Sudah lama Barcelona tidak menjebol gawang Real Madrid empat gol lebih. Terakhir, kalau tidak salah ingat, terjadi di pertandingan La Liga, 28 Oktober 2018. Hari itu gawang Real Madrid yang dikawal Thibaut Courtois dijebol lima kali oleh punggawa Barcelona. Tujuh tahun setelah laga tersebut, Courtois dipaksa mengalami kepahitan yang sama.
Di sebuah laga bertajuk final Supercopa de Espana, Courtois kembali memungut lima kali bola hasil sontekan pemain Barcelona dari gawangnya. Untung itu tidak terjadi di Santiago Bernabeu. Kalau saja pertandingan itu di Bernabeu, ia akan jauh lebih malu karena kebobolan lebih banyak dari Andriy Lunin.
Tapi apapun itu yang malu ya fans Real Madrid. Musim ini tim kesayangannya itu sudah dua kali terpongkeng dari Barcelona. Dan ini semua berkat Hansi Flick. Sejak Flick datang, Real Madrid tidak berkutik. Kalau baru datang saja Real Madrid sudah kalah dua kali dari Hansi Flick, gimana nanti?
Nah, kali ini kita akan bahas bagaimana Hansi Flick mengalahkan Real Madrid dua kali berturut-turut dalam satu musim, dan menangnya dengan skor besar, plus tidak pakai adaptasi-adaptasian segala. Bagi fans Real Madrid silakan bikin Indomie telur sama nyeduh kopi dulu boleh. Biar nggak emosi-emosi amat nontonnya. Oke?
Daftar Isi
Kalah Dua Kali Pertama Kalinya
Musim ini fans-fans Real Madrid sepertinya memang harus bersimpuh pada para cules. Betapa tidak? Musim ini baru saja separuh jalan, tapi sudah dua kali Real Madrid babak belur di hadapan Barcelona. Sebelumnya, Los Galacticos dibantai di markas sendiri dengan skor 4-0 di La Liga.
Ini tidak masuk akal. Benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Real Madrid yang gagah perkasa, peraih gelar UCL terbanyak, tapi di hadapan Hansi Flick tak ubahnya sekumpulan mas-mas peternak lele?
Makin tidak masuk akal karena sepanjang sejarah, Barcelona tidak pernah menang atas Real Madrid dua laga berturut-turut dengan mencetak minimal empat gol.
Ini juga menjadi pembalasan buat Real Madrid yang pada tahun 1963 pernah menghabisi Barcelona dua laga beruntun dengan minimal empat gol (5-1 dan 4-0). Artinya, butuh waktu setidaknya 62 tahun buat Barcelona membalaskan kekalahan besar tersebut.
Barcelona has clinched their first title under Hansi Flick as manager! 🔵🔴🏆 They secured a thrilling 5-2 victory. Follow for a detailed thread on the match highlights, player performances, and what this means for the team’s future! #Barcelona #HansiFlick #Realmadrid #ElClasico pic.twitter.com/m6dhUY6oQm
— Elephant News Network (@elephantnewsgh) January 12, 2025
Final Supercopa de Espana
Ironisnya, di laga Supercopa de Espana kemarin, Real Madrid boleh dibilang sebetulnya mengambil momentum duluan buat memenangkan pertandingan. Mereka berhasil mencuri gol lebih dulu lewat Kylian Mbappe yang untuk kali ini tidak dianulir karena offside. Namun apa? Bukannya tambah semangat mencetak gol, Real Madrid malah melempem.
Sebaliknya, justru Barcelona yang malah semangat mengejar ketertinggalan. Dan siapa yang mencetak gol penyama kedudukan? Tiada lain adalah bocil kematian Lamine Yamal. Pemain yang baru berusia 17 tahun itu kerasukan Lionel Messi, mengacak-acak pertahanan Blaugrana.
🚨🎥 HIGHLIGHTS MENANG MUDAH: Real Madrid 2-5 Barcelona
Buat kalean yang katanya fans barca tapi gak nonton pertandingannya 🤭 pic.twitter.com/hfHwvsgtT6
— Barçastap (@barcastap) January 13, 2025
Setelah itu? Real Madrid malah nggak semangat lagi. Apalagi sepertinya Florentino Perez lupa membayar wasit, sehingga bukan mereka yang mendapat voucher penalti, melainkan Barcelona. Di menit 36, Robert Lewandowski berhasil menjebol gawang Courtois lewat titik putih.
Setelah itu gol demi gol meluncur. Satu dari Raphinha dan satu gol lagi dari Alejandro Balde membawa Barca unggul 4-1 di babak pertama. Coba bayangkan, unggul 4-1 di babak pertama!
Setelah peluit babak kedua dimulai, baru merapikan barisan, gawang Courtois dibobol lagi oleh Raphael Dias Belloli. Skor pun menjadi 5-1. Setelah gol itu, para pemain Barca sebenarnya bisa mendadak berpura-pura diare dan WO. Namun yah, Barcelona klub yang berbudi luhur, jadi tak enak lah kalau meninggalkan laga begitu saja.
📽️ – STRAIGHT RED CARD GIVEN TO SZCZĘSNY! pic.twitter.com/XJWcJv1yzs
— Football Report (@FootballReprt) January 12, 2025
Lagi pula, kalaupun WO saat itu, Real Madrid tetap kalah juga. Kan, kalau WO dikasih skornya 3-0, tetap Barca yang menang bukan? Barca juga tak enak hati karena Florentino Perez tak iku mengusik pendaftaran Dani Olmo. Barcelona pun mengurangi pemainnya biar Madrid nggak kesulitan.
Pada menit 56, Wojciech Szczesny kena kartu merah karena menekel kura-kura ninja. Real Madrid dihadiahi tendangan bebas. Lewat set piece yang amboi betul, Rodrygo memperdaya Inaki Pena.
Namun Real Madrid tak bisa memanfaatkan belas kasihan itu. Hasil akhir tak berubah. Barca berhak membawa trofi Supercopa de Espana. Los Merengues pun berubah nama menjadi Los Menangis.
Kemenangan Istimewa
Kemenangan ini sekaligus menghancurkan mitos Real Madrid tidak pernah gagal di final. Para madridista juga sudah legowo. Mengakui inferioritas mereka sekaligus mengakui bahwa level Barcelona asuhan Hansi Flick betulan berada di atas mereka. Yang cukup menarik adalah pendapatnya Opa Perez saat timnya kalah di Jeddah.
Perez meracau. Menutupi rasa malunya dengan kalimat, “Terkadang kami harus kalah di final, bukan?’ Hmmm…. sebuah ungkapan defensif yang biasa kita temukan pada pejabat berusia senja. Harap maklum, Perez tentu wajib menutupi kekalahan ini. Meski sudah ditutupi pun, dibantai dua kali dalam semusim oleh Barca membuat posisinya sebagai presiden goyang.
Hansi Flick is just one El Clasico win away from equalling Pep Guardiola’s all time record 🙌 pic.twitter.com/PlMXd11q4Y
— DW Sports (@dw_sports) January 13, 2025
Berkat kemenangan di final ini, Hansi Flick juga panen rekor. Ia menjadi pelatih Barcelona pertama yang memenangkan dua laga El Clasico beruntun dengan empat gol. Barca asuhan Flick sudah menjebol sembilan kali gawang Real Madrid dan baru kebobolan dua gol di dua laga awal El Clasico.Ini mengungguli Josep Guardiola yang pernah menang 8-2 dalam dua pertemuan dengan Los Blancos. Flick hanya butuh satu kemenangan lagi untuk menyamai rekor El Clasico Guardiola saat membesut Blaugrana.
Barcelona masih punya kesempatan untuk mencetak gol lebih banyak lagi ke gawang Real Madrid. Sebab masih ada satu pertemuan lagi di La Liga, dan mungkin keduanya bisa saja bertemu di Copa del Rey. Karena kemenangan ini pula, Hansi Flick menjaga catatan selalu menang di laga final. Persentase kemenangannya 100%, melampaui Mourinho, mengalahkan Real Madrid.
Hansi Flick has 𝙉𝙀𝙑𝙀𝙍 lost a final as a head coach 🤯🇩🇪 pic.twitter.com/SOmv2bLjTR
— 433 (@433) January 13, 2025
Resep Hansi Flick
Yang mungkin jadi pertanyaan, bagaimana caranya Hansi Flick begitu tangguh saat menghadapi Real Madrid? Sang pelatih memang sudah khatam langkah-langkah untuk menghabisi Real Madrid. Dulu, saat masih menjadi pemain Bayern Munchen, Flick yang bermain sebagai gelandang pernah menghadapi Real Madrid di perempat final European Cup alias Liga Champions musim 1987/88.
Flick turun di dua leg, dan berhasil mengalahkan Real Madrid di leg pertama. Skornya waktu itu 3-2. Pengalaman mengalahkan Real Madrid itulah yang jadi bekal saat menukangi Barcelona yang sudah pasti akan melawan Real Madrid. Flick selalu memposisikan dirinya sebagai seorang pemain manakala timnya berhadapan dengan Los Galacticos.
🎙️| Hansi Flick: “A vitória sobre o Real Madrid? Bem, não pressionamos durante os 90 minutos… Isto é um problema.” 😳 pic.twitter.com/0DDI9cL6kL
— 𝘿𝙉𝘼 𝘽𝙇𝘼𝙐𝙂𝙍𝘼𝙉𝘼 🧬🇧🇷 (@dna_blaugrana) August 4, 2024
Dari situ Hansi Flick bisa memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki para pemainnya. Lihat saja, di delapan laga sebelum final Supercopa de Espana, Real Madrid adalah tim yang belum tersentuh kekalahan satu pun di seluruh kompetisi. Berbeda dengan Barcelona yang tiga kali kalah sebelum final, menghadapi Las Palmas, Leganes, dan Atletico Madrid.
Tapi melawan Real Madrid, manajer asal Jerman itu seolah-olah membuat pemainnya berpikir bahwa Real Madrid jauh lebih enteng dikalahkan daripada Leganes. Kemampuan terbaik para pemain seperti Raphinha, Lamine Yamal, hingga Robert Lewandowski dan bahkan Alejandro Balde keluar.
Kalau sudah begini, Barca-nya Hansi Flick akan jadi momok menakutkan bagi Real Madrid hingga musim berganti, atau bahkan sampai kontrak Flick diakhiri. Selain itu sudah jelas, bagi Barcelona jauh lebih gampang mengalahkan Real Madrid ketimbang mendaftarkan Dani Olmo. Bukan begitu, cul?
https://youtu.be/GHc1cu1-l_Q
Sumber: CBSSports, FCBarcelonanoticias, talkSPORT, TheAnalyst, Footboom1, BarcaBlaugranes, Forbes, Mashable, BolaKompas