Piala Dunia 1990: Menyoal Tentang Perjalanan Menyenangkan Ala Timnas Kamerun

spot_img

Saat ini, tidak ada yang berani meremehkan kekuatan sepak bola yang dimiliki negara-negara Afrika. Sudah ada banyak sekali kejutan yang diberikan. Dari mulai tersebarnya pemain-pemain bintang, hingga kontribusi besar sebuah wilayah benua hitam di panggung yang menggelegar.

Hal tersebut tentu tak lepas dari adanya kemajuan jaman. Mereka yang sebelumnya sempat dicap sebagai pelengkap saja, perlahan tapi pasti, mampu membuktikan diri sebagai tim yang memang layak ditakuti.

Beberapa negara Afrika terbaik yang paling dikenal dunia adalah Ghana, Pantai Gading, Senegal, Nigeria, dan tentunya Kamerun.

Namun terakhir menjadi sebuah kekuatan yang memang tak boleh disingkirkan. Dari sana, banyak sekali muncul nama-nama luar biasa, yang pada akhirnya sukses menjadi legenda. Perjalanan mereka di kancah dunia tak bisa dianggap sebelah mata. Mulai dari kekuatan hingga talenta yang dilahirkan, banyak diantaranya yang ambil bagian di panggung termegah.

Jika menilik tentang salah satu perjalanan terbaik timnas Kamerun, maka Piala Dunia 1990 akan menjadi satu cerita yang layak dibuka kembali tiap lembarannya.

Piala Dunia 1990 saat itu diselenggarakan di Italia. Namun sayang, gelaran tersebut banyak dicap sebagai salah satu yang paling membosankan. Mengukur tentang keseruan dari tiap pertandingannya, Piala Dunia 1990 memang terlihat membosankan. Hanya ada sedikit gol yang tercipta.

Selain itu, Piala Dunia ini juga menjadi satu yang timbulkan sejumlah kontroversi, seperti misalnya ludahan Frank Rijkaard kepada Rudi Voller. Tercatat, ada banyak juga pelanggaran keras yang dilakukan hingga membuat sang pengadil lapangan sampai harus mengeluarkan sebanyak 16 kartu merah.

Serba serbi lainnya adalah tentang momen dramatis yang mengeluarkan bintang asal Inggris, Paul Gascoigne, sebagai pemeran utamanya. Pecinta sepak bola pasti masih ingat betul betapa menyedihkannya tangisan yang dikeluarkan sang legenda.

Lalu, satu yang tak boleh luput dari ingatan dan akan menjadi bahasan adalah perjalanan luar biasa yang ditunjukkan oleh timnas Kamerun.

Wakil dari Afrika datang dengan predikat sebagai Underdog langsung menggebrak di laga pembuka. Hal itu tentu tak lepas dari adanya peran pemain sekelas Roger Milla. Masuknya Roger Milla di turnamen Piala Dunia 1990 membela Kamerun adalah karena keinginan sang presiden, Paul Biya dan bukan karena kebutuhan tim. Roger Milla pada saat itu sudah berusia 38 tahun.

Di pertandingan pembuka, Kamerun langsung berhadapan dengan sang juara bertahan, Argentina. Semua pasti memprediksi kalau Argentina akan menang mudah dengan tim asal Afrika itu. Tergabung di grup B bersama dengan Rumania, Uni Soviet, dan tentunya timnas Argentina, Kamerun sama sekali tak meringis ketakutan.

Mereka justru datang sebagai penantang paling diingat dalam sejarah turnamen ini. Tepat pada 8 Juni 1990, Kamerun harus menghadapi Argentina di stadion San Siro Milan, dengan disaksikan oleh lebih dari 73 ribu pasang mata.

Dipimpin oleh wasit asal Prancis, Michel Vautrot, Kamerun tak mau dijadikan sebagai hiburan oleh tim asal Selatan Amerika. Kamerun mampu membendung serangan-serangan dari Argentina hingga babak pertama berakhir dengan skor tanpa gol. Kemudian di babak kedua, tim Afrika tersebut sempat ketar-ketir ketika gelandang Andre Kana-Biyik mendapatkan kartu merah secara langsung pada menit ke-61.

Namun siapa sangka jika Kamerun justru mampu memegang kendali pertandingan. Mereka yang tak mau terlihat pincang, mencoba merapatkan barisan. Meski pasukannya hilang satu orang, kemenangan harus tetap dikejar. Hasilnya, enam menit setelah mereka kehilangan satu pasukan, Francois Omam-Biyik sukses menjebol jala lawan.

Tandukan pemain yang kini berusia 54 tahun itu tak mampu diamankan oleh kiper Nery Pumpido.
Argentina tentu kian bernafsu untuk terus menggempur pertahanan Kamerun. Namun usaha mereka sia-sia, bahkan setelah tim lawan harus bermain dengan sembilan orang menyusul kartu merah yang diterima Benjamin Massing.

Skor 1-0 tetap bertahan untuk kemenangan Kamerun.

Hasil tersebut membuat Kamerun percaya diri dalam langkahkan kaki. Mereka percaya bahwa turnamen Piala Dunia tak selamanya dalam genggaman tim-tim kuat.

Pada 13 Juni 1990, Kamerun berhadapan dengan Rumania. Mereka mampu menang mudah dengan berhasil mencetak 2 gol tanpa balas. Saat itu, Marius Lacatus menjadi bintang dengan memborong semua gol yang diciptakan.

Di pertandingan terakhir, meski dibantai Uni Soviet dengan skor 0-4, Kamerun tetap lolos dengan raihan 4 poin dan bercokol di puncak klasemen.

Di babak gugur, perjalanan mereka belum juga terhentikan. Kolombia menjadi lawan selanjutnya. Bukan hal mudah taklukkan lawan yang tergolong kuat. Bahkan, mereka harus menjalani laga lebih dari 90 menit lamanya untuk bisa meraih kemenangan.

Di partai tersebut, nama Roger Milla benar-benar menggema.

Sepasang gol nya di babak perpanjangan waktu benar-benar menjadi sejarah. Berkat aksi briliannya, Kamerun sukses melibas perlawanan Kolombia dengan skor 2-1. Dua gol Milla di menit 106 dan 108 berhasil menjebol gawang Kolombia yang dijaga Rene Higuita. Kemenangan 2-1 atas Kolombia mengantarkan Kamerun mencapai perempat final Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah Saat itu aksinya semakin melegenda menyusul goyangan khas nya di sudut lapangan.

Tawa Kamerun semakin lebar, kebahagiaan mereka tak terhentikan, dan untuk segala perjalanan yang telah ditempuhnya, Kamerun, memang layak disebut sebagai tim kejutan yang berhasil ciptakan sejarah.

Pada akhirnya, perjalanan mereka harus terhenti lewat pertandingan yang juga tak kalah dramatis. Di babak perempat final, Inggris datang dengan segudang pengalaman. Namun sekali lagi, nyali Kamerun tak bisa diremehkan. Benar saja, di pertandingan tersebut, Inggris harus bersusah payah menyingkirkan Singa Afrika hingga ke babak perpanjangan waktu.

Melakoni laga melawan timnas Inggris di stadion San Paolo, sekitar lebih dari 55 ribu penonton menjadi saksi tentang betapa hebatnya perjuangan Kamerun untuk bisa kibarkan bendera.

Sempat tertinggal 0-1 di menit ke 25, Kamerun berhasil mencetak dua gol di menit ke 61 dan 65. Namun sayang, nafas mereka harus terhenti setelah Gary Lineker menjadi pahlawan tim tiga singa dengan gelontoran dua golnya, yang masing-masing dicetak pada menit ke 83 dan 105. Sebagai catatan, dua gol yang diciptakan legenda sepak bola itu semuanya lahir dari titik pinalti.

Meskipun terhenti di perempat final, banyak pihak yang menyanjung penampilan Kamerun. Keberhasilan mereka mencapai perempat final menjadikan Kamerun sebagai negara Afrika pertama yang mampu mencapai perempat final Piala Dunia.

Bintang mereka, Roger Milla, bahkan tetap bangga dengan capaian negaranya. Ia tak menyesal kala Inggris menghentikan langkahnya. Ia malah senang karena bisa membawa negara tercinta berbicara banyak di panggung sepak bola dunia.

KetikaPiala Dunia 1990 banyak dikatakan sebagai yang membosankan, Kamerun datang sebagai pembeda. Mereka layak dikenang sebagai bagian sejarah dengan armada yang benar-benar menggelegar.

Nama-nama seperti Roger Milla, Thomas N’Kono, dan Francois Omam-Biyik, menjadi segelintir kekuatan nyata yang dimiliki Kamerun.

Kiprah Kamerun di ajang Piala Dunia 1990 seolah menjadi penanda bahwa kekuatan sepak bola Afrika tidak bisa diremehkan. Beberapa tahun setelahnya, ada Nigeria yang berhasil ciptakan kejutan di ajang Olimpiade. Kontribusi luar biasa Senegal di gelaran Piala Dunia 2002, serta kejutan Ghana di ajang Piala Dunia 2010.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru