Arsenal Melahirkan Kembali Kai Havertz

spot_img

Ben Parker, paman Peter Parker bilang, dari kekuatan besar lahir tanggung jawab yang besar. Di sepak bola, dari harga selangit, ekspektasi tinggi juga turut mengiringinya. Kai Havertz paham betul soal itu. Sejak didatangkan Chelsea dengan harga selangit, ia sudah menanggung ekspektasi tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar.

Havertz menjawabnya dengan gelar Liga Champions. Di Arsenal, Havertz kembali harus menerima konsekuensi yang sama. Diboyong mahal dari Chelsea, para penggemar menaruh ekspektasi tinggi di pundaknya. Namun, kedatangannya ke Arsenal tak disambut dengan baik.

Hingga suatu ketika, penampilannya mulai membaik. Havertz mulai nyaman. Arsenal melahirkan kembali Havertz seperti sebelum performanya anjlok di Chelsea. Ini sekaligus menjawab keraguan banyak orang terhadapnya. 

Bagaimana Kai Havertz pada akhirnya bisa terlahir kembali di Arsenal? Apa yang membuat Mikel Arteta akhirnya menyematkan lencana kepercayaan kepada Havertz? Sebelum itu, jangan lupa untuk subscribe dan nyalakan loncengnya supaya tidak ketinggalan update terbaru dari Starting Eleven Story.

Kai Havertz yang Meragukan

Datang ke Arsenal di awal musim ini, transfer Kai Havertz menjadi salah satu yang lumayan mengejutkan. Arsenal memang sudah menunjukkan minatnya pada pemain Chelsea tersebut. Di sisi lain, The Blues tak mau kehilangan kesempatan untuk menjualnya. Lagi pula kontraknya dua tahun lagi habis.

Aji mumpung bagi Chelsea. Mereka tak sudi menurunkan harga Havertz di angka 65 juta poundsterling. Dan Arsenal yang seperti bujang kebelet kawin, langsung mengiyakan harga jual itu. Arsenal mendapat Havertz, Chelsea meraup uangnya. Jika dipikir dengan seksama dan dalam tempo yang kurang dari lima menit, harga Havertz ini terbilang tinggi.

Manchester City saja cuma butuh 51 juta poundsterling untuk memboyong Erling Haaland dari Borussia Dortmund. Arsenal pun seolah kena tipu. Performa Havertz sebelum direkrut Arsenal jauh dari kata baik. Bahkan cenderung mengalami degradasi performa di musim 2022/23 bersama The Blues. Pemain Jerman itu juga punya kelemahan dalam stamina dan efektivitas permainan.

William Gallas dengan sinis mengomentari kedatangan Havertz ke mantan timnya itu. Gallas berterus terang kalau Kai Havertz akan gagal di Arsenal. Ia menyayangkan mengapa bekas timnya itu membeli pemain yang saat itu, bersama Chelsea, tidak tampil bagus.

“Mereka (Arsenal) bisa mendapatkan pemain lain. Cara bermain Arsenal tidak sama dengan Chelsea. Saya rasa dia (Kai Havertz) tidak akan sukses di Arsenal,” kata Gallas pada Gambling Zone, dikutip Goal.

Buruk di Awal

Awalnya penampilan Havertz seakan memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan Gallas bakal terwujud. Ia menjalani debutnya di Premier League saat Arsenal mengalahkan Nottingham Forest di Emirates 2-1. Havertz yang turun sejak menit awal ditaruh Mikel Arteta sebagai salah satu dari tiga gelandang.

Namun, di laga tersebut Havertz sama sekali tidak mencetak gol maupun asis. Dua gol Arsenal dicetak oleh Eddie Nketiah dari asis Gabriel Martinelli dan Bukayo Saka dari asis William Saliba. Penampilan Havertz di laga tersebut juga jauh panggang dari api.

Meski begitu, Arteta masih yakin pada kemampuan Havertz. Pelatih kelahiran San Sebastian itu percaya bahwa Havertz suatu saat bisa mengambil hati para penggemar. Havertz hanya butuh untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk menjadi andalan Arteta di lini tengah.

Siasat Mikel Arteta

Betul. Arteta tidak menempatkan Havertz di posisi penyerang atau menggunakannya sebagai false nine. Kendati tidak berarti selamanya begitu. Setelah tampil kurang menggigit di laga debutnya, pendampingan Arteta pada Havertz menjadi lebih intens. Arteta mendekati Havertz dan mencari tahu posisi yang cocok untuknya.

Lini tengah. Ya, Arteta menginginkan pemain Jerman itu beroperasi di sektor gelandang. Tepatnya di posisi nomor “10” seperti ketika bermain di Bayer Leverkusen. Posisi itu jarang ditempati Havertz ketika di Chelsea. Malahan, di Chelsea ia lebih sering menjadi penyerang tengah atau penyerang tengah tapi perannya false nine.

Bahkan laga debutnya di Chelsea, Havertz ditaruh di posisi sayap kanan. Arteta melihat Havertz kurang greget berada di posisi itu. Sehingga ia pun seret mencetak gol seperti orang sulit buang air besar. Padahal Havertz punya kelebihan dari sisi pergerakannya. Mobilitasnya inilah yang diambil sari patinya oleh Arteta.

Maka, sudah benar Havertz ditaruh di posisi gelandang. Arteta paling sering menempatkannya sebagai gelandang serang. Tak sekalipun Arteta menjadikan Havertz pemain sayap, terutama ketika bermain di Liga Inggris. Menurut Transfermarkt, Havertz sudah 24 kali ditempatkan sebagai gelandang serang, enam kali sebagai gelandang, dan hanya delapan kali dicoba di depan.

Makin Produktif Mencetak Gol

Dengan menjadi gelandang serang, Havertz mempunyai kebebasan untuk berkeliaran di sepertiga akhir pertahanan lawan. Ia bisa memanfaatkan kemampuannya dalam mencari dan memanfaatkan ruang. Pergerakan Havertz pun menjadi dinamis.

Dengan begitu, Arsenal bisa menciptakan kreasi serangan. Pergerakan liar seorang Havertz juga dimanfaatkan oleh Arteta untuk menggembosi bek-bek lawan. Berkat pergerakannya, pemain bertahan lawan acap kali tertarik untuk keluar dari posisinya.

Di situlah celah terbuka, dan Arsenal bisa memanfaatkannya lewat pemain cepat seperti Bukayo Saka maupun Gabriel Martinelli. Dengan menggunakan cara ini, Arteta mendapatkan penampilan Havertz yang sama seperti ketika bermain di Bayer Leverkusen.

Arsenal sebelumnya dikritik karena tak variatif dalam menyerang. Namun, hadirnya Havertz membuat pola serangan Arsenal menjadi lebih variatif. Havertz tak hanya membantu membuka ruang, tapi juga turun merobek jala lawan. Musim ini sudah delapan gol ia ciptakan di Premier League, terbanyak kedua setelah Bukayo Saka (13 gol).

Havertz pun pada akhirnya kunci permainan Arsenal. Contoh saat menghadapi Brentford. Golnya di menit-menit akhir menjadi penentu kemenangan Arsenal. Pun kala menghajar Sheffield United di Bramall Lane. Havertz menyumbangkan satu gol dan satu asis.

Menular di Timnas Jerman

Arsenal yang berhasil mengembalikan kemampuan terbaik Havertz juga menjadi berkah bagi Timnas Jerman. Havertz turun di laga persahabatan menghadapi Prancis. Oleh Julian Nagelsmann, Havertz dimasukkan dari menit awal dan menempati posisi penyerang.

Di laga tersebut, pemain 24 tahun itu menggandakan keunggulan Jerman atas Prancis di babak kedua. Havertz memanfaatkan kelengahan pemain belakang Les Bleus dan berhasil mengonversi umpan Jamal Musiala menjadi gol. Gol itu pun p memantapkan kemenangan 2-0 Jerman atas Prancis.

Dengan Havertz, Arsenal Tak Butuh Penyerang?

Havertz sudah menemukan sentuhan terbaiknya lagi. Menurut Arteta, kepercayaan diri menjadi kunci peningkatan penampilan pemain barunya itu. Arteta menjelaskan bahwa kepercayaan diri Havertz memang tumbuh sedemikian rupa. Bahkan, kata Arteta, ia sudah mulai nyaman.

Havertz memang dianggap punya decision making yang tak cepat. Namun, bukan berarti ia tidak cerdas dalam pengambilan keputusan. Pepatah Jawa bilang, alon-alon asal kelakon. Pergerakan Havertz cenderung pelan dan kelihatan tak bergairah, tapi lawan bisa kepayahan dibuatnya.

Semua orang kecelik. Havertz memang mesin gol, tapi bukan penyerang modelan Gabriel Jesus. Kemampuan dan instingnya dalam mencetak gol membuat Arsenal untuk sementara tak memerlukan penyerang. Sebab di sepak bola sekarang, urusan mencetak gol bukan hanya tugas penyerang. Tapi Kai Havertz.

Sumber: TheAthletic, JustArsenal, 3AddedMinutes, OneFootball, TheSun, Goal, Goal, Bolanet

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru