Jika ada pertandingan Piala Dunia 2022 yang dapat dikategorikan sebagai “box office”, maka predikat tersebut sangat layak disematkan kepada laga Belanda vs Argentina. Bertemu di babak perempat final Piala Dunia Qatar 2022, Oranje dan La Albiceleste menyajikan sebuah pertandingan yang sarat akan drama dan aksi teatrikal.
Pada laga yang digelar di Lusail Iconic Stadium, 9 Desember 2022 tersebut, Argentina asuhan Lionel Scaloni berhasil unggul terlebih dahulu di menit ke-35. Adalah Nahuel Molina yang berhasil mencetak gol setelah memanfaatkan asis Lionel Messi. La Pulga sendiri kemudian menggandakan keunggulan Argentina di menit ke-73 lewat eksekusi tendangan penalti.
Demi mengejar skor, pelatih Belanda, Louis van Gaal memasukkan Wout Weghorst di menit ke-78. Sosok inilah yang kemudian jadi mimpi buruk Argentina.
Weghorst mencetak dua gol dramatis, masing-masing di menit ke-83 dan menit ke-11 injury time yang membuat keunggulan Argentina sirna dan memaksa laga berlanjut ke extra time.
Takada gol tercipta dalam 2 kali 15 menit. Pemenang dan pecundang laga panas Belanda dan Argentina kemudian harus diselesaikan lewat adu penalti. Drama kembali terjadi di babak ini.
Eksekusi penalti Virgil van Dijk dan Steven Berghuis sukses ditepis Emiliano Martinez. Sementara, di kubu Argentina hanya Enzo Fernandez yang gagal melaksanakan tugasnya. Argentina pun menang usai eksekusi penalti Lautaro Martinez memastikan skor akhir menjadi 4-3.
FT: 🇳🇱 Netherlands 2 – 2 Argentina 🇦🇷
Penalties 👇
Netherlands: 🔴🔴🟢🟢🟢
Argentina: 🟢🟢🟢🔴🟢
ARGENTINA WIN 4-3 IN THE SHOOTOUT and progress to the semi-finals to face Croatia!
⚽ LIVE #NEDARG match blog: https://t.co/gVkp4MWLm4 pic.twitter.com/GEAqFW292f
— AJE Sport (@AJE_Sport) December 9, 2022
Hujan Kartu di Battle of Lusail
Hasil akhir yang sarat akan drama membuat duel Belanda vs Argentina menjadi salah satu pertandingan terhebat di Piala Dunia Qatar 2022. Tak hanya drama, yang menjadikan laga ini serasa seperti film box office adalah karena banyaknya aksi teatrikal yang tersaji hingga akhir pertandingan.
Salah satu yang paling ikonik adalah ketika Leandro Paredes melepas tendangan ke arah bench Belanda sesaat setelah melanggar keras Nathan Ake. Aksinya tersebut langsung mendapat balasan Virgil van Dijk dan membuat Paredes diserang para pemain cadangan Belanda.
😳El pechazo de @VirgilvDijk a @LParedss ha sido sobrecogedor.#COPEMundial🏆 pic.twitter.com/5pSKZ6zpkc
— Tiempo de Juego (@tjcope) December 9, 2022
Aksi teatrikal tersebut adalah buntut dari tensi panas yang menyelimuti kedua tim. Tensi panas tersebut terdisplay dalam jumlah pelanggaran yang tercipta. Belanda melakukan 30 pelanggaran, sementara Argentina melakukan 18 pelanggaran. Alhasil, hujan kartu pun tercipta di laga tersebut.
Belanda menerima 8 kartu kuning. Argentina juga menerima 8 kartu kuning. Sementara dua kartu kuning lainnya diberikan kepada Lionel Scaloni dan asistennya, Walter Samuel.
Total, wasit asal Spanyol, Antonio Miguel Mateu Lahoz, yang memimpin laga tersebut mengeluarkan 18 kartu kuning. Catatan tersebut menjadi rekor baru di Piala Dunia.
Kerasnya laga, drama yang terjadi, dan aksi teatrikal yang tersaji, membuat duel Belanda vs Argentina di perempat final Piala Dunia 2022 tersebut dijuluki sebagai “Battle of Lusail”.
Mateu Lahoz handed out 16 yellows cards and 1 red.
The most ever in World Cup history. 😳 pic.twitter.com/OkclXNDfj1
— CBS Sports Golazo ⚽️ (@CBSSportsGolazo) December 9, 2022
Penyebab Tensi Panas di Laga Belanda vs Argentina
Julukan tersebut memang tepat. Pasalnya, laga Belanda vs Argentina di Lusail Iconic Stadium memang berlangsung dengan tensi panas yang menimbulkan banyak ketegangan, keributan, dan adu mulut yang tak hanya melibatkan pemain, tetapi juga ofisial tim.
Selain aksi Paredes yang menimbulkan reaksi keras dari bench Belanda, pemain dan ofisial kedua tim juga sempat bersitegang begitu wasit Mateu Lahoz meniup peluit panjang di akhir waktu normal.
Aksi ikonik lainnya yang terjadi di laga tersebut adalah selebrasi Lionel Messi usai mencetak gol kedua Argentina. Messi menghadap bench Belanda sambil menempelkan kedua tangannya ke telinga. Selebrasi tersebut dikenal dengan sebutan“Topo Gigio”, selebrasi ikonik dari Juan Roman Riquelme yang kariernya dulu dirusak Van Gaal di Barcelona.
Di laga tersebut, Messi memang punya masalah dengan Louis van Gaal. Sebelum masuk lorong pemain selepas pertandingan selesai, Messi terlihat memberi isyarat dan mendekati Van Gaal yang disebut terlalu banyak omong. Asisten Van Gaal, Edgar Davids terlihat sampai menenangkan Messi.
Louis van Gaal criticó a Messi en la previa del partido entre Argentina y Países Bajos, Messi en el final lo fue a buscar..!!! pic.twitter.com/KgEBjTO7Tx
— Matias_Clima_Meteo 🇺🇾 (@AficionadoMeteo) December 9, 2022
Sebelumnya, keributan juga pecah usai Argentina melakukan selebrasi kemenangan. Dalam foto yang beredar, beberapa pemain Argentina mengejek pemain Belanda usai tendangan Lautaro Martinez memastikan Argentina melaju ke semifinal. Seusai pertandingan, Nicolas Otamendi memberi klarifikasi soal selebras tersebut.
“Saya merayakan di depan mereka karena ada pemain Belanda, yang di setiap tendangan penalti kami, datang dan mengatakan sesuatu kepada salah satu pemain kami,” kata Otamendi dikutip dari DailyMail.
Dari beberapa cuplikan video dan foto yang beredar, pemain yang dimaksud Otamendi adalah Denzel Dumfries, Wout Weghorst, Noa Lang dan Frenkie De Jong. Itulah mengapa wasit memberi Belanda 3 kartu kuning di babak adu penalti, dua untuk Dumfries dan satu untuk Noa Lang.
Dalam foto ini terlihat hanya Lionel Messi yang melakukan selebrasi tanpa mengejek pemain Belanda.
Panutan 👏🇦🇷#FIFAWorldCup #Qatar2022 #ARG pic.twitter.com/ga9temK2RB
— GOAL Indonesia (@GOAL_ID) December 9, 2022
Tak sampai disitu, keributan juga terus berlangsung hingga memasuki lorong pemain. Ada satu momen di mana Lionel Messi yang tengah diwawancarai media asal Argentina mengusir Wout Weghorst dengan kata-kata kasar. “Apa yang kamu lihat-lihat? Pergi sana, bodoh?” begitu kata Messi.
Dilansir dari The Mirror, jurnalis Tyc Sports, Esteban Edul yang tengah mewawancarai Messi saat itu menjelaskan situasi yang sebenarnya.
“Setelah pertandingan, mereka semua bertengkar di ruang ganti, bukan hanya Messi. Van Dijk juga berselisih dengan Otamendi. Sebagian besar kemarahan Messi adalah tentang adu penalti, ketika Belanda mengganggu Argentina. Nomor 19 itu menunggu di terowongan. Dia mendekati Messi dan meminta jerseynya. Dari situlah Leo mulai panas. Pemain Belanda itu tidak mengerti, dia berhenti dan Messi menghinanya,” kata Esteban Edul dikutip dari Mirror.
Picado el vestuario. #ARG #NED pic.twitter.com/JXNAKzk4hp
— Javier Lanza (@javierlanza) December 10, 2022
Saat kejadian tersebut, Esteban Edul juga mengaku sempat menenangkan Messi. Ia juga bercerita kalau dirinya tak bisa bertanya kepada Messi, sebab kesempatan tersebut justru dipakai La Pulga untuk mengkritisi Louis van Gaal serta FIFA.
“Van Gaal mengatakan bahwa mereka memainkan sepak bola yang bagus, tetapi yang dia lakukan adalah menempatkan orang-orang tinggi dan mengirim long ball,” ujar Messi kepada Edul, dikutip dari SportBible.
Komentar Messi tersebut memang benar adanya. Dilansir dari The Analyst, sebelum gol Weghorst di menit ke-83, Belanda memang tidak memiliki tembakan tepat sasaran. Selain itu, fakta juga membuktikan kalau pihak Belanda yang bermain lebih kasar. Sejarah juga membuktikan hal tersebut.
Sebelum “Battle of Lusail”, pertandingan dengan jumlah kartu kuning terbanyak di Piala Dunia terjadi di laga Nigeria vs Italia di Piala Dunia 1994 (9 kartu kuning), Senegal vs Uruguay di Piala Dunia 2002 (12 kartu kuning), Kamerun vs Jerman di Piala Dunia 2002 (16 kartu kuning), “Battle of Nuremberg” antara Portugal vs Belanda di Piala Dunia 2006 (16 kartu kuning), dan Belanda vs Spanyol di final Piala Dunia 2010 (14 kartu kuning).
Dari 5 laga “terkotor” tersebut, Belanda terlibat 2 kali. Ditambah “Battle of Lusail”, berarti Belanda sudah terlibat dalam 3 laga terkotor dalam sejarah Piala Dunia. Artinya, negara yang oleh pendukung fanatiknya disebut memainkan sepak bola indah tersebut nyatanya kerap bermain licik dan kasar.
Wout Weghorst adalah salah satu yang terlicik di “Battle of Lusail”. Ia kerap melanggar Messi, ribut dengan pemain lain, bahkan menerima kartu kuning saat masih duduk di bench. Itulah kenapa Messi marah kepadanya.
Akan tetapi, terlepas dari kepemimpinan wasit Mateu Lahoz yang dikritik kedua pihak karena dianggap ringan tangan dalam memberi kartu, pemicu awal dari tensi panas yang terjadi di laga Belanda vs Argentina adalah Louis van Gaal. Ia juga jadi public enemy di “Battle of Lusail”.
Di Maria pernah berkonflik dengan Van Gaal saat masih di MU. Sementara Messi merasa kalau komentar-komentar Van Gaal sebelum laga telah merendahkan Argentina.
“Messi memang pemain paling berbahaya yang menciptakan peluang paling banyak. Tapi di sisi lain dia tidak banyak bermain dengan lawan saat dia menguasai bola. Di situlah peluang kita berada.” Begitulah bunyi pernyataan Van Gaal sebelum pertandingan. Tampaknya, Messi memanfaatkan komentar tersebut sebagai bahan bakar untuk membungkam Van Gaal dan Belanda.
🗣️ “Hopefully we don’t have that ref anymore… He’s useless! Van Gaal said they have an advantage if it goes to penalties, he needs to keep his mouth shut.”
👀 @emimartinezz1 didn’t hold back in his post-match interview!
🎤 @aarransummers#FIFAWorldCup #Qatar2022 #ARG pic.twitter.com/kkqJx2JxSL
— beIN SPORTS (@beINSPORTS_EN) December 9, 2022
Yang kesal dengan Van Gaal tak hanya Messi. Emiliano Martinez yang jadi pahlawan Argentina di adu penalti juga kesal dengan pelatih Belanda tersebut.
“Saya mendengar Van Gaal mengatakan ‘kami mendapat keuntungan dalam adu penalti. Jika kami melakukan adu penalti, kami menang’. Saya pikir dia harus tutup mulut,” ujar Emi Martinez dikutip dari Sportskeeda.
Atas apa yang terjadi di “Battle of Lusail”, FIFA melakukan investigasi. AFA disinyalir melanggar pasal 12 Kode Disiplin FIFA tentang Pelanggaran Pemain dan Ofisial serta pasal 16 tentang Ketertiban dan Keamanan di Pertandingan. Sementara KNVB hanya diduga melanggar pasal 12 Kode Disiplin FIFA.
Kini, “Battle of Lusail” akan terus terekam sebagai salah satu pertandingan paling kotor dalam sejarah Piala Dunia. “Battle of Lusail” juga memberi kita satu pelajaran berhaga, yakni jangan menyulut api yang bakal membuat Argentina marah. Dari kekalahan menyakitkan yang diterima Belanda, kita juga bisa belajar untuk tidak sesumbar sebelum bertanding dan menaruh respect kepada lawan.
***
Referensi: ESPN, Mirror, DailyMail, Givemesport, Sportskeeda, Opta, SportBible.