Komet Halley muncul setiap 75 tahun sekali. Kemarin Simone Inzaghi bilang talenta seperti Lamine Yamal hanya akan muncul setiap 50 tahun sekali. Tapi kalau keajaiban di dunia sepak bola, rasanya cuma muncul sekali. Seperti yang dialami oleh Bayer Leverkusen.
Dengan gagahnya, Die Werkself menjuarai Bundesliga di musim 2023/24. Tak cuma juara, tapi juga tak menelan satu pun kekalahan. Bayer Leverkusen pun masuk jajaran tim yang pernah invincible bareng Arsenal dan Ajax Amsterdam. Tapi lihatlah mereka musim ini.
Die Werkself jatuh ke lubang kesengsaraan. Bukan hanya membiarkan trofi Bundesliga jatuh ke pelukan Harry Kane. Tapi Die Werkself juga mendapat status baru. Ya, menjadi tim invincible terburuk sepanjang sejarah. Mengapa demikian? Mari kita mengulasnya.
Daftar Isi
Tak Meraih Satu Trofi Pun
Gooners mungkin tahunya mah, Arsenal doang yang pernah invincible. Padahal masih ada tujuh tim lain termasuk Bayer Leverkusen yang juga melakukan hal yang sama. Bahkan di antara tujuh tim itu, ada yang sanggup melakukan dua kali invincible. Tim yang mimin maksud adalah Porto.
Jika kita menelusuri nasib tim-tim yang pernah invincible di musim setelah setelah melakukan itu, hampir seluruhnya masih berjaya. Arsenal misalnya. Musim 2003/04, Arsenal yang invincible memang gagal mempertahankan gelar Liga Inggris. Namun Arsene Wenger masih sanggup menggiring anak asuhnya ke podium Piala FA.
Arsenal mungkin seburuk-buruknya tim invincible saat itu. Apalagi beberapa tim lain malah sanggup mempertahankan gelar. Sebutlah AC Milan yang setelah invincible di musim 1991/92 mengawinkan scudetto dan trofi Liga Champions di musim berikutnya. Ajax dan Juventus juga masih bisa mempertahankan gelar liga usai invincible.
🗓 May 21, 2005: We beat Manchester United on pens to win the FA Cup 🏆😃 pic.twitter.com/PaOU9FYCdR
— Arsenal (@Arsenal) May 21, 2018
Sementara Leverkusen tidak. Jangankan mempertahankan gelar liga, di kompetisi domestik pun mereka belepotan. Di DFB Pokal, Die Werkself sebetulnya cukup beruntung karena cuma bertemu tim-tim kelas teri. Tapi mereka malah tersandung oleh tim kasta kedua, Arminia Bielefeld di semifinal.
Di kompetisi lokal saja gagal, apalagi di turnamen Eropa. Pasukan Xabi Alonso memang kelihatan ngeri banget di fase liga di Liga Champions musim ini. Jelas lebih ngeri dari Bayern Munchen dan Real Madrid. Tapi lihat! Mereka yang otomatis lolos ke 16 besar justru dipermak habis Die Roten yang bahkan harus melewati fase play-off sebelum ke 16 besar.
Satu-satunya trofi yang bisa dibanggakan cuma Piala Super Jerman. Tapi itu pun sebenarnya tidak bisa dihitung musim ini, karena laga final terjadi sebelum musim ini dimulai.
SUPERCUP CHAMPIONS!!!! 🏆
90′ | 2-2 | #B04VfB #Supercup2024 pic.twitter.com/uKnRM34Wjr
— Bayer 04 Leverkusen (@bayer04_en) August 17, 2024
Musim Lalu Cuma Beruntung?
Barangkali memang benar, Die Werkself musim lalu dipayungi dewi keberuntungan saja. Dewi Fortuna cabang Jerman musim lalu terpikat pada pesona Xabi Alonso, sehingga barangkali, sang dewi pun meniupkan tipu muslihat atau kalau dalam istilah ajian Jawa, sirep, kepada manajemen Bayern Munchen.
Bayangkan, musim lalu Thomas Tuchel yang kehilangan sentuhan magisnya direkrut. Padahal di Chelsea, Tuchel diusir. Bagaimana mungkin pelatih buangan yang sentuhan-sentuhan ajaibnya pudar dapat menukangi tim yang wajib juara seperti Bayern Munchen?
Thomas Tuchel will receive a contract until 30th June 2025 and will supervise squad training for the first time on Monday. pic.twitter.com/kXZGxHPXdB
— FC Bayern (@FCBayernEN) March 24, 2023
Itu baru soal rekam jejak. Ide dan filosofi, Tuchel sangat berbeda dengan Bayern Munchen. Sejauh yang mimin tahu, kamu yang lebih jago tentulah boleh mengoreksi, Bayern Munchen tidak pernah bermain dengan tiga bek di belakang. Sementara taktik Tuchel begitu. Klop? Jelas tidak.
Sentuhan magis memudar, taktik tidak klop, belum lagi perangai Tuchel yang pemarah. Tuchel gagal menguasai ruang ganti. Seorang pelatih mestinya bisa menenangkan gejolak yang muncul di ruang ganti, tapi Tuchel tidak. Ambil contoh saat terjadi perpecahan antara Joshua Kimmich dan Leon Goretzka. Tuchel gagal meredam gejolak konflik itu.
Lewat sirep yang ditiupkan Dewi Fortuna itulah, Bayer Leverkusen memanfaatkan momentum. Saat Die Roten langkahnya tersendat, Die Werkself seperti Fortuner yang melaju di tol Cipali. Nah, di musim ini situasinya berubah.
Xabi Alonso’s Bayer Leverkusen won the club’s first Bundesliga title, the DFB Pokal, and only lost one game (the Europa League final) in 53 games last season 😮
Wasn’t enough to win Men’s Coach of the Year ❌ pic.twitter.com/qbXuKDVINL
— ESPN FC (@ESPNFC) October 29, 2024
Kisah cinta Dewi Fortuna cabang Jerman dan Xabi Alonso ternyata bertepuk sebelah tangan. Alonso membuat Dewi Fortuna marah, kecewa, hingga akhirnya ia ngambek karena tak lagi dijamah. Akhirnya kesusahan dan kemalangan justru ditiupkan pada Alonso dan anak asuhnya musim ini. Di sisi lain, sirep pada manajemen Die Roten hilang.
Tuchel yang dibuang digantikan Vincent Kompany. Portofolio kurang mentereng tak masalah. Manajemen mulai sadar kembali, bahwa yang penting adalah filosofinya cocok dengan skuad. Nyatanya malah lebih dari itu. Bukan cuma filosofi dan taktiknya yang cocok, Kompany juga berhasil mengendalikan ruang ganti yang sempat memanas.
Congratulations to Vincent Kompany on winning the Bundesliga title with Bayern Munich! 👏 pic.twitter.com/57NKHFijEQ
— City Report (@cityreport_) May 4, 2025
Leverkusen Melemah
Setelah tak lagi dinaungi Dewi Fortuna, Bayer Leverkusen benar-benar melemah. Kekuatan mereka bukan hanya sedikit demi sedikit kandas, tapi langsung berada sedikit saja di atas batas merah.
Musim lalu, Leverkusen hobi mencetak gol-gol di menit akhir. Musim ini pun sebenarnya sama. Tapi jika musim lalu mereka mencetak gol di menit-menit akhir buat memenangkan pertandingan, musim ini gol-gol menit akhir untuk menghindar dari kekalahan, seperti apa yang terjadi di laga kontra SC Freiburg kemarin.
FT: Freiburg 2-2 Bayer Leverkusen.
BAYERN MUNICH ARE THE BUNDESLIGA CHAMPIONS! 🏆 pic.twitter.com/jhOR3CGA1F
— The Touchline | Football Coverage (@TouchlineX) May 4, 2025
Betul bahwa Leverkusen masih menjadi klub yang sulit dikalahkan di Bundesliga musim ini. Tapi kemenangan juga malas berkawan dengan mereka. Sudah 32 laga dilakoni Die Werkself di Bundesliga musim ini, tapi tahu nggak? Lebih dari sepertiganya berakhir seri.
Ini sedikit banyak membuktikan bahwa Die Werkself telah kehilangan syahwat memenangkan pertandingan. Lini depan mereka terasa tumpul. Sedangkan lini belakangnya rapuh seperti seorang lelaki yang hatinya berdarah karena perempuan. Musim ini Die Werkself sering kebobolan di babak pertama.
Bukan hanya babak pertama malah, tapi di 20 menit pertama, seperti di laga melawan Stuttgart atau saat kalah dari Bielefeld di semifinal DFB Pokal. Bahkan nih ya, ketika dihabisi Werder Bremen 2-0 di markas sendiri, gol pertama hadir di menit ketujuh.
Cedera yang Menyebalkan
Kemarin-kemarin mimin bikin video yang dikaitkan sama Dewi Fortuna, lalu ada yang komentar kalau itu musyrik dan ngatain Dewi Fortuna itu cuma mitos. Kurang ilmiah, kata mereka. Oke deh kita cari yang agak ilmiah. Jika ditelisik biang masalahnya, Bayer Leverkusen bisa sebegitu amblas juga lantaran pemain yang cedera.
🚨🇩🇪 𝐎𝐅𝐅𝐈𝐂𝐈𝐀𝐋 | Florian Wirtz (21) will be OUT for several weeks! ❌
He has suffered an ankle injury. Speedy recovery, Flo! 🙏❤️ pic.twitter.com/4DhlwulgAr
— EuroFoot (@eurofootcom) March 10, 2025
Salah satunya permata lokal sekaligus mahkota mereka, Florian Wirtz. Di laga melawan Bremen, Maret lalu, Wirtz meringis kesakitan sambil memegangi pergelangan kaki kanannya. Alonso pun mesti menariknya keluar dan Wirtz pun absen dalam lima laga.
Selain Wirtz, Granit Xhaka dan Edmond Tapsoba juga sempat mengalami cedera. Keadaan menjadi parah karena perekrutan musim ini juga tak bisa membantu. Walhasil seperti apa yang kita lihat sekarang. Konsistensi dan trofi lepas. Dari segi internal itu. Ada faktor lain yang asalnya dari eksternal. Apa itu?
Rumor Kepindahan Pelatih dan Pemain
Rumor transfer. Bukan tim berduit membuat Leverkusen selalu direcoki oleh tim-tim besar dengan duit berlimpah. Tapi sejauh ini barangkali yang paling sering merecoki adalah Real Madrid. Sudah berapa banyak berita Xabi Alonso dikaitkan kepindahannya ke Los Merengues?
Real Madrid hingga saat ini terus-menerus menggoda Xabi Alonso. Memang ada informasi bahwa mereka juga telah menyiapkan sejumlah nama lain, tapi fokusnya tetap pada Xabi. Pria yang pernah ditendang Nigel de Jong itu pun segan tak segan harus terus melayani pertanyaan soal rumor kepindahannya ke Real Madrid dari berbagai media.
🚨 BREAKING: Xabi Alonso has decided to join Real Madrid.
Deal almost DONE! @MatteMoretto pic.twitter.com/o3iX0bqcQZ
— Madrid Zone (@theMadridZone) April 28, 2025
Florian Wirtz juga sama. Real Madrid masih ngebet mendatangkan pemain Jerman yang satu ini. Selain Madrid, Bayern Munchen dan Manchester City juga kabarnya tertarik membajak Wirtz. Rumor-rumor ini yang membuat Bayer Leverkusen, atau utamanya Xabi Alonso itu sendiri, pecah konsentrasinya.
Konsentrasi pecah, performa pun goyah. Demikianlah Bayer Leverkusen, mendadak jadi tim invincible terburuk sepanjang sejarah. Sebenarnya masih ada FC Porto yang di musim 2012/13 invincible, tapi di musim berikutnya tak meraih satu pun trofi. Hanya saja itu di Liga Portugal. Di lima liga top Eropa tak ada yang lebih buruk dari Bayer Leverkusen.
Sumber: Bundesliga, Goal, BavarianFootballWorks, DW, Wtop


