Di bulan Januari tahun 2011, Liverpool berada di peringkat ketujuh. Meskipun itu bukan posisi yang bagus, Liverpool masih berada dalam suasana hati yang positif. Tidak hanya mereka punya pemilik baru. Tapi juga The Kop baru saja mengangkat legenda klub, Kenny Dalglish sebagai manajer. Para penggemar percaya Dalglish bisa membawa Liverpool ke titik cerah setelah paruh musim yang suram bersama Roy Hodgson.
Sementara itu petahana juara Premier League, Chelsea duduk di peringkat keempat. Mereka terpaut 10 poin dari Manchester United yang duduk di peringkat pertama. Ini tentu membuat Roman Abramovich gusar, ia harus mencari cara agar the Pensioners bisa bersaing lagi.
Daftar Isi
Datangnya Duo Bomber Masa Depan
Dari situlah, rentetan transfer yang menghebohkan terjadi di deadline day bursa transfer Januari 2011. Diawali dengan Fernando Torres pindah dari Liverpool ke Chelsea. Pemain asal Spanyol itu mengakhiri kesuksesannya di Merseyside untuk beralih ke Stamford Bridge dengan mahar 50 juta pounds. Sekaligus memecahkan rekor transfer termahal di Inggris saat itu.
Di tahun 2011, uang 50 juta pounds adalah uang yang banyak. Bisa untuk membeli banyak pemain muda berkelas saat itu. Lalu bagaimana Liverpool menggunakan uang hasil penjualan Torres itu? Ya tentu saja mencari pengganti Torres. Malahan, mereka langsung menghabiskan uang tersebut dengan membeli dua striker sekaligus. Mereka adalah Luis Suarez dan Andy Carroll. Bagaimana the reds bisa mendapatkan dua orang itu?
ON THIS TRANSFER DAY: In 2011, Liverpool signed Luis Suárez for £22.7m & Andy Carroll for £35m.
— Squawka (@Squawka) January 31, 2017
One worked out better than the other… 🤔 pic.twitter.com/M6mBS5QHtJ
Liverpool sebenarnya sudah mengantisipasi kepergian Torres sebelumnya. Jadi sebelum Torres mengajukan permintaan transfer, Liverpool sudah punya opsi pengganti. Orang itu adalah Luis Suarez dari Ajax Amsterdam. Sang Bomber asal Uruguay itu pun dibeli dengan harga 22,8 juta pounds.
Tapi meski sudah dapat Suarez, klub Merseyside masih ragu. Sebab Suarez dinilai tidak memiliki pengalaman di Premier League. Memang, Suarez punya kemampuan mencetak gol yang tak bisa diragukan. Tapi mungkin the Reds ingin belajar dari pengalaman Dirk Kuyt, yang juga datang dari liga Belanda.
Kuyt dibeli setelah mencetak rata-rata 20 gol per musim bersama Feyenoord dan jadi pencetak gol terbanyak Eredivisie. Tapi ketika bergabung bersama Liverpool, kemampuannya menurun. Meski masih jadi andalan, tapi karena perbedaan gaya permainan Kuyt hanya mampu mencetak rata-rata 10 gol per musimnya di Inggris.
Kenny Dalglish pun tidak mau ambil resiko dengan hanya mengandalkan Suarez sebagai pengganti Torres. Ia Ingin pemain yang sudah tahu seluk beluk sepak bola Premier League. Dengan begitu, diboyong pula Andy Carroll dari Newcastle dengan harga 35 juta pounds.
Dua Latar Belakang Berbeda
Andy Carroll memanglah pemain yang jadi perhatian saat itu. Bersama the magpies, ia digadang-gadang sebagai the next Alan Shearer. Itu karena dirinya membawa the magpies promosi ke liga Premier di musim 2009/10. Dan sampai paruh musim 2010/11, ia telah mencetak 11 gol dan 8 assist hanya dari 19 pertandingan.
Carrol adalah tipe penyerang yang mengandalkan postur tubuhnya. Dengan postur yang tinggi menjulang, ia adalah salah satu penyundul terbaik di Inggris. Dengan tingginya itulah, ia juga selalu merepotkan barisan pertahanan lawan. Terutama ketika tendangan bebas atau corner kick.
Berbeda dengan Suarez. Ia bukan striker yang mengandalkan postur tubuh. Sebagaimana pemain dari Amerika Latin lainnya, Suarez punya kelebihan dari segi kecepatan dan skill olah bolanya. Dengan kemampuannya itu, ia adalah penyerang paling mematikan di Eredivisie.
It’s Luis Suarez’s birthday today. So here he is up to all sorts during his early days at Ajax.
— A Funny Old Game (@sid_lambert) January 24, 2023
Heavens above. Some despicable finishing in here.
Sanitise hands after viewing.
pic.twitter.com/SzUZ2lBkb7
Contohnya di musim 2009/10, Suarez mencetak 49 gol dan 24 assist hanya dari 48 laga. Sekaligus mengantarkan Ajax juara Piala KNVB Cup di musim itu. Kemampuan mencetak golnya juga sudah terbukti di Piala Dunia 2010. Bersama Uruguay, dirinya mencetak tiga gol hanya selisih dua gol lebih sedikit dari Diego Forlan.
Andy Carroll
Meski skillnya tak terbantahkan, Suarez dibeli dengan harga yang lebih murah dibandingkan Carroll. Liverpool hanya membayar mahar sebesar 22,8 juta pounds ke Ajax. Ditambah dengan transfer Carroll yang mencapai 35 juta pounds, Liverpool sudah menghabiskan sekitar 57,8 juta pounds. Artinya sudah melebihi dana yang didapat dari penjualan Fernando Torres.
Lalu bagaimana performa kedua bomber baru Liverpool ini? Carroll memang dibanderol lebih mahal daripada Luis Suarez, tapi performa di lapangan menunjukan hal yang sebaliknya. Tidaklah berlebihan kalau mengatakan, karir Andy Carroll di Liverpool adalah suatu bencana. Tapi pertanyaan utamanya adalah mengapa?
Ternyata Carroll datang ke Anfield bersama dengan cedera yang ia derita sebelumnya. Dibeli pada bulan Januari, ia harus menunggu sampai bulan Maret untuk merumput. Gol pertamanya datang pada bulan April, ketika menang lawan Manchester City 3-0. Total, ia hanya memainkan sembilan pertandingan dan mencetak dua gol di musim 2010/11 itu.
🗣 Andy Carroll on his £35m move to Liverpool: "I was injured at the time, and all I'm thinking is, ‘Please, just fail the medical’.
— GOAL (@goal) December 21, 2019
“The minute I got on that helicopter I wanted to come back. I knew it had to happen."
🖤🤍 pic.twitter.com/rLi93errzl
Di musim setelahnya, Carroll masih diberikan kesempatan untuk tampil setelah cederanya pulih. Dan ternyata eh ternyata, masalah Carroll tidak hanya soal cedera. Ternyata Carroll memang tidak bisa mengikuti gaya permainan yang diinginkan Kenny Dalglish. Atau mungkin Dalglish yang tidak bisa memanfaatkan potensi Carroll.
Sebagai seorang target man, Andy Carroll juga tidak punya pelayan di Liverpool. Ketika Dalglish akhirnya mendatangkan Stewart Downing di musim panas 2011, awalnya fans mengira kalau winger Inggris itu akan jadi penyedia assist untuk Carroll. Tapi bukan itu yang terjadi. Downing malah sering jadi pengganti Carrol, dan begitu juga sebaliknya. Mereka malah jarang bermain bersama.
Di musim penuh pertamanya, Carroll menjalani 47 pertandingan. Tapi dirinya hanya mencetak sembilan gol dan enam assist. Dari sinilah status pembelian flop sudah melekat erat di jidat Carroll. Ditambah, nasibnya semakin tidak pasti setelah Dalglish hengkang dari Liverpool di tahun 2012
Luis Suarez
Itulah nasib Carroll di Anfield. Lalu bagaimana dengan Suarez? Mungkin sudah jelas kalau nasib mereka jauh berbeda. Tapi perbedaan nasib itu sudah terlihat bahkan sejak hari pertama. Suarez menjalani debut pada tanggal 2 Februari 2011, di laga melawan Stoke City. Ia adalah pemain cadangan waktu itu.
Suarez masuk di menit ke-63 menggantikan Fabio Aurello. Tidak lama kemudian, tepatnya di menit ke-79 ia langsung mencetak gol pertamanya. “Debut Impian Luis Suarez” jadi headline media Inggris keesokan harinya. Suarez langsung jadi sensasi di Inggris. Fans the reds yang patah hati ditinggal Torres pun sudah menemukan pahlawan baru mereka.
Sampai akhir musim 2010/11, Suarez telah mencetak empat gol dan lima assist dari 13 penampilan. Di akhir musim itu, Liverpool memang hanya duduk di peringkat keenam. Tapi setidaknya Luis Suarez bisa mengobati rasa sakit hati para penggemar the reds setelah ditinggal Torres. Apalagi Torres yang ternyata malah ampas di Chelsea.
Musim 2011/12, atau musim penuh pertamanya di Anfield memiliki banyak corak untuk Suarez. Ia terus menjadi pencetak gol utama bagi the reds. Tapi ia juga diselimuti kontroversi. Itu adalah kasus rasisme yang melibatkannya dan Patrice Evra. Kontroversi itu membuat Suarez dilarang tampil di delapan pertandingan. Terlepas dari kontroversinya, Suarez mulai memantapkan namanya sebagai penyerang mematikan di Inggris.
However, Suarez was once again in trouble after he returned to Liverpool for the 2011-12 season.
— B/R Football (@brfootball) November 10, 2022
In a match against Manchester United, Patrice Evra accused Suárez of racial abuse. An investigation by the FA found him guilty. He was fined £40,000 and served an eight-match ban pic.twitter.com/kC8jip4Y9h
Suarez sangat cocok dengan permainan bola-bola pendek yang ingin dimaksimalkan Kenny Dalglish. Suarez juga mampu membuat dirinya ada di segala lini serang the reds. Ia bisa memusatkan energinya untuk berkelana di sepertiga lapangan depan. Menjadikannya ancaman konstan untuk para bek lawan.
Di akhir musim 2011/12 Dalglish membawa Liverpool menjuarai Piala Liga, trofi pertama mereka selama enam tahun. Ia juga membawa the kop ke final Piala FA, namun kalah melawan Chelsea. Tapi itu jadi musim terakhir Dalglish di Anfield. Setelah menempatkan Liverpool di peringkat kedelapan Premier League, ia pun dipecat.
Dua Nasib Berbeda
Menuju musim 2012/13, Liverpool mendatangkan Brendan Rodgers setelah karir gemilangnya di Swansea. Di klub lamanya itu, Ia punya ciri khas memainkan sepak bola yang cair mirip tiki taka. Dan ketika datang ke Anfield, ia pun menerapkan blueprint nya di Liverpool. Gaya bermain Suarez yang tidak terpaku pada satu titik itu kebetulan sangat cocok dengan Rodgers.
Berbeda nasib dengan Suarez, Rodgers sama sekali tidak melihat prospek jangka panjang dalam diri Andy Carroll. Hanya sepuluh hari setelah Rodgers datang di Anfield, Pelatih asal Irlandia Utara itu pun mengizinkan Carroll untuk pergi dengan status pinjaman.
Dari sini muncul pertanyaan, jika Carroll diberikan kesempatan lebih oleh Rodgers apakah ia akan berkembang? Jawabannya tidak. Gaya permainan Carroll sangat tidak cocok dengan tim yang Rodgers bentuk. Justru lebih baik untuk kedua belah pihak jika Carroll cepat-cepat pergi dari Anfield. Carroll akhirnya dipinjamkan ke West Ham selama semusim.
Liverpool signed Andy Carroll on this day in 2011 for a then record transfer for The Reds
— The Anfield Wrap (@TheAnfieldWrap) January 31, 2022
Didn't work out as hoped but he scored some big goals including this against the blues at Wembley…pic.twitter.com/fg9WtnPr6s
Hilangnya Carroll membuat Rodgers membeli striker baru, Fabio Borini dari AS Roma. Dengan begitu, Suarez jadi satu-satunya striker senior di skuad. Peran Suarez pun kini berbalik total.
Dulunya ia adalah striker yang belum bisa dipercaya untuk tampil di Liga Inggris. Kini ia malah jadi contoh dan pembimbing bagi Borini yang masih berusia 21 tahun kala itu. Jadi satu-satunya striker senior di klub juga berarti tanggung jawab Suarez menjadi semakin besar. Fans menuntut Suarez untuk bisa konsisten di setiap pertandingan.
Di akhir musim 2012/13 Suarez berhasil mencetak 30 gol dan 13 assist dari 44 pertandingan di semua kompetisi. Termasuk 23 gol dan 11 assist dari 33 penampilan di Liga. Sayangnya Liverpool masih kering trofi di musim itu. Mereka juga hanya finis di peringkat ketujuh, membuatnya kehilangan spot Eropa.
Carroll sendiri mengalami masa peminjaman yang tidak membanggakan di West Ham. Ia masih kesusahan untuk mencetak gol. Dari 24 pertandingan, ia hanya mencetak tujuh gol dan empat assist.
Dua Warisan Berbeda
Ketika masa peminjaman Carroll di West Ham habis di tahun 2013, ia sebenarnya tidak ingin hengkang dari Anfield. Carroll terinspirasi dari kisah Jordan Henderson dan Downing yang bisa bangkit lagi setelah beberapa musim yang buruk. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekedar kesalahan yang harus dibayar mahal.
Namun, sikap Brendan Rodgers masih tidak berubah. Ia dengan tegas mengatakan kepada sang pemain kalau tidak ada tempat untuknya dalam skuad Liverpool. Melihat masa depan yang sudah sirna di Anfield, ia pun ikhlas dipermanenkan oleh West Ham dengan biaya sebesar 15 juta pounds saja.
Karir Carroll semakin memburuk setelah itu. Setelah enam musim bisa bertahan di West Ham, Carroll sempat kembali ke Newcastle di musim 2019/20. Kembali ke klub lamanya tidak membuat performanya ikut kembali ke masa jaya.
Pada akhirnya Andy Carroll hanya meninggalkan warisan sebagai pembelian paling flop dalam sejarah Liverpool. Juga banyak yang menganggap kalau ia adalah salah satu pembelian paling flop yang dilakukan klub big six Inggris.
Di sisi lain, ketajaman Luis Suarez di Liverpool tidak berkurang sama sekali di musim 2013/14. Malahan tambah kuat. Bersama dengan Daniel Sturridge, Suarez membentuk duo paling mematikan di Inggris saat itu. Belum lagi ditambah Coutinho yang menyuplai kreatifitas serangan di belakang mereka.
Sayangnya di akhir musim 2013/14 the reds duduk di peringkat kedua, hanya berjarak dua poin dari Manchester City yang jadi pemenang. Sebagian penggemar menyalahkan insiden terpelesetnya Gerrard saat melawan Chelsea. Padahal sebenarnya Liverpool memang hanya kurang beruntung saja.
Itu juga jadi musim terakhir Suarez. Ia pindah ke Barcelona dengan mahar sebesar 65 juta poundsterling. Menjadikannya sebagai salah satu pemain termahal saat itu. Jika di Liverpool Suarez punya duo S.A.S, kepanjangan dari Suarez And Sturridge, di Camp Nou ia membentuk trio MSN, yang merupakan trio penyerang terbaik yang pernah ada. Ia pun mengukir karir yang luar biasa dengan memenangkan segalanya.
Sumber referensi: B/R, B/R2, B/R3, Sky, TalkSports, FT, Goal, Liverpool, PA, Guardian