Roberto Carlos da Silva Rocha, lahir pada 10 April 1973 di Garca, Sao Paolo, Brasil. Dirinya lahir dari pasangan Vera Lucia da Silva dan Oscar da Silva. Kehidupan keluarga Carlos sangatlah memprihatinkan. Dirinya tinggal di lingkungan miskin dan kumuh di Brasil. Keluarganya hanya bekerja sebagai buruh tani di perkebunan kopi.
Seperti bocah Brasil lainnya, Carlos kecil tumbuh dengan segala kecintaanya terhadap sepakbola. Kapanpun dan dimanapun ia punya waktu, dirinya selalu bermain bola. Meski begitu, Carlos harus membantu perekonomian keluarga akibat kemiskinan yang melanda.
Di usia 12 tahun, ia bekerja di pabrik tekstil bernama Torsao Cardeiro.
Setelah bermain bola di lapangan terbuka bahkan jalanan, bakat Carlos kecil tercium oleh beberapa klub lokal. Dia memulai karier sepakbolanya bersama akademi Uniao Sao Joao di usia 19 tahun. Klub pertamanya itu terletak di daerah Araras, Sao Paolo.
Bakatnya terus berkembang hingga mampu menembus klub ternama di Brasil.
Di tahun 1992, Roberto Carlos bergabung dengan Atletico Mineiro dan bermain beberapa laga sebelum akhirnya resmi berseragam Palmeiras. Di tahun yang sama, Carlos bahkan mampu menembus tim nasional Brasil. Setelah bergabung dengan Palmeiras, Carlos menarik perhatian dunia. Bakat luar biasanya tercium hingga ke benua biru.
Saat melakukan pertandingan dengan timnas Brasil di Goodison Park, Carlos menarik minat pemandu bakat Birmingham City, ia hampir saja bergabung dengan tim asal Inggris tersebut. Akan tetapi, kontraknya tak pernah terealisasi hingga dirinya terbang ke Italia untuk bergabung dengan Inter Milan.
Carlos memilih Inter karena pada masa itu banyak orang-orang Brasil yang menonton pertandingan Serie A.
Meski datang dengan sejuta harapan, nasib Carlos tak terlalu mujur saat menjalani musim di Serie A. Ia sempat terlibat cek cok dengan pelatih dan situasi tersebut memaksanya untuk pergi. Meski pergi dengan segala kekecewaan, Carlos tetap meninggalkan jejak luar biasa. Dirinya berhasil mencetak gol tendangan bebas spektakuler saat pertama kali menginjakkan kaki di Negri Pizza.
Setelah hanya bermain selama semusim bersama La Beneamata, bakat Carlos langsung diminati raksasa Spanyol, Real Madrid. Di negri matador, kariernya melesat tajam. Ia mejelma menjadi salah satu bek kiri terbaik dunia dan mampu mencetak banyak gol.
Tahun 1997 saat menjalani pertandingan melawan Prancis, Roberto Carlos membuat geger dunia. Dirinya mencetak gol spektakuler yang tidak bisa dijelaskan secara logika. Saat mendapat kesempatan tendangan bebas, ia sukses melesatkan bola menuju gawang Prancis melalui pergerakan bola yang benar-benar tak masuk akal. Kecepatan tendangannya pun mencapai 169km/jam.
Sejak saat itu, Carlos dijuluki sebagai kaki peluru.
Setahun setelah pertandingan tersebut, Roberto Carlos berlaga di pentas olahraga paling diminati, yaitu Piala Dunia. Meski gagal membawa timnas Brasil juara dan hanya menempati posisi runner-up, dirinya berhasil membawa tim samba menjuarai Piala Dunia pada edisi berikutnya.
Roberto Carlos menjadi salah satu pilar penting dalam kedigdayaan tim nasional Brasil di Korea-Jepang. Di turnamen tersebut, Carlos masuk kedalam 11 nama terbaik.
Dalam perjalanan kariernya, Carlos pernah mengalami pengalaman buruk. Itu terjadi pada 24 Juni 2005. Dirinya dirampok oleh beberapa pria bersenjata saat sedang melakukan wawancara di sebuah siaran radio. Uniknya, para perampok yang mengetahui Roberto Carlos sebagai pemain ternama Brasil sama sekali tak menyentuh pria mungil itu.
Para perampok hanya mengambil barang-barang milik pewawancara berupa jam tangan dan telepon seluler. Meski begitu, Carlos tetap merasa kaget atas apa yang baru saja menimpanya.
Tahun 2006 saat dirinya tergabung dalam timnas Brasil yang ikut dalam turnamen Piala Dunia 2006 tak mampu berbuat banyak. Brasil gagal lolos ke babak selanjutnya setelah dikalahkan oleh timnas Prancis. Seiring dengan tersingkirnya timnas Brasil diajang empat tahunan itu, Carlos mengumumkan pensiun dari tim nasional.
Sepanjang kariernya bersama tim samba, Roberto Carlos sudah menyumbangkan 11 gol dari 125 penampilan.
Di tahun berikutnya, ia juga resmi lepas kontrak dengan Real Madrid dan bergabung dengan klub Turki, Fenerbache.
Di Real Madrid, Roberto Carlos sudah menyumbangkan 71 gol dari 548 penampilannya. Ia juga berhasil memenangkan 4 trofi La Liga dan 3 gelar Liga Champions.
Setelah kembali ke Brasil pada 2010 dan tergabung dengan Corinthians, Carlos kembali melanjutkan perjalanannya ke Russia. Ia resmi menjadi bagian dari tim Anzhi Makhachkala. Meski begitu, kariernya tak berjalan sesuai rencana. Disana Carlos mendapat beberapa perlakuan rasis. Ia bahkan sempat dilempari pisang oleh penonton yang tak bertanggung jawab.
Dirinya pun memutuskan pensiun setelah hanya menjalani satu musim di Russia.
Kini, Roberto Carlos berprofesi sebagai seorang pelatih. Klub seperti Akhishar Belediyespor dan Delhi Dynamos pernah ditangani pria yang masuk kedalam 100 pesepak bola hebat sepanjang masa itu.