Tatkala banyak pemain berdarah Indonesia di luar negeri berduyun-duyun bersedia untuk membela Timnas Indonesia. Bahkan pemain yang sebenarnya memiliki potensi untuk bergabung ke tim nasional yang lebih baik, seperti Mees Hilgers, ternyata masih ada pemain yang lahir di Indonesia, tapi memilih membela negara lain.
Pemain itu adalah Andri Syahputra. Alih-alih berjuang demi lambang garuda di dada, pemain kelahiran Aceh ini justru memilih Timnas Qatar. Apesnya, setelah tidak memilih Indonesia, nama sang pemain justru tenggelam, kala pemain yang sebelumnya tak punya nama seperti Nathan Tjoe-A-On sudah memiliki fanbase.
Jadi, seperti apa sekarang nasib si Andri Syahputra ini, dan kenapa dia tidak memilih Indonesia?
Daftar Isi
Lebih Dekat dengan Andri Syahputra
Namanya Andri Syahputra Sudarmanto. Lahir di Lhokseumawe, salah satu kota terluas di Nanggroe Aceh Darussalam, pada 29 Juni 1999. Namun, di usianya yang menginjak lima tahun, Andri sudah pindah ke Qatar. Ia ikut ayahnya yang bekerja di bidang minyak dan gas.
Jika ditilik kapan ia pindah ke Qatar, berarti Andri pindah di tahun yang sama ketika bencana tsunami menghantam Aceh pada 26 Desember 2004. Setelah mendarat di Qatar, keluarga Andri Syahputra memutuskan untuk menetap di Qatar.
Di Qatar pulalah minatnya pada sepak bola disalurkan. Andri Syahputra lalu masuk ke semacam klub sepak bola yang menjadi wadah para diaspora Indonesia di Qatar, namanya Al-Khor Football Community. Di sini ia ditempa oleh sosok pelatih yang juga berasal dari Indonesia.
Orang itu bernama Muhammad Yunus Bani. Ia memegang lisensi kepelatihan C UEFA. Yunus Bani ini juga satu angkatan dengan Fakhri Husaini saat di Bina Taruna Lhokseumawe. Al-Khor Football Community tak pelak menjadi pijakan Andri Syahputra untuk meniti kariernya di dunia si kulit bundar.
Karier di Klub
Sesudah itu ia bergabung ke Al-Khor SC, salah satu klub profesional di Qatar. Di usianya yang baru tujuh tahun, Andri lalu digaet oleh klub profesional lainnya, Al-Gharafa. Saat gabung ke Al-Gharafa ini, ia juga masuk ke Aspire Academy Qatar. Aspire Academy sendiri merupakan akademi yang dibuat untuk menjaring pemain-pemain muda di Qatar.
Dari akademi yang berbasis di Al Rayyan inilah Timnas Qatar mendapatkan banyak pemain hebat. Pemain seperti Akram Afif, Almoez Ali, hingga Salem Al-Hajri adalah contoh pemain yang mentas dari kawah candradimuka bernama Aspire Academy. Dengan bergabung ke Aspire Academy besar kemungkinan sang pemain memang disiapkan untuk memperkuat Timnas Qatar.
Selama ditempa di Aspire Academy, Andri Syahputra juga memperkuat Al-Gharafa. Karena performanya yang mengesankan, perlahan Andri masuk ke skuad utama Al-Gharafa di Liga Utama Qatar Star League U-17. Selama bertarung di kompetisi U-17, Andri tinggal di asrama.
Selain berlatih sepak bola, Andri juga mendapatkan pendidikan formal, demikian kata sang ayah, Agus Sudarmanto. Kariernya di Al-Gharafa U-17 lambat laun makin mentereng. Ia bahkan menjadi top skor di QSL U-17 selama tiga musim berturut-turut dari 2013 hingga 2015.
Tidak ada informasi mengenai berapa gol yang dicetak Andri Syahputra. Penjelasan itu berasal dari sang ayah. Walau tidak mengejutkan kalau Andri akhirnya bisa menjadi top skor. Ia memang kerap bermain di lini depan.
Dipanggil Indra Sjafri, Tapi Menolak
Kegemilangan Andri di usia muda tercium hingga Indonesia. Adalah Indra Sjafri yang berhasil mengendus bakatnya. Itu terjadi pada tahun 2017. Indra Sjafri yang masih membesut Timnas Indonesia U-19 memanggil Andri Syahputra untuk mengikuti seleksi. Akan tetapi, Andri menolak mentah-mentah panggilan dari Indra Sjafri.
Sang ayah menjelaskan, bahwa Andri menolak panggilan tersebut karena ingin fokus ke pendidikan. Mengutip laporan Four Four Two Indonesia, Agus Sudarmanto mengatakan, tak ingin anaknya berhenti belajar di Aspire Academy. Jika Andri menerima tawaran dari Indra, yang mana ia harus mengikuti seleksi cukup panjang dan pemusatan latihan, sekolahnya otomatis terhenti.
Penolakan ini sempat menjadi polemik. Apalagi setelah penikmat Timnas Indonesia mulai mengikuti perkembangan Andri dan mendapati kenyataan bahwa ia justru memilih Timnas Qatar. Belum lagi ketika sang ayah berkomentar mengenai kegagalan Indonesia di final Piala AFF 2016.
Mengutip Four Four Two, tanpa tedeng aling-aling ayah Andri bilang begini, “Ah Indonesia, negara berpenduduk 200 juta lebih kok susah nyari 11 pemain untuk timnas.” Persoalan makin runyam ketika PSSI dan Menpora juga ikut terlibat. Ketum PSSI waktu itu, Edy Rahmayadi sampai-sampai berkomentar yang seolah-olah mengatakan Andri tak punya jiwa nasionalisme.
“Membela Indonesia adalah jihad. Kalau tidak mau, artinya bukan orang Indonesia. Kalau dia tidak mau membela Indonesia, keluar dari Indonesia,” kata Edy Rahmayadi dikutip Four Four Two.
Di Timnas Qatar Junior
Kebetulan waktu itu Andri masih memegang paspor Indonesia. Masalah pun akhirnya bisa diredam ketika sang ayah membeberkan alasan kenapa Andri Syahputra tak memenuhi panggilan Timnas Indonesia. Setelah itu, warganet dan penggemar Timnas Indonesia tidak memperhatikan lagi kiprah Andri Syahputra.
Di titik itu Andri Syahputra justru merajut kariernya di Timnas Qatar usia muda. Ia bergabung The Maroons U-19 pada 2017. Setelah mengantongi lima kaps dan mencetak sebiji gol, Andri naik ke level U-20. Baru tiga penampilan, Andri Syahputra lalu dipanggil Timnas Qatar U-23.
Sebelum Timnas Indonesia U-23 melakukan debutnya di Piala Asia U-23, Andri Syahputra sudah debut terlebih dahulu, yakni di Piala Asia U-23 tahun 2022. Waktu itu pemain yang banyak bermain di posisi gelandang serang ini dipanggil Timnas Qatar U-23 asuhan Nicolas Cordova.
Namun, di kompetisi tersebut, Andri malah tak banyak diberikan menit bermain. Ia hanya jadi pengganti dan main di dua laga saja, yakni menghadapi Iran dan saat Qatar dibantai 6-0 oleh Uzbekistan. Nahas, Qatar yang gagal mencomot satu pun kemenangan tak lolos ke fase gugur di ajang tersebut.
Nasibnya Kini
Dasar nasib tiada yang tahu. Di dunia ini satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian. Keputusan Andri memilih Qatar ketimbang Indonesia, yang mungkin saja dikiranya akan menjadi keputusan yang tepat, ternyata justru berbalik arah menjadi sesuatu yang, barangkali akan disesalinya.
Setelah Piala Asia U-23 tersebut Andri Syahputra tak lagi memperkuat Timnas Qatar. Usai mengemas 11 penampilan bersama Qatar U-23, nama Andri Syahputra malah tak naik ke level senior. Sampai dengan naskah ini ditulis, Bartolome Marquez Lopez belum memanggil Andri ke skuadnya.
Itu di tim nasional. Di klub nasibnya juga terkatung-katung. Andri Syahputra sempat dipinjamkan Al-Gharafa ke Muaither SC musim lalu. Hanya semusim Muaither lalu memulangkannya ke Al-Gharafa.
Yang membuat nasib Andri Syahputra tampak makin getir adalah ketika ia tak lagi memperkuat Timnas Qatar, di lain tempat Timnas Indonesia, timnas yang ia abaikan sedang naik daun. Kemarin Timnas Indonesia U-23 yang telah lama tak masuk ke putaran final Piala Asia, akhirnya lolos bahkan bisa finis di posisi keempat.
Pada waktu itu, mengutip Suara.com, Andri Syahputra dikabarkan kagum terhadap pencapaian Timnas Indonesia yang lolos ke semifinal Piala Asia U-23 2024. Ia mengunggah ulang postingan Instagram @afcasiancup ke Instastory pribadinya.
Hm…. roman-romannya si Andri mau jadi WNI lagi, nih. Kalau menurut football lovers, kira-kira Andri Syahputra masih boleh memperkuat Timnas Indonesia atau nggak?
https://youtu.be/eXTA7LpkcN8
Sumber: Okezone, Espos, FourFourTwo, QFA, Suara