Sang Mata Garuda! Begini Ngerinya CV dan Tugas Simon Tahamata di Timnas Indonesia

spot_img

Setelah puluhan tahun menimba ilmu dan membentuk pemain-pemain kelas dunia di beberapa akademi sepakbola Eropa. Kini, Simon Tahamata, legenda Belanda keturunan Indonesia yang besar bersama Ajax Amsterdam, resmi kembali ke tanah leluhurnya. Bukan sekadar sebagai pelatih, apalagi pemain. Ia datang sebagai arsitek masa depan sepakbola Indonesia.

Dengan segudang pengalaman, Simon yang biasanya menyisir lapangan melalui sektor kiri, kini akan menjadi Head of Scouting. Bukan sekadar jabatan, ini adalah misi kebangkitan Sang Garuda. Tapi sebentar, sejak kapan sebuah tim nasional butuh Head of Scouting? Kenapa pula PSSI tidak mempekerjakannya sebagai direktur teknik saja? Dan apa tugas Simon sebenarnya di tim nasional Indonesia? 

Punya Darah Indonesia

Sebelum mengulik lebih dalam, mimin salfok sama perawakan dan wajah Simon. Ketimbang orang Belanda, Simon Tahamata lebih mirip orang Indonesia. Secara warna kulit, raut wajah, dan proporsi tubuhnya, dia lebih mirip bapak-bapak dari Jawa.

Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata kecurigaan mimin tidak sepenuhnya salah. Karena ternyata, darah Indonesia memang mengalir deras di diri Simon Tahamata. Pria kelahiran Vught, Belanda pada 26 Mei 1956 itu ternyata lahir dari kedua orang tua yang berasal dari Indonesia Timur, tepatnya Maluku.

Keluarganya termasuk dalam rombongan besar masyarakat Maluku yang dibawa ke Belanda oleh pemerintah Belanda pada awal 1950-an, pasca pembubaran KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Sekitar 12.500 orang Maluku dipindahkan ke Belanda dan ditempatkan di barak-barak khusus, salah satunya di Vught, tempat Simon lahir.

Dilansir Ad.nl, karena paham akan asal-usulnya sebagai keturunan Maluku, Simon Tahamata memberi simpatinya untuk gerakan komunitas Maluku di Belanda saat dirinya masih remaja. Terlebih saat dirinya remaja, ia menyaksikan perjuangan orang Maluku di Belanda lewat pembajakan kereta di Wijster, Bovensmilde, dan De Punt. 

Karena simpatinya dan rasa bangganya sebagai Putra Maluku, Simon Tahamata masih mempercayai bahwa RMS akan menjadi kenyataan. RMS atau Republik Maluku Selatan sendiri adalah sebuah gerakan separatis yang diproklamasikan pada 25 April 1950 di Maluku.

Dihujat Oleh Pendukung RMS

Keputusan Simon untuk menerima pinangan PSSI menjadi Head of Scouting sepak bola nasional jadi kontroversi di kalangan pendukung Republik Maluku Selatan. Salah satu pendukung RMS di Belanda membuat video di Facebook. Isinya mengkritik keras keputusan Simon.

Dalam video yang yang diposting oleh akun bernama Geronimo Matulessy itu, menampilkan seorang pria yang berbicara banyak tentang Simon. Menurutnya, Simon membiarkan nama besarnya digunakan sebagai alat propaganda pemerintah Indonesia. Postingan video ini banyak mendapat tanda suka dan komentar dari pendukung RMS di Belanda. Mayoritas menyayangkan keputusan Simon Tahamata. 

Legenda Sepakbola Belanda

Di Belanda, nama Simon Tahamata memang sebesar itu. Simon adalah sosok yang sangat dihormati dalam dunia sepakbola Eropa. Ia memulai karir sebagai pemain sepakbola. Namanya besar bersama Ajax Amsterdam. Di sana, ia dikenal sebagai winger lincah dengan kemampuan dribbling dan teknik tinggi. 

Bersama Ajax, ia meraih gelar juara Eredivisie dan tampil bersama sejumlah legenda Belanda. Namun, karirnya tak hanya dihabiskan di Belanda. Pada tahun 1980, ia sempat hijrah ke Belgia dan memperkuat Standard Liège. Kontribusinya di sana sangat besar hingga membantu klub meraih dua gelar liga dan mencapai final Piala Winners UEFA. 

Setelah pensiun, reputasinya justru semakin menguat ketika mengabdikan diri sebagai pelatih teknik, terutama di akademi Ajax. Di sinilah Simon Tahamata menunjukkan keistimewaannya sebagai pengembang bakat. Simon bahkan tercatat pernah menangani dan membantu mengembangkan talenta dari pemain-pemain papan atas.

Sebut saja seperti Frenkie de Jong, Donny van de Beek, Matthijs de Ligt, Sven Botman, hingga anak dari Patrick Kluivert, Justin Kluivert, mereka adalah pemain-pemain yang sempat mendapat polesan dari Simon. Lagi-lagi, Simon tak hanya berada di zona nyaman. Dirinya juga beberapa kali merantau untuk mencoba peruntungan di luar negeri.

Ia pernah menjadi pelatih tim junior di Standard Liege, Beerschot, dan mampir ke Asia untuk menjadi pelatih tim muda dari klubnya Riyad Mahrez saat ini, Al-Ahli. Menurut catatannya, Simon menjadi pelatih tim muda Al-Ahli selama lima tahun sejak 2009 hingga 2014. Jadi, Simon sudah tidak asing dengan kultur sepakbola Asia. 

Ngikutin Belanda?

Jika mengesampingkan latar belakangnya yang katanya “RMS banget”, track record-nya di dunia sepakbola memunculkan pertanyaan baru. Mengapa PSSI mempekerjakan Simon Tahamata sebagai Head of Scouting, bukan sebagai direktur teknik? Padahal, pengalamannya sudah banyak gitu. Apalagi Head of Scouting tuh kan biasanya ditemukan di level klub, bukan tim nasional.

Untuk urusan pengembangan teknik, sebenarnya Indonesia sudah memiliki Gerald Vanenburg yang fokus untuk pemain muda, serta Alex Pastoor dan Denny Landzaat yang juga paham dengan peningkatan teknik individu para pemain. PSSI menunjuk Simon sebagai Head of Scouting karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengidentifikasi.

PSSI merasa Simon punya kejelian dalam membaca potensi seorang pemain. Dari pengalamannya di Ajax dan beberapa klub Belgia, Simon terbukti tidak hanya piawai melatih teknik individu, tetapi juga memiliki insting tajam dalam melihat potensi pemain muda yang belum matang secara teknik maupun fisik. 

Nah, jika ditanya mengapa Indonesia butuh head of scouting, itu karena belajar dari tim nasional Belanda. Selain direktur olahraga dan penasehat strategis, Belanda juga mempekerjakan head of scouting. Dia adalah Ronald Spelbos. Dirinya dipilih karena tahu seluk beluk sepakbola Belanda. Hampir seluruh karirnya dihabiskan di Negeri Kincir Angin tersebut.

Mencari Pemain Muda Berbakat

Kalau niatnya mau niru sepakbola Belanda, mengapa tidak menunjuk pelatih lokal atau sosok yang sudah ngelotok soal sepakbola Indonesia macam Mukti Entut saja? Belanda aja nunjuk pelatih lokal kan? Nah, disinilah peran Simon Tahamata diperlukan. 

Dalam konteks sepakbola Indonesia yang sedang membangun fondasi jangka panjang, PSSI membutuhkan sosok yang mampu menyusun sistem. Simon nantinya diminta menyusun strategi pemantauan talenta secara menyeluruh, mulai dari akar rumput hingga diaspora di luar negeri.

Posisi head of scouting memberinya ruang lebih luas untuk membangun sistem pencarian bakat yang profesional dan berkelanjutan, alih-alih hanya berperan pada pelatihan teknis di lapangan. Itu artinya, PSSI masih akan terus menggenjot proyek naturalisasi pemain keturunan, baik dari Belanda, atau negara-negara Eropa lainnya. 

Mengembangkannya

Tugasnya tak hanya mencari, namun juga memastikan pemain yang ditemukan sesuai dengan kebutuhan dan filosofi Timnas Indonesia. Ketika sudah ditemukan dan dipanggil ke tim nasional, Simon Tahamata juga akan terus berperan penting dalam mengembangkan bakat pemain muda tersebut. 

Ia akan memastikan bahwa para pemain muda ini siap bersaing di level internasional. Ini termasuk mencari dan memproses pemain naturalisasi baru untuk Kualifikasi Piala Dunia. Dalam hal ini, dirinya nanti akan bekerjasama dengan staf kepelatihan yang lain. Namun, yang paling sering bersinggungan tentunya Gerald Vanenburg dan Nova Arianto.

Dikutip dari Merdeka.com Erick Thohir juga menyampaikan harapan besar atas kehadiran Simon Tahamata. Ia yakin pengalaman Simon sebagai pelatih di akademi Ajax Amsterdam akan sangat berharga dalam membina pemain-pemain muda agar dapat mencapai potensi maksimal mereka.

Memilih Pemain Untuk Timnas

Kontribusi Tahamata juga tak hanya pada pemain-pemain muda. Legenda Ajax Amsterdam itu juga akan mengambil peran di tim nasional senior asuhan Patrick Kluivert. Simon juga bertugas mengevaluasi potensi pemain-pemain yang sudah ada. Penilaian meliputi kemampuan teknis, fisik, dan mental pemain. Tujuannya adalah memastikan para pemain yang terpilih sesuai dengan filosofi permainan Indonesia.

Maka dari itu, daftar pemain yang akan dipanggil memperkuat tim nasional bisa saja mengalami perubahan yang signifikan setelah kedatangan Simon. Sebab, sebagian besar pemain yang ada saat ini adalah warisan dari pelatih Shin Tae-yong. 

Simon kemungkinan akan menyeleksi kembali siapa saja yang layak stay dan mana yang tidak. Tidak menutup kemungkinan pula, hadirnya pemain-pemain baru yang sebelumnya tak pernah masuk daftar tim nasional. Hmmm, jadi nggak sabar lihat nama-nama baru yang akan masuk radar Simon.

____

Sumber: Voetbalprimeur, Ad.nl, CNN Indonesia, Merdeka, Tempo

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru