Bulan November tahun 2019 tak pernah lekang dari ingatan penggemar Union dan Hertha Berlin. Kedua fans hadir pada Derby Berlin pertama di Bundesliga sejak Tembok Berlin runtuh di Friedrichstraße jantung Kota Berlin.
Keduanya harus terpisah sejak tahun 1961 hingga 1989. Rentang waktu yang amat panjang bagi kedua tim terpisah “tembok ideologi penguasa” yang membagi Jerman Barat dan Jerman Timur.
Kala suporter ingin menyebrang ke barat atau timur harus melewati Checkpoint Charlie menjadi pos untuk melakukan pemeriksaan ketat terhadap diplomat, jurnalis, dan orang-orang asing yang mau memasuki wilayah Jerman Timur atau sebaliknya.
Pos tersebut awal mulanya bernama Checkpoint C, namun penutur Jerman Barat melafalkan pintu pemeriksaan sebagai Charlie. Maka jadilah nama tempat tersebut Checkpoint Charlie.
Perjalanan dari Barat ke Jerman Timur akan mendapatkan visa untuk satu hari setelah menukarkan Deutsch Mark ke mata uang Jerman Timur.
Sesekali ada warga yang “nyolong” lewat Sungai Spree, alirannya menjadi penghubung dari rumah Union Berlin di Kopenick ke Stadion Olimpiade Berlin.
Pasca Perang Dunia II, Hertha Berlin di Jerman Barat, maupun Union di Jerman Timur bukanlah klub terbesar.
Union di Jerman Timur dikenal klub “anti Stasi” dengan komponen pendukung dari kelas pekerja, punk, dan skinhead.
Football on a Friday night! 🤩
It's nearly time for the Berlin derby…
The scenes will be very different to the last time Hertha Berlin and Union Berlin met…
LIVE: https://t.co/9BI0nFhkRv pic.twitter.com/an8jLdpn3e
— BBC Sport (@BBCSport) May 22, 2020
Mendukung klub asal Kopenik menjadi cara orang-orang Jerman Timur menolak otoritarianisme diterapkan di Jerman Timur.
Rival Union, klub milik pemerintah BFC Dynamo berhasil mendominasi Oberliga. Kedigdayaan pada kejuaraan tidak lantas membuat “klub Stasi” menjadi idola bagi masyarakat yang bermukim di bawah kekuasaan Republik Demokratik Jerman.
Berbeda dengan sikap politik Union Berlin di Timur, Hertha di Barat tidak memiliki basis politik maupun faham anti terhadap penguasa.
Sejarawan dari Berlin Freie University, Daniel Koerfer mengungkapkan sisi historis fans dan klub Hertha tidak ada perlawanan terhadap rezim.
Hertha tak saja “pasif terhadap politik” antusiasme terhadap partai Nazi saat kepemimpinan Hitler pun tidak pernah ada di dalam catatan sejarah klub maupun fans.
“Status Quo” Hertha tercermin pada sikap menolak ujaran anti-Semitisme yang dilakukan oleh fans maupun klub. Meski begitu, tidak mengambil sikap melawan delusi rasis yang diamanatkan negara di bawah pimpinan Hitler.
Derby Decorations 🔵⚪
Over 10,000 Hertha BSC flags have been planted around the city in preparation for Friday night's Berlin Derby 😯 pic.twitter.com/wWmgoQF1Bc
— Bundesliga English (@Bundesliga_EN) December 1, 2020
Hertha dan Union kini berlaga di Bundesliga dan bersaing merebut hati orang-orang yang tinggal di ibu kota Jerman untuk mendukung salah satunya.
Adu Popularitas
Membandingkan kepopuleran Union dan Hertha di kancah tertinggi sepak bola Jerman jelas tidak apple to apple.
Hertha Berlin, klub tradisional yang lebih kaya dengan kemampuan finansial cukup untuk membayar pemain. Fasilitas seperti stadion yang indah dan terkenal. Tim berbasis di distrik Charlottenburg secara teratur berhasil menarik tiga puluh hingga empat puluh ribu penggemar menjadi member klub.
It's Berlin Derby day! 🇩🇪 pic.twitter.com/b7D9oJ9Av9
— GOAL (@goal) May 22, 2020
Berbeda dengan rivalnya, Union Berlin harus turun jalan membawa spanduk agar suporter menyisihkan penghasilannya demi keselamatan klub. Mereka juga melakukan usaha lewat “donor darah” demi menyeimbangkan neraca keuangan klub dalam membeli lisensi klub untuk ke Bundesliga.
Perihal Stadion Olimpiade Berlin, kandang Hertha memiliki sejarah dengan turnamen-turnamen akbar seperti pertanding Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 2006. Dibangun saat Hitler berkuasa oleh arsitek Jerman Werner March dan Walter yang dibangun antara tahun 1934 hingga 1935.
Sementara Stadion An der Alten Försterei terukir nama-nama suporter yang rela menyumbang tenaganya untuk renovasi rumah kedua mereka. Fans Union Berlin memilih gotong royong untuk memperkecil pengeluaran klub.
Stempel pasca keruntuhan Tembok Berlin erat dengan kedua klub. Latar belakang politik memengaruhi terhadap kebijakan klub.
Perkara kultur fans, Union memiliki berkah dengan kolektivitas yang dipupuk sejak klub berdiri.
The Berlin derby was crazy 😳
Following Union's 1-0 win, a section of the home support invaded the pitch and tried to get to Hertha, only to be stopped by their own players. pic.twitter.com/jhc450JQun
— GOAL (@goal) November 7, 2019
Posisi politik suporter dengan pengelola klub terbentuk secara demokratis. Masa depan klub tidak dikooptasi oleh segelintir orang dan juga sponsor.
Peran suporter menentukan langkah klub dengan dukungan dari pinggir lapangan tanpa henti bertujuan memberi semangat kepada pemain ketimbang mencaci maki.
Herta Berlin dalam sejarah pendiriannya sudah bergandengan dengan sponsor. Pundi-pundi finansial dapat diraih dengan mudah. Pun di saat klub terkena dampak krisis keuangan medio 1997-1998, mereka diselamatkan oleh sponsor.
Letak geografis keduanya ke depan bakal menjadi pembanding. Union yang memiliki sejarah di Jerman Timur dan Hertha di Jerman Barat musykil dilepaskan.
Kapital berada di wilayah Jerman Barat sementara pekerja berdatangan dari Jerman Timur. Gambaran ini akan menguatkan mengapa Derby Berlin di Bundesliga layak disaksikan.
It's derby day in Berlin. @fcunion_en take on @HerthaBSC_EN. The Iron Ones vs The Old Lady.
2 Years on from their first ever derby in the Bundesliga, this fixture is without a doubt one of our favourites in world football… #OneCityTwoHearts pic.twitter.com/eA3g3TB3Ds
— COPA90 (@Copa90) November 20, 2021
Sahabat Jadi Rival
Derby jadi pertemuan yang dirindukan oleh suporter. Usai bertemu mereka akan menuntaskan rivalitas agar rekor kemenangan terus terukir dan kekalahan terbalas.
Rekam jejak pertemuan Hertha dan Union pasca Tembok Runtuh dalam laga persahabatan tahun 1990 mendatangkan puluhan ribu suporter kedua klub. Terlihat beberapa dari mereka saling berpelukan karena menantikan kedua tim untuk bertemu.
Perbedaan wilayah politik justru memberikan kisah harmonis hubungan suporter keduanya. Slogan “Hertha and Union – one nation” jadi bukti tautan keduanya.
Persahabatan kedua kubu tampak hangat. Pertemuan dua dekade silam berubah hingga tiba sebuah aksi menggelitik dari suporter Union.
Koreografi suporter Union Berlin bergambar pahlawan, Yunani Perseus berpakaian merah membunuh Medusa yang berpakaian biru. Spanduk besar yang diapit oleh pilar Yunani menutupi tribun dan bertuliskan
“Setibanya di Stadion Olimpiade Berlin, usai pengembaraan yang tampaknya tak berujung, Anda sekarang akan bertarung dalam pertempuran terbesar.”
Genderang derby kedua tim telah dipukul. Pertanda adu popularitas dan pencapaian untuk merebut hati penduduk Berlin di mulai. Jabat erat persahabatan di era kegentingan menjadi adu gengsi lapangan sepak bola di era damai.
Union jelas lekat dengan kelas pekerja, berasal dari daerah rural Koepenick. Sedangkan Hertha berangkat dari daerah elite di Berlin, Charlottenburg. Narasinya pun akan mengerucut pada klub “Kelas pekerja” vs “Kelas elit” menjadi bumbu derby ibu kota Jerman.
This weekend, the Berlin derby returns to the Bundesliga.#FCUBSC pic.twitter.com/4OA8y6P7zG
— DW Sports (@dw_sports) November 18, 2021
Union bermodal konsistensi saat berlaga di Bundesliga 2. Pada 2010, pertemuan kompetitif pertama antara Hertha vs Union dapat terjadi. Keduanya bersua kembali 2012/13 menyusul degradasi mengejutkan Hertha semusim sebelumnya.
Enam pertemuan terakhir keduanya sejak 2019, rekor kemenangan dipegang oleh Union dengan 3 kemenangan sisanya 2 untuk Hertha Berlin dan 1 pertemuan berakhir imbang.
Di klasemen Bundesliga, keduanya bernasib beda, Union bertengger di posisi 4 sedangkan rivalnya di rangking 13.
Rekor pertemuan dan posisi di klasemen menjadi bumbu selanjutnya dalam derby sekota dengan pernak-pernik sejarahnya menjadi laga yang patut disaksikan oleh pecinta sepak bola.
Referensi : DW, Goethe, World Soccer, HerthaBSC, Bein Sport, PF, BL, FFT, ESPN, DW, TG


