Tandukan Zinedine Zidane ke gawang Claudio Taffarel melengkapi kemenangan Prancis 3-0 atas Brazil di partai puncak Piala Dunia 1998. Zidane berhasil mengantarkan skuad Ayam Jantan berjaya di depan publik sendiri.
Namun, hingar bingar itu tak bertahan lama, tahun 2005 Zidane justru menyudahi karirnya bersama Les Blues. Dihantui kegagalan di Piala Dunia 2002 dan Euro 2004, Zidane bersama beberapa pemain penting lainnya mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola internasional pada Agustus 2004.
Timnas Prancis sebetulnya masih memiliki agenda penting yaitu Piala Dunia 2006, namun pensiun massal membuat pihak Les Blues kelabakan. Pelatih Prancis kala itu, Raymond Domenech pun akhirnya merayu Zidane untuk kembali berseragam timnas. Zidane yang luluh pun menerima tawaran pelatihnya itu.
Piala Dunia Jerman jadi pertaruhan bagi Zidane. Ia dihadapkan dengan dua pilihan antara tetap berdiam diri dan tenggelam dalam kegagalan, atau membersihkan namanya dan menjuarai Piala Dunia 2006.
Daftar Isi
Sukses di Piala Dunia 1998
Ajang Piala Dunia 1998 juga jadi panggung dari banyak pemain bintang yang menunjukan kebolehannya. Tak hanya Ronaldo Nazario dari Tim Samba, namun muncul juga seorang Zinedine Zidane yang bersinar bersama skuad Ayam Jantan.
Zidane, sebenarnya sudah menjadi andalan Timnas Prancis asuhan Aime Jacquet di Euro 1996. Tapi sinarnya mulai terlihat jelas di Piala Dunia 1998, Zidane saat itu kerap dibandingkan dengan legenda Prancis, Michel Platini. Maklum saja, keduanya sama-sama memainkan peran sebagai pemain nomor “10” di Timnas Prancis.
⚽️ ON THIS DAY… ⚽️
🔷 1998 FIFA World Cup Final
🔶 Zinedine Zidane scores twice! France wins their first World Cup against Brazil 3-0! #OnThisDay pic.twitter.com/mfvYAviYJ6— Nikara6 (@Nikara6Bets) July 12, 2022
Meski tak pernah mencetak gol hingga semifinal, bahkan sempat mendapat kartu merah di pertandingan fase grup, Zidane memainkan sepakbola yang membuat penonton tak henti-hentinya berdecak kagum. Gol Zidane justru hadir di laga final, ia mencetak dua dari tiga gol yang bersarang ke gawang Brazil.
Berkat penampilan luar biasanya itu, Zinedine Zidane dinobatkan sebagai pemain terbaik versi FIFA tahun 1998, serta mendapat penghargaan paling prestisius bagi seorang pesepakbola, yaitu Ballon d’or.
Zidane Memilih Untuk Pensiun Dari Timnas
Jika perjalanan karir Zinedine Zidane adalah sebuah film, seharusnya Piala Dunia 1998 adalah sebuah ending yang sempurna. Namun, dalam sepakbola, selalu ada keberlanjutan. Zidane harus menjalani sekuel kedua bersama Timnas Prancis. Mereka bahu membahu mengemban ekspektasi tinggi untuk mengulangi kesuksesan 98 di Piala Dunia 2002.
Sayangnya, skenario Tuhan tak berpihak pada Zidane. Upaya bintang Piala Dunia 1998 itu untuk mempertahankan status Timnas Prancis sebagai juara bertahan tak berjalan sesuai rencana. Zidane justru mengalami cedera paha jelang kick off Piala Dunia 2002, yang membuatnya absen di dua laga penyisihan grup.
Zidane datang terlambat. Ia baru bisa dimainkan di pertandingan ketiga kontra Denmark yang mana Prancis sudah dianggap tak mampu mengumpulkan poin yang cukup untuk meloloskan diri ke fase gugur. Parahnya lagi, Les Blues malah takluk 2-0 dari Christian Poulsen Cs.
Kegagalan ini membuat Zidane sangat terpukul. Kegagalan ini juga membangkitkan niatan untuk pensiun dari Timnas. Ditambah, dengan pensiunnya para pemain senior macam Laurent Blanc dan Didier Deschamp membuat semua beban dan nama baik yang sudah tercoreng pasca Piala Dunia 2002 harus ditanggung oleh Zidane.
Namun, ia bertahan hingga Euro 2004 yang sekali lagi berakhir dengan kekecewaan setelah skuad Ayam Jantan disingkirkan oleh tim kejutan Yunani di perempat final. Kegagalan beruntun ini memantapkan Zidane untuk menyudahi kisahnya bersama Les Blues.
Turun Gunung Demi Les Blues
Setahun berselang, Raymond Domenech yang tak percaya pada skuadnya kala itu, membujuk Zizou untuk kembali memimpin Les Bleus di Piala Dunia 2006. Raymond memberinya kesempatan untuk memimpin mereka meraih kemenangan terakhir di Piala Dunia sekaligus membersihkan namanya setelah dua kegagalan beruntun di Piala Dunia 2002 dan Euro 2004.
Zidane kembali dihadapkan oleh pilihan sulit. Zidane percaya bahwa akan lebih mudah untuk berhenti setelah mengalami kegagalan daripada berhenti setelah Prancis menjuarai Piala Dunia 2006. Zidane belum mengiyakan tawaran tersebut hingga Prancis melakoni laga kualifikasi Piala Dunia.
Tanpa Zidane, Prancis tampil semrawut. Di dua laga awal babak kualifikasi, Les Blues hanya mampu meraih hasil imbang melawan tim-tim tak diunggulkan macam Swiss dan Israel. Melihat kondisi tersebut, Zidane akhirnya meruntuhkan egonya dan kembali ke timnas. Ia langsung mencetak gol di laga debut keduanya dalam pertandingan persahabatan kontra Pantai Gading.
Dengan Zidane kembali memainkan peran sebagai gelandang serang sekaligus kapten tim, performa Timnas Prancis mulai terkerek. Zidane membantu Les Blues memenangkan tiga dari empat laga tersisa di babak kualifikasi dan memantapkan posisi Prancis di Piala Dunia 2006.
Zinedine Zidane vs Brazil, 2006. What a player he was! pic.twitter.com/RRs0F2dtLh
— 90s Football (@90sfootball) September 15, 2020
Bergabung dengan Swiss, Korea Selatan dan Togo di Grup G, Zidane tak mengalami kesulitan berarti dalam membantu timnya lolos dari penyisihan fase grup. Performanya kian menggila setelah Prancis memastikan lolos ke babak 16 besar.
Zidane memberikan permainan sepakbola yang indah untuk menentukan di setiap langkah Les Blues di turnamen empat tahunan itu. Zidane membawa pasukan Raymond Domenech mengalahkan tim-tim kuat macam Spanyol, Brazil, hingga Portugal untuk mengatur pertemuan dengan Italia di partai puncak.
Pengorbanan yang Sia-sia
Tidak ada yang mengira partai final kali ini akan menghadirkan Prancis dan Italia. Namun, dengan Italia yang baru terlibat dalam skandal pengaturan skor, Calciopoli dan sepakbola Prancis yang tengah mengalami krisis, laga ini jadi kesempatan sempurna bagi salah satu dari mereka untuk mendapatkan penebusan dan mengembalikan nama baik di mata dunia.
Di laga hidup dan matinya kali ini, Zizou berhasil membuka skor melalui tendangan dua belas pas setelah Florent Malouda dijatuhkan oleh Marco Materazzi di area kotak terlarang. Dengan tenang Zidane melakukan tendangan Panenka dan membawa Les Blues unggul cepat di menit ke-7.
Namun 12 menit berselang, Marco Materazzi berhasil menebus kesalahannya di menit awal. Bek jangkung itu berhasil menanduk bola yang dikirimkan oleh Andrea Pirlo melalui skema tendangan pojok. Skor sama kuat pun bertahan hingga peluit panjang dibunyikan, laga pun terpaksa berlanjut ke babak perpanjangan waktu.
Zinedine Zidane vs Brazil, 2006. What a player he was! pic.twitter.com/RRs0F2dtLh
— 90s Football (@90sfootball) September 15, 2020
Apa yang terjadi di babak tambahan sangat terkenal hingga sekarang. Performa luar biasa Zidane tercoreng dengan insiden yang melibatkan dirinya dengan Materazzi. Bek Timnas Italia itu memprovokasi Zidane dengan mengolok-olok keluarganya, sehingga kapten Timnas Prancis itu tersulut emosi dan melancarkan tandukan ke dada Materazzi.
Perseteruannya dengan Materazzi membuat Zidane tak bisa berbuat banyak di babak adu penalti lantaran sudah diganjar kartu merah oleh wasit. Keluarnya Zidane menjatuhkan mental Les Blues, dan alhasil Italia berhasil memenangkan adu penalti, dan Zidane kembali tenggelam dalam kegagalan.
Sumber: Planetfootball, Foottheball, 90min, The Guardian