Setelah kedatangan Luis Campos sebagai penasehat olahraga PSG, sudut pandang klub dalam mendatangkan pemain sedikit demi sedikit mulai berubah ke arah yang lebih baik. Mereka tak lagi mengeluarkan ratusan juta euro demi mengamankan satu nama pemain bintang saja.
Meski demikian, setelah Nasser Al-Khelaifi ditunjuk sebagai presiden PSG, uangnya tetap dikenal sebagai magnet bagi pemain-pemain yang mengharapkan gaji selangit. Sebut saja Zlatan Ibrahimovic, David Beckham, hingga mega bintang Lionel Messi, memilih PSG sebagai tempat mengadu nasib di salah satu jenjang karir mereka.
Namun, di antara sederet bintang-bintang tersebut, ada beberapa pemain yang gagal menunjukkan sinarnya selama berseragam PSG. Berikut adalah transfer terburuk PSG di era kepemimpinan Nasser Al-Khelaifi. Siapa saja mereka?
Daftar Isi
Georginio Wijnaldum
PSG berlagak jagoan, ketika berhasil mengalahkan Barcelona di menit-menit akhir dalam perlombaan untuk mendapatkan tanda tangan Georginio Wijnaldum, pada bursa transfer musim lalu. Namun, kini Barca tampaknya jadi pihak yang tertawa setelah melihat performa Gini yang nggak seberapa itu.
Dari awal, mendatangkan Wijnaldum saja sudah aneh. Pasalnya, PSG masih memiliki banyak opsi di lini tengah, seperti Marco Verratti, Leandro Paredes, Ander Herrera hingga, Idrissa Gueye. Stok gelandang tengah PSG jadi makin numpuk dengan adanya Wijnaldum.
Pemain berkebangsaan Belanda itu terbiasa dengan sepakbola Heavy Metal khas Jurgen Klopp. Dan akhirnya kewalahan dengan skema lebih pelan yang diusung Mauricio Pochettino. Bahkan menurut Football Transfer, dengan statistik ofensif dan defensif yang buruk, Wijnaldum dicap sebagai gelandang terburuk yang bermain di Ligue 1 musim lalu
Hatem Ben Arfa
PSG mendatangkan Hatem Ben Arfa dengan status bebas transfer pada tahun 2016, dengan harapan mereka masih bisa menghidupkan kembali karirnya, setelah hanya bermain untuk Hull City dan Nice dalam dua tahun terakhir.
Namun, keputusan PSG terbukti salah. Ben Arfa tak senang dengan perlakuan klub yang selalu mencadangkannya. Hal itu pula yang membuat hubungan antara PSG dan Ben Arfa kian memanas. Bahkan, Ben Arfa sempat mengancam akan membawa PSG ke jalur hukum setelah mereka mengeluarkannya dari skuad utama musim 2017/2018.
Musim 2017/2018 jadi musim yang hampa bagi Ben Arfa. Ia menjalani tahun tanpa sepakbola. Ia hanya melakukan latihan tambahan sendiri dan tak mencatatkan satupun penampilan bersama La Parisien, sebelum akhirnya bergabung dengan Stade de Rennais awal musim 2018/2019.
Julian Draxler
Pada awalnya, PSG berharap dapat menghidupkan kembali karir Julian Draxler yang sempat mengalami cedera, ketika mereka menghabiskan 36 juta euro atau setara Rp544 miliar untuk mengontrak Draxler dari Wolfsburg pada pertengahan musim 2016/2017.
Bersembunyi di balik kata “adaptasi”, musim pertama pemain berkebangsaan Jerman itu dirasa lumayan dengan mencetak 10 gol dalam 25 pertandingan bersama PSG. Namun di musim kedua, mimpi buruk menghampiri Draxler. Ia gagal mempertahankan tempat reguler di skuad utama dan lebih sering dijadikan penghangat bangku cadangan oleh pelatih PSG saat itu, Unai Emery.
Musim lalu saja, Draxler hanya memainkan 18 pertandingan di Ligue 1. Musim panas ini, PSG dikabarkan akan segera melego sang pemain ke klub lain. Namun, hingga pekan pertama Liga Prancis dimulai, belum ada tanda-tanda bahwa Draxler akan meninggalkan klub.
Yohan Cabaye
Sewaktu masih bermain di Liga Inggris, Yohan Cabaye dikenal sebagai gelandang terbaik yang pernah dimiliki The Magpies. Berbekal umpan-umpan akurat, kemampuan mencetak gol, dan piawai dalam mengeksekusi bola mati, membuat Cabaye dicap sebagai gelandang komplit.
Yohan Cabaye – Newcastle to PSG (2014) pic.twitter.com/SWn50igKUa
— Transfersthathappened (@actualtransfers) June 14, 2022
Namun, ketika ia memilih untuk bergabung dengan PSG pada tahun 2014. Cabaye tak mampu menerapkan gaya permainan yang ia tunjukan sewaktu di Inggris, ia kalah saing dengan Marco Verratti, Thiago Motta dan Blaise Matuidi. Dengan bandrol 25 juta euro atau setara Rp378 miliar, Cabaye hanya bertahan satu setengah musim saja di Paris.
Transfer ke PSG membuat karir Cabaye berantakan. Ia hanya mencatatkan 3 gol dan 4 assist selama berseragam PSG. Itu berbanding terbalik dengan kontribusinya di Newcastle. Bersama The Magpies, dengan jangka waktu yang hampir sama, Cabaye berhasil mengantongi 18 gol dan 14 assist sebagai pemain tengah.
Jese Rodriguez
Jese Rodriguez sebetulnya dipandang sebagai pemain sayap yang menjanjikan selama berseragam Real Madrid. Florentino Perez bahkan sempat menggambarkan Jese sebagai sebuah “permata” di sepakbola Spanyol. Namun, ia kesulitan untuk menembus persaingan lini depan Madrid yang saat itu masih berisikan Cristiano Ronaldo, Karim Benzema dan Gareth Bale.
Merasa sulit untuk masuk ke tim utama Real Madrid yang sangat kompetitif, tahun 2016 PSG datang dan membuat tawaran sebesar 25 juta euro atau setara dengan Rp378 miliar untuk apa yang Perez anggap sebagai bakat luar biasa itu.
Sayangnya, Jese versi PSG adalah pemain yang tak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Ia tidak pernah benar-benar menemukan sentuhan terbaiknya di klub Liga Prancis tersebut. Jese hanya membuat 18 penampilan untuk PSG, dan menghabiskan sisa waktunya sebagai pemain pinjaman ke Stoke City, Las Palmas, Real Betis dan Sporting CP.
Gianluigi Buffon
Dalam sepanjang karirnya, Gianluigi Buffon memang dikenal sebagai salah satu penjaga gawang jempolan di abad ke-21. Namun, ia menghabiskan musim 2018/2019 yang tak menyenangkan bersama klub Prancis, PSG.
Mendatangkan Buffon secara gratis dari Juventus membuat PSG berpikir bahwa mereka telah menjaga kedalaman skuad sekaligus memupuk ambisi menjuarai Liga Champions. Namun, ambisi itu nyatanya cuma omong kosong belaka. Tepisan yang tak sempurna memicu gol Romelu Lukaku dalam laga comeback dramatis MU di babak 16 besar Liga Champions 2018/2019.
Skema rotasi penjaga gawang yang diusung Thomas Tuchel tak berjalan baik pada Buffon, dan bahkan untuk Alphonse Areola. PSG hanya menyia-nyiakan 5 juta euro (75 miliar) untuk menggaji Buffon, dan mereka akan jadi fase yang terlupakan dalam rangkaian karir seorang Gianluigi Buffon yang luar biasa.
Sergio Ramos
Sergio Ramos jadi nama lain yang didatangkan PSG secara gratis. Mungkin bisa dibilang, musim 2022/2023 bakal jadi musim penuh pertama bagi pemain berusia 36 tahun tersebut. Pasalnya, musim lalu adalah musim “makan gaji buta” bagi Sergio Ramos.
Pada bursa transfer musim 2021/2022, Ramos yang didatangkan untuk memberikan suntikan mental juara Liga Champions kepada seluruh anggota tim, justru mengalami cedera parah yang membuatnya absen hampir di sepanjang musim.
Sergio Ramos to PSG TV:
“Galtier? I think he is a coach with a very high tactical level. He won the league with Lille so he is experienced & we must take advantage of that. We still have a little problem with the language but when he speaks slowly I understand him perfectly.” pic.twitter.com/uvQNytrEC2
— PSG Report (@PSG_Report) August 5, 2022
Masalah cedera membuat Ramos hanya memainkan 12 laga di Ligue 1. Itupun tak semuanya ia mainkan sepanjang 90 menit. Ramos hanya mengumpulkan sekitar 700 menit bermain dalam satu musim. Tentu saja kontribusi itu tak sebanding dengan 12 juta euro (Rp182 miliar) yang dikeluarkan PSG untuk menggaji Sergio Ramos.
https://youtu.be/1oPCTq4_3lo
Sumber Referensi: Football Transfer, Sportskeeda, PSGTalk, 90min