10 Pembantaian Tak Terduga di Liga Champions

spot_img

Sudah 30 edisi terselenggara, Liga Champions Eropa selalu menghadirkan hal-hal yang menarik. Selalu menghadirkan kisah-kisah mengejutkan yang sesiapa tidak akan pernah menyangka. Termasuk skor terbanyak yang pernah diraih sebuah klub dalam gelaran Liga Champions.

Bukan hanya kemenangan terbesar, gol-gol terbanyak, tapi juga kemenangan tak terduga dengan skor yang tak terduga pula. Bisa berupa pembantaian dari klub “kecil” ke klub besar maupun sesama klub besar, yang seharusnya menghasilkan skor ketat. Berikut ini pembantaian tak terduga yang pernah mewarnai gelaran Liga Champions Eropa.

Deportivo La Coruna vs AC Milan 4-0 (2004)

Selain kisah luar biasa FC Porto yang mengangkat trofi bersama Jose Mourinho, Liga Champions musim 2003/04 menyisakan momen lain yang, boleh jadi tidak akan pernah dilupakan milanisti di seluruh planet. Yup, kekalahan memalukan AC Milan atas wakil Spanyol, Deportivo La Coruna 4-0.

Peristiwa menyakitkan itu terjadi di perempatfinal. Dan yang menjadi sangat mengejutkan adalah bukan hanya musuh yang dihadapi rossoneri adalah klub yang terbilang mudah, tapi AC Milan lebih dulu unggul besar di leg pertama 4-1. Secara hitung-hitungan mereka hanya butuh main aman, ya kalau kalah cukup 2-0 saja, Milan bisa lolos.

Namun, yang terjadi tak seindah itu. Bertandang di Stadion Riazor, rossoneri tentu punya kepercayaan diri lebih. Sementara, anak asuh Javier Irureta harus mencetak gol lebih dulu agar menaikkan moral. Laga yang berlangsung di Riazor membuka keran kepercayaan para pemain Deportivo.

Benar saja. Baru lima menit laga berjalan, Deportivo mencetak gol cepat. Walter Pandiani masuk ke kotak penalti dan mengelabui seorang Paulo Maldini, untuk kemudian menyarangkan bola ke sudut kiri gawang Dida. AC Milan mencoba merespons, tapi sayang tak ada gol bagi Kaka CS.

Bukannya mencetak gol, AC Milan berkali-kali justru kebobolan. Albert Luque, Juan Carlos Valeron, dan Fran Gonzalez bergiliran menyarangkan bola ke gawang Dida. Skor 4-0 terpampang. AC Milan kalah agregat 5-4.

Manchester United vs AS Roma 7-1 (2006/07)

Manchester United menatap leg kedua perempat final Liga Champions musim 2006-2007 dengan kekalahan 2-1 atas AS Roma. Bukan hanya itu, skuad Sir Alex Ferguson harus kehilangan beberapa pemain pilarnya, seperti Paul Scholes yang mendapat hukuman di leg pertama. United harus memakai pasangan Michael Carrick dan Darren Fletcher di lini tengah.

Modal moralnya, MU melakoni leg kedua di Old Trafford. Dan itu sudah cukup untuk membuka keran gol  lebih banyak. 11 menit laga berjalan, Carrick melepaskan tembakan jarak jauh yang menghujam gawang AS Roma.

Tak berapa lama, Alan Smith menggandakan keunggulan. Setelah itu, Wayne Rooney yang mencetak gol. Laga belum genap 20 menit, MU sudah unggul 3-0. Ronaldo yang saat itu belum pernah mencetak gol di Liga Champions, di malam itu mampu mencetak dua gol. Carrick kemudian mencetak gol lagi. Sampai menit 60, MU unggul 6-0.

Giallorossi sempat memperoleh gol hiburan dari Danielle De Rossi. Tapi jelas, gol Patrice Evra jelang laga bubar menenggelamkan AS Roma ke dasar jurang. Kekalahan memalukan 7-1 tercatat di benak romanisti.

Liverpool vs Real Madrid 4-0 (2008/09)

Laga 16 besar Liga Champions musim 2008-2009 menjadi sejarah buruk bagi Real Madrid. Kala itu, Los Galacticos diayak dengan sangat paripurna oleh Liverpool asuhan Rafael Benitez. Setelah keok 0-1 di markasnya sendiri, pada leg kedua di Anfield, kekalahan Madrid makin paripurna menjadi 5-0.

Pasukan Benitez tampil sangat percaya diri. Menit 16, The Reds langsung membuka keunggulan lewat Fernando Torres. Lalu, Steven Gerrard memanfaatkan penalti akibat handball pemain Madrid, Heinze. Gerrard kemudian cetak gol lagi pada menit ke-47, dan mengukuhkan penampilan terbaiknya di laga tersebut.

Liverpool unggul 3-0. Setelah itu, tidak ada gol lagi kecuali dari pemain Liverpool lainnya, Andrea Dossena pada menit ke-88. Gol itu menjadi gol penentu kemenangan 4-0 Liverpool atas Real Madrid di leg kedua babak 16 besar Liga Champions.

Dortmund vs Real Madrid 4-1 (2012/13)

Los Merengues sekalipun rajanya Liga Champions, tapi Real Madrid tetaplah klub biasa, yang bisa saja kalah secara mengenaskan, termasuk ketika menghadapi Borussia Dortmund pada semifinal leg pertama musim 2012-2013.

Ketika itu, Dortmund masih dibesut pelatih kaya taktik, Jurgen Klopp, sedangkan pelatih temperamental, Jose Mourinho mengkomandoi El Real.

Baru menit ke-8, darah Mourinho sudah dibikin naik oleh Robert Lewandowski. Namun, emosinya adem lagi setelah Cristiano Ronaldo menyamakan kedudukan jelang interval babak pertama.

Sayangnya, di babak kedua Lewandowski terpaksa mengacungkan empat jarinya, setelah mencetak tiga gol lagi ke gawang Real Madrid. Skor 4-1 berakhir hingga peluit panjang.

Real Madrid vs Bayern Munchen 4-0 (2013/14)

Musim berikutnya giliran Madrid yang membantai, tapi bukan Dormund korbannya melainkan rival abadi mereka, Bayern Munchen. Los Blancos melumat Bayern Munchen pada leg kedua semifinal UCL musim 2013-2014 dengan skor sangat telak, 4-0 setelah menang 1-0 pada leg pertama.

Sergio Ramos yang mencetak dua gol dan Ronaldo dengan sebiji golnya, membuat Real Madrid unggul 3-0 di babak pertama. Tak mau kalah dari seorang bek, Ronaldo mencatatkan brace-nya di laga itu pada menit-menit akhir, dan memantapkan kemenangan Real Madrid untuk melaju ke final.

Barcelona vs Paris Saint-Germain 6-1 (2016/17)

Para cules sangat bergembira ketika Barcelona melumat PSG pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions musim 2016-2017. Tak tanggung-tanggung, Barca menghabisi Les Parisiens dengan skor 6-1. Ketika itu, skuad Barcelona masih berisi trio MSN yang begitu menggila.

Dan ketiga orang itu masing-masing mencetak gol di laga tersebut. Suarez lebih dulu membuka keunggulan menit ke-3. Gol bunuh diri Kurzawa menggandakan keunggulan Barca. Menit 50, giliran La Pulga yang mencetak gol. Lalu Neymar? Ya, pemuda Brazil itu mencetak brace pada menit 88 dan 90+1. Pesta pora ditutup oleh gol Sergi Roberto di menit 90+5.

Liverpool vs Barcelona 4-0 (2018/19)

Sang juara UCL musim 2018-2019, Liverpool pernah mencatatkan comeback yang menakjubkan ketika bertemu Barcelona pada leg kedua semifinal Liga Champions musim tersebut. The Reds menggasak Barcelona 4-0 di Anfield, dan lolos ke final.

Padahal ketika itu, Liverpool sudah menelan kekalahan menyakitkan di leg pertama. Tapi Klopp emang beda. Ia sukses membuat keunggulan 3-0 Barca di leg pertama tidak ada gunanya. Divock Origi dan Giorginio Wijnaldum bergiliran menciptakan brace ke gawang Blaugrana. Skor 4-0 terpampang di akhir laga.

Bayern Munchen vs Tottenham Hotspur 7-2 (2019/20)

Bayern Munchen memang terkenal sebagai tukang bantai, baik di Liga Champions maupun domestik. Salah satu korbannya adalah Tottenham Hotspur, yang dibantai di pertandingan fase grup Liga Champions musim 2019/20. Tak main-main, skornya 7-2, dan lucunya itu berlangsung di markas Spurs.

Yang lebih ironi lagi, Spurs lah yang unggul lebih dulu lewat Son Heung-min menit 12. Lalu, Kimmich merespons lewat golnya tiga menit berselang. Jelang babak pertama usai, Lewandowski mencetak gol. Tapi di babak kedua Spurs tersentak dengan brace Gnabry menit 53 dan 54.

Sempat memperkecil ketertinggalan lewat penalti Harry Kane menit 61, Gnabry menenggelamkan Spurs berkat gol ketiganya menit 83. Setelah itu giliran Lewy yang cetak gol keduanya, dan jelang bubaran Gnabry menggenapi empat golnya di laga tersebut. Skor 7-2 membuat Pochettino tak bisa tidur.

Bayern Munchen vs Barcelona 8-2 (2019/20)

Masih di musim yang sama, Bayern Munchen kembali menghancurkan sebuah tim. Die Roten mengalahkan Barcelona 8-2 di perempatfinal UCL 2019-2020. Pertandingan ini menjadi pertandingan yang ikonik, karena sudah pasti ada di benak seluruh pencinta sepakbola.

Barcelona yang ketika itu dibesut Enrique Setien Solar, tak bisa berbuat banyak di hadapan anak asuh Hansi Flick. Bahkan secara kasar, Barcelona hanya bisa mencetak satu gol, karena satu gol lainnya dibantu oleh David Alaba. Sementara, FC Hollywood begitu perkasa.

Delapan gol yang bersarang ke gawang Ter Stegen berasal dari enam orang yang berbeda. Ivan Perisic, Serge Gnabry, Kimmich, Lewandowski, dua gol dari Thomas Muller, serta Philippe Coutinho yang memborong dua gol persis di sepuluh menit terakhir.

Villarreal vs Juventus 3-0 (2021/22)

Momen Liga Champions musim ini juga tak bisa lepas dari pembantaian yang tak terduga. Salah satunya ketika Juventus, sang raksasa Italia, tak berdaya di hadapan Villarreal dengan takluk 3-0. Padahal itu adalah pertandingan leg kedua 16 besar yang berlangsung di markas Juventus.

Namun, asuhan Max Allegri benar-benar tak berdaya. Meski menguasai penguasaan bola, permainan Unai Emery lebih taktis dan efektif. Jadi, wajar saja bila di laga tersebut, Villarreal mampu mencetak 3 gol di babak kedua. Tiga gol Yellow Submarine dicetak Gerard Moreno, Pau Torres, dan tentu saja Arnaut Danjuma.

https://youtu.be/1ar-91VoKf8

Sumber referensi: BR, Sportmob, Sportskeeda, UEFA, Detikcom

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru