“Welcome to the club!” Seruan dari salah satu fans yang antusias menyambut kedatangan Andre Onana di camp latihan Manchester United di Amerika Serikat. Onana jadi pemain asal Benua Afrika kesekian yang mendapat kehormatan untuk meneken kontrak dengan Setan Merah.
Sebelumnya sudah banyak yang mendapat kesempatan itu. Tapi, banyak di antara mereka justru tak mampu membayar kontan kesempatan tersebut. Mereka kesulitan beradaptasi sehingga gagal menunjukkan kemampuan sebenarnya.
Nasib buruk para seniornya itu kini menghantui Onana. Ketika dirinya lengah, hal yang ditakutkan semua pihak itu bisa saja menimpanya. Dan berikut adalah nasib pemain Afrika yang sebelumnya pernah berseragam Setan Merah.
Daftar Isi
Quinton Fortune
Quinton Fortune mungkin tak asing bagi fans era 90-an. Datang dari Atletico Madrid pada tahun 1999, Fortune yang memiliki kewarganegaraan Afrika Selatan bisa dibilang sebagai pembuka jalan bagi pemain-pemain Benua Afrika lain yang ingin berseragam Manchester United.
Itu karena Fortune terbilang jadi satu-satunya pemain Afrika yang sukses di Manchester United. Jadi yang pertama dan langsung sukses, jelas menginspirasi pemain-pemain muda di Afrika. Sir Alex Ferguson kala itu menggemari kemampuan Fortune yang bisa bermain di berbagai posisi dengan sama baiknya.
Di dua musim pertama Fortune memang jarang dimainkan, jumlah caps-nya di Premier League tak mencapai angka sepuluh. Tapi di musim-musim berikutnya, Fergie mulai memberi kepercayaan pada pemain kelahiran Cape Town, Afrika Selatan itu. Ia yang versatile, bahkan pernah memainkan empat posisi berbeda di MU.
Kecepatan dan daya jelajah yang tinggi jadi keunggulan lain dari Fortune. Selama kurang lebih enam tahun membela Setan Merah, ia mengantongi beberapa trofi bergengsi termasuk tiga trofi Liga Inggris tahun 2000, 2001, dan 2003.
Eric Djemba-Djemba
Selanjutnya ada Eric Djemba-Djemba. Meski jarang nongol di laga-laga penting, kalian pasti tidak asing dengan namanya. Pemain asal Kamerun ini didatangkan dari Nantes pada tahun 2003 tapi kesulitan untuk menembus skuad utama Sir Alex Ferguson.
Di awal kedatangannya, tak ada yang mengenalnya. Bahkan Eric bermain di posisi apa saja fans kadang suka keliru. Tapi penampilannya di Community Shield melawan Arsenal tahun 2003 telah menunjukan di mana ia bermain. Sebagai gelandang bertahan, gaya mainnya keras, lugas, dan tanpa kompromi.
Mungkin itu jadi satu-satunya penampilan apiknya di Manchester United. Karena setelah itu, ia tak pernah jadi pilihan utama Fergie. Eric kalah saing dengan pemain tengah United yang kala itu berisikan Roy Keane, Paul Scholes, dan Darren Fletcher. Setelah melakoni beberapa pertandingan, akhirnya ia dijual ke Aston Villa tahun 2005 dan karirnya kian merosot
Jauh setelah itu, pada tahun 2015, Persebaya Surabaya sempat ingin membangkitkan karirnya lagi tapi sang pemain tampaknya cuma numpang latihan saja, karena tak pernah benar-benar bermain untuk Bajul Ijo.
Wilfried Zaha
Bertahun-tahun menimba ilmu di akademi Crystal Palace, Wilfried Zaha yang berstatus pemain homegrown memiliki kesempatan untuk membela Timnas Inggris. Tapi karena tak kunjung mendapat kesempatan di skuad senior, akhirnya Zaha memutuskan untuk membela tanah kelahirannya, Pantai Gading pada tahun 2012 silam.
Nasib yang kurang lebih sama dialami Zaha ketika bermain untuk Manchester United. Bergabung pada Januari 2013, Zaha jadi penandatanganan terakhir Sir Alex Ferguson. Berbekal kecepatan dan gaya bermain yang atraktif, Zaha diproyeksikan bakal jadi pemain sayap hebat di Manchester.
Tapi setelah Fergie pergi di akhir musim, Zaha selalu dipinjamkan. Pemain sayap itu begitu kesulitan menembus skuad utama meski selalu tampil apik ketika dipinjamkan. Tercatat ia hanya bermain sebanyak empat kali di skuad utama Setan Merah sampai akhirnya dikembalikan ke Palace pada tahun 2015.
Mame Biram Diouf
Meski berkebangsaan Senegal, Mame Biram Diouf menghabiskan sebagian dari awal karirnya di Norwegia. Bermain untuk Molde, Diouf mencetak 45 gol dalam 86 pertandingan. Catatan itulah yang membuat Manchester United tertarik untuk mendatangkannya pada tahun 2009.
Butuh enam bulan lamanya bagi Diouf untuk mencatatkan debutnya bersama United karena kembali dipinjamkan ke Molde hingga Desember 2009. Ia menebus enam bulan yang hilang dengan mencetak gol di laga kontra Burnley awal tahun 2010. Itu jadi satu-satunya gol yang ia cetak untuk United. Karena setelah itu, ia hanya jadi penghangat bangku cadangan dan dipinjamkan ke klub-klub Inggris lainnya.
Diouf mulai menemukan sentuhan terbaiknya kala berseragam Stoke City 2015. Penampilannya yang membaik bahkan membuatnya dipanggil ke Timnas Senegal yang tampil di Piala Dunia 2018. Cukup disayangkan, penampilan apiknya tak muncul saat masih berseragam United.
Manucho
Manucho barangkali jadi nama yang paling asing di telinga fans Manchester United. Doi bergabung dengan skuad asuhan Sir Alex Ferguson pada 2008 setelah mencetak empat gol di Piala Afrika 2008. Kedatangannya jadi pertanyaan, lantaran lini depan Setan Merah sudah lebih dari cukup untuk bersaing di Liga Inggris.
Dan benar saja, Manucho gagal bersaing dengan pemain-pemain top yang lain. Tentu hal semacam ini wajar terjadi karena lini depan United kala itu masih diisi Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez, Wayne Rooney, hingga Dimitar Berbatov. Situasi ini membuat Manucho hanya bisa pasrah.
Setelah hanya mengantongi tiga pertandingan resmi, Manucho dipinjamkan ke Hull City sebelum akhirnya dilepas ke Real Valladolid dengan bandrol 2,5 juta euro (Rp41 miliar) tahun 2009. Setidaknya itu jadi bisnis yang menguntungkan karena United hanya membayar 1 juta euro (Rp16 miliar) ketika mendatangkannya dari Petro Luanda.
Odion Ighalo
Datang dari Shanghai Shenhua pada tahun 2020, Odion Ighalo diharapkan bisa menjadi opsi menarik di lini depan Manchester United yang ditinggal beberapa nama penting karena cedera. Dengan cepat pemain asal Nigeria itu jadi idola fans setelah mencetak dua gol penting di laga FA Cup kontra Derby County.
Mengaku sebagai fans Manchester United sejak kecil, Ighalo bermain dengan passion di setiap menitnya. Sayang ia hanya dijadikan opsi jangka pendek. Lima gol dalam 23 pertandingan tak bisa memuaskan Ole Gunnar Solskjaer. Ia dikembalikan ke China setelah enam bulan membela United. Meski hanya sebentar, Ighalo senang bisa mewujudkan mimpinya bermain untuk Manchester United.
Eric Bailly
Terakhir ada Eric Bailly. Pemain asal Pantai Gading ini jadi satu-satunya nama yang masih berstatus pemain Manchester United. Setidaknya hingga narasi video ini dibuat. Karena menurut rumor yang berhembus, beberapa klub dari Inggris dan Arab Saudi sedang mencoba untuk mendatangkannya.
Penampilan Bailly menarik perhatian kala membantu negaranya menjuarai Piala Afrika pada tahun 2015. Itu juga yang membuat Jose Mourinho mau mendatangkannya setahun kemudian. Bersama United, Bailly juga awalnya bermain apik. Ia lugas, cepat dan berani memegang bola di area bertahan sendiri.
Sayangnya, rangkaian cedera membuat Bailly gagal mengamankan posisi utama di skuad Manchester United. Jika dirinya bisa tampil konsisten tanpa cedera, mungkin United tak akan pernah mendatangkan Harry Maguire pada tahun 2019. Meski begitu, Bailly sudah mengantongi 113 pertandingan di semua kompetisi bersama United.
Begitulah balada nasib pemain Afrika di MU. Sebagai tambahan, di skuad United saat ini masih ada dua lagi pemain Afrika, yakni Amad Diallo yang juga berasal dari Pantai Gading dan Hannibal Mejbri dari Tunisia. Namun, keduanya lebih sering dipinjamkan karena usianya yang terbilang masih muda.
Sumber: 90min, Man Utd, Goal Ball, Transfermarkt, Standard