersendiri bagi sang tuan rumah. Stadion itu selalu penuh sesak para Toon Army sejati, baik sejak mereka di Championship.

Maka jelang Newcastle menghadapi PSG di St James Park, para fans sudah siap mengumandangkan anthem khas Liga Champions. Bahkan mereka sangat serius dengan menerbangkan drone di langit St. James Park yang membentuk jersey Newcastle. Ada yang bertuliskan “We’re Back” maupun para punggawa mereka.

Belum lagi koreografi megah fans di dalam lapangan yang serba hitam dan putih yang bikin merinding para penonton yang menyaksikannya. Tak terkecuali bagi sang lawan yang mampu tersihir daya magis St James Park tersebut. PSG seperti terbius dan terdiam akan atmosfer St James Park sepanjang laga.

Eddie Howe sempat berkata, bagaimanapun Newcastle dalam menghadapi tim mana pun tak akan gentar jika bermain di St James Park. Boleh tampil buruk di kandang lawan, tapi kalau sudah bermain di rumah tak ada ceritanya kalah. Menurut Howe, teriakan intimidatif fans kepada lawan mampu jadi kekuatan tersendiri bagi mental pasukannya untuk tampil spartan.

Kepandaian Taktik Eddie Howe

Kemenangan Newcastle juga salah satunya berkat kecerdikan taktik Eddie Howe. Ternyata Eddie Howe paham situasi saat lawan menggunakan taktik yang lebih menyerang. Howe menduetkan Tonali dan Guimaraes di lini tengah.

Hal itu membuat keseimbangan lini tengah terjaga. Ini juga yang luput dari pemantauan Enrique. Dilansir Goal, Enrique menganggap ketika menghadapi Newcastle tak perlu banyak bermain menguasai bola di tengah. Toh Newcastle sering men-skip lini tengahnya.

Enrique lupa bahwa sekarang Newcastle punya Tonali dan Guimaraes yang kuat pegang bola di lini tengah. Ditambah Longstaff yang daya jelajahnya tak kenal lelah. Kombinasi itu mampu membuat dua pemain lini tengah PSG, Warren Zaire Emery dan Manuel Ugarte hanya bisa melongo. PSG kalah jumlah di lini tengah. Mereka juga mudah terkena serangan balik.

Kecerdikan taktik Howe tersebut diakui sendiri oleh Enrique dalam sesi wawancaranya dengan Sky Sports. Menurunya, Newcastle sangat baik di sepertiga akhir dan efektif dalam memanfaatkan peluang.

Kesalahan Taktik Luis Enrique

Enrique juga mengakui bahwa dirinya salah dalam menerapkan strategi. Formasi frontal menggunakan empat penyerang sekaligus sejak awal laga, menyisakan banyak lubang di lini tengah maupun pertahanan.

Enrique kekeh dengan strategi ultra ofensifnya tersebut. Dembele, Mbappe, Kolo Muani, dan Goncalo Ramos yang notabene penyerang dipasang semua. Mereka hanya meninggalkan pemain bau kencur seperti Ugarte dan Zaire Emery di lini tengah.

Harusnya Enrique sadar akan kekurangan itu. Tapi ia malah enggan melakukan perubahan. Pemain seperti Ugarte justru diganti oleh Vitinha yang tipenya sama. Begitupun Kolo Muani yang digantikan Barcola. Sikap keras kepala Enrique akhirnya berbuah kekalahan bagi timnya sendiri.

Sumber Referensi : theathletic, chroniclelive, sportsmole, eurosport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru