Sisi Gelap Dibalik Menariknya Paras Ultras Di Italia

spot_img

Sepakbola Italia, kita semua tahu, begitu kental akan sejarah. Di era 90 an khususnya, kompetisi ini menjadi tujuan bagi para pemain dunia. Mereka yang berstatus bintang banyak yang ingin tampil di Italia, karena memang dikenal ketat dan penuh hiburan.

Selain memiliki citra sebagai salah satu kompetisi paling indah nan bersejarah, Italia yang dikenal dengan kompetisi Serie A nya itu juga dikenal dengan kumpulan suporter hebatnya. Bicara tentang sepakbola memang kurang lengkap rasanya bila tak menyertakan kumpulan orang yang setia berdiri dan bernyanyi sepanjang 90 menit lamanya.

Di Italia sendiri, suporter tidak hanya menyoal tentang sekumpulan orang yang datang ke stadion kemudian mendukung tim yang dibelanya sepanjang 90 menit. Mereka punya banyak sekali lapisan dan punya beragam cerita untuk diungkap.

Sayangnya, meski dikenal sebagai salah satu negara dengan ajang sepakbola terbaik, Italia, melalui para suporternya, tak pernah lepas dari kalimat negatif dalam setiap paragraf yang tersaji di sebuah cerita sepakbola.

Para pendukung fanatik di Italia biasa disebut sebagai ultras. Ultras sendiri level nya masih lebih tinggi dari tifosi yang biasanya hanya berstatus sebagai pendukung ketika tim nya bertanding. Ultras memiliki makna yang lebih dalam, dimana setiap orang yang berada di dalamnya, cenderung lebih fanatik dan selalu tampil dengan gaya unik. Mereka tak segan membawa bendera besar, menghias tubuh, menggunakan suar, sampai membentuk sebuah koreografi yang akan selalu diingat oleh khalayak.

Dibalik itu, tindakan para ultras juga tak jarang dianggap terlalu ekstrim. Mereka tak segan melakukan kekerasan, pembunuhan, sampai melakukan hinaan bernada rasis terhadap para pemain sekalipun.

Ultras di Italia tak jauh beda dengan para hooligan di Inggris. Mereka selalu punya tempat pertempurannya sendiri. Keberadaan mereka diketahui mulai muncul pada era 60 an. Kemudian pada era 70 an, jumlah mereka makin berkembang, dari klub-klub besar sampai klub semenjana yang memang layak mendapat dukungan.

Ultras di Italia tak jarang memiliki hubungan dengan gerakan politik. Oleh sebab itu, tak sedikit pemain yang memiliki ideologi tertentu, sulit bergabung dengan klub yang menolak ideologi sang pemain. Hal itu terjadi karena mendapat penolakan dari para pendukung tim yang dibela.

Salah satu contohnya terjadi pada tahun 1992, ketika Lazio kedatangan pemain asal Belanda bernama Aron Winter, sebuah penolakan langsung digaungkan. Aron Winter yang merupakan pria keturunan Muslim sekaligus Yahudi, mendapat penolakan dalam bentuk grafiti yang bertuliskan, “Winter Raus”. Sebuah gema dari kata-kata “Juden Raus” dari Nazi.

Selain hal tersebut, seperti yang sudah dijelaskan, Ultras Italia juga lekat dengan berbagai kekerasan. Beberapa yang paling diingat adalah ketika ultras Genoa bernama Claudio Spagnolo ditusuk saat akan melakukan perjalanan ke stadion. Kemudian ada nama Vincenzo Paparelli dari Lazio yang tewas setelah kepalanya terkena tembakan. Yang tak kalah menghebohkan adalah ketika pada tahun 2004, sekelompok ultras Roma sampai menjadi penyebab dari batalnya sebuah pertandingan. Di laga derby melawan Lazio, muncul kabar bahwa ada seorang anak laki-laki yang terbunuh oleh polisi di luar stadion.

Dua ultras paling berbahaya di Italia itu lalu menuntut penyelenggara untuk menghentikan pertandingan sebagai bentuk protes kepada polisi. Francesco Totti yang dikelilingi para ultras itu lalu berbicara kepada pelatih untuk menghentikan pertandingan, karena bila tidak, bukan tak mungkin bila pemain akan menjadi korbannya.

Namun setelah pertandingan dihentikan, didapatkan sebuah fakta bahwa tidak ada anak kecil yang terbunuh. Ketika itu, memang ada anak kecil yang ditutupi dengan kain putih. Akan tetapi, hal itu bertujuan agar sang bocah tidak terkena gas air mata yang dikeluarkan polisi untuk menghentikan kericuhan di luar stadion.

Usai keributan itu, dilaporkan ada ratusan orang terluka dan setidaknya ada 13 orang yang ditangkap untuk dimintai keterangan.

Lalu pada tahun 2012, sempat terjadi sebuah insiden dimana para suporter Genoa meminta para pemain untuk menanggalkan baju mereka, usai kalah secara memalukan atas Siena dengan skor 0-4. Selain meminta para pemain untuk melepas baju, para ultras itu juga turut melempar kembang api ke dalam lapangan sebagai bentuk kekecewaan mendalam terhadap keterpurukan tim yang didukung.

Apa yang dilakukan para penggemar memang berdasar pada kecintaan mereka pada sebuah klub. Namun seringkali kecintaan mereka berujung pada sesuatu yang berbahaya. Tak jarang ada korban yang harus rela nyawanya melayang karena ulah berlebihan para suporter.

Di Italia, para suporter juga tidak hanya berandil pada tindak kekerasan, kerusuhan, sampai rasisme. Namun mereka juga turut melenggang masuk ke dalam koridor yang pada akhirnya berujung pada keuntungan pribadi.

Bisnis gelap yang biasa dilakukan para ultras Italia adalah penjualan tiket musiman. Sebelum diselenggarakannya sebuah pertandingan, ultras tertentu biasanya berkumpul dalam sebuah markas, dengan tujuan untuk mengumpulkan tiket dan dijual dengan harga yang tentunya lebih mahal.

Biasanya, ada beberapa ultras yang bertugas untuk berkeliling kota, demi mendapat kartu identitas dan juga paspor orang-orang yang sama sekali tidak tertarik dengan sepakbola. Kartu tersebut kemudian diduplikasi dan digunakan untuk membeli setumpuk tiket musiman dari klub yang didukungnya.

Diketahui, hasil dari bisnis gelap tersebut mampu memberi keuntungan sekitar 1 juta euro atau setara 17 miliar rupiah setiap tahunnya.

Salah satu orang ternama dari bisnis gelap ini adalah Raffaello Bucci. Pria yang ditemukan tewas di sebuah kolong jembatan ini merupakan orang yang begitu lihai dalam memainkan bisnis ini. Dia merupakan seorang penggemar berat Juventus. Dia tumbuh besar sebagai penggemar yang turut menjadi saksi dari kehebatan Platini, Baggio, Ravanelli, Vialli, sampai Del Piero. Baginya, Juventus adalah sebuah obsesi.

Sebagai seorang calo, dia memiliki fisik yang biasa-biasa saja. Tubuh yang tidak terlalu besar, rambut tak tertata, dan senyuman khas yang selalu terdapat makna dibaliknya.

Dia sudah lama menjalankan bisnis ini, sampai akhirnya ajal menjemput dengan penyelidikan polisi mengatakan kalau pria tersebut tewas karena bunuh diri.

Dalam menjalankan berbagai misi, para ultras tidak berjalan sendiri. Mereka bekerja sama dengan kelompok mafia yang memang sudah terkenal kemahirannya dalam mengelabui pihak berwajib.

“Di Italia, sepakbola telah lama menjadi zona bebas tanpa hukum. Di dalam stadion, penjahat dan preman memiliki yurisdiksi penuh atas siapapun,” tulis wartawan olahraga Maurizio Crosetti dalam koran La Repubblica.

Lebih jauh, hubungan antara ultras dan mafia ini sampai berujung pada pembelian pemain bintang hingga mendapatkan gelar juara. Semua pasti ingat ketika Diego Maradona hadir di Naples dengan sambutan luar biasa. Menurut kabar, para mafia meminta seluruh penggemar Napoli untuk mengumpulkan uang demi bisa mendatangkan sang superstar.

Tak hanya mampu mendatangkan sang bintang, Napoli yang memang dikenal memiliki mafia paling berpengaruh di Italia juga berhasil membawa klub berlogo huruf N merebut scudetto musim 1986/87 dan 1989/90.

Meski Maradona berhasil catatkan sejarah bagi Napoli, pemain asal Argentina itu juga menerima imbas buruk dari hubungan baiknya dengan para mafia disana. Maradona mulai mengenal narkotika hingga membuat karirnya hancur secara perlahan.

Beberapa pentolan ultras Italia yang diketahui punya hubungan spesial dengan para mafia adalah Giancarlo Lombardi dari AC Milan, Fabrizio Piscitelli dari Lazio, Loris Gancini dari Juventus, serta Caravita Franco dari Inter Milan.

Berbagai hal tersebut tampaknya akan selalu lekat dengan sepakbola Italia.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=YDdIdDab3qs[/embedyt]

 

Sumber referensi: The Guardian, Sport Detik I, Ligalaga, Sport Detik II

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru