Manchester United sedang jadi topik utama media-media Inggris. Bukan karena posisi klasemennya yang tak kunjung naik, tapi tentang kebijakan sang pemilik, Sir Jim Ratcliffe. Pengusaha asal Inggris itu kabarnya akan kembali melakukan PHK besar-besaran demi memangkas biaya tenaga kerja.
Goal melaporkan bahwa kali ini akan ada lebih dari 100 staf lagi yang terancam bakal rumahkan oleh CEO INEOS tersebut dari Old Trafford. Hmmm kayak pernah denger ya kebijakan kayak gini? Anyway, jika ini beneran terjadi, maka ini jadi keputusan gila berikutnya dari Sir Jim Ratcliffe.
Setidaknya, dalam satu tahun kepemimpinannya, pria yang sudah berusia 72 tahun itu sudah merilis keputusan-keputusan brutal dan di luar prediksi BMKG. Penasaran apa saja keputusan gila itu? Mari kita bahas bersama.
Daftar Isi
Memecat Sir Alex Ferguson
Keputusan pertama dan mungkin jadi salah satu keputusan yang paling ngeselin adalah menyudahi kontrak Sir Alex Ferguson sebagai duta global. Padahal, sejauh ini pria asal Skotlandia itu adalah sosok panutan sekaligus sosok paling berjasa di balik era kejayaan Manchester United.
Sir Alex sendiri sudah mengemban jabatan tersebut sejak tahun 2013, atau setelah dirinya memutuskan pensiun sebagai pelatih Manchester United. Memandang Sir Alex sebagai sosok sentral dalam keberhasilan United, beberapa pihak menyebut tindakan Ratcliffe untuk memecatnya adalah sebuah langkah berani.
Namun, pemecatan Fergie dari posisi duta klub merupakan upaya untuk memangkas pengeluaran klub. Menurut laporan Manchester Evening News, Ferguson menerima gaji yang cukup besar, yakni mencapai 2,16 juta pounds per tahun. Selain alasan finansial, Ratcliffe juga mempertimbangkan bahwa tanggung jawab sebagai duta klub memerlukan waktu dan energi yang cukup besar. Itu kurang pas dengan Fergie yang sudah sepuh.
Tidak ada permasalahan apa pun dalam keputusan ini. Pemecatan disampaikan dalam keadaan damai. Fergie pun menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Meskipun tidak lagi menjabat, Manchester United menyatakan bahwa mereka tetap menghargai kehadiran Ferguson di Old Trafford.
Harga Tiket
Keputusan Sir Jim Ratcliffe untuk menaikan harga tiket pertandingan juga tak kalah ngeselin. Kenaikan harga tiket mulai diinformasikan oleh pihak klub sejak Desember 2024. Ratcliffe bersama INEOS melihat ada potensi kerugian di masa depan karena dalam tiga tahun terakhir, United rugi lebih dari 300 juta pound. Itu berpotensi melanggar PSR Premier League. Menaikan harga tiket jadi upaya untuk menghindari kerugian tersebut.
Kenaikan harga itu menyasar harga minimum tiket. Awalnya, tiket nonton paling murah berada di angka 25 euro, sekarang naik menjadi 66 euro. Lonjakan harga ini dibarengi dengan ditariknya diskon untuk anak-anak dan pensiunan. Alhasil, keputusan ini mendapat respons negatif dari berbagai pihak, terutama perkumpulan fans, Manchester United Supporter’s Trust (MUST).
Mereka bahkan sudah mengirimkan surat yang berisi permintaan agar INEOS mau mempertimbangkan lagi kebijakan ini. Selain fans, Paul Scholes pun mengkritik kebijakan ini. Scholes mempertanyakan logika Sir Jim yang justru menaikan harga tiket di tengah performa buruk. “Bagaimana mungkin mereka meminta suporter membayar lebih dengan apa yang kami lihat di lapangan?” katanya.
Memecat Erik Ten Hag
Selanjutnya adalah keputusan Sir Jim Ratcliffe yang memecat Erik Ten Hag. Mungkin ini yang membuat hati seluruh fans senang. Tapi, memecatnya di tengah musim dirasa tergesa-gesa dan kurang smooth. Setidaknya, biarkan ia mengakhiri kontraknya hingga akhir musim.
Sebab, jika memecatnya di tengah musim, United justru diminta mengeluarkan biaya kompensasi. Jelas, itu tidak sejalan dengan niat Sir Jim yang ingin memangkas pengeluaran klub. Dikutip dari Sportsmole. Man United harus merogoh sekitar 17 juta poundsterling atau Rp348 miliar untuk memutus kontrak pelatih yang memenangkan dua gelar di Inggris itu.
Yang lebih brutal, Sir Jim benar-benar memecat seluruh staf dan asisten pelatih yang dulu dipilih oleh Ten Hag. Bahkan, Ruud Van Nistelrooy, yang notabene legenda dan sempat menjadi karateker pun tetap saja didepak. Pengusaha asal Inggris itu tidak ingin ada aroma Ten Hag di kursi kepelatihan.
Melepas Dan Ashworth
Membiarkan Dan Ashworth hengkang dari klub setelah hanya lima bulan kerja juga jadi pertanyaan besar di kalangan fans. Kabarnya, Ashworth keluar dari proyek dalam kondisi yang tidak baik. Keputusannya untuk hengkang kabarnya menandai babak baru setelah proses panjang yang melibatkan pertikaian publik antara Dan Ashworth dan INEOS.
Lantas, sebenarnya apa yang terjadi? Pada bulan pertama kepemimpinannya, Ashworth terlibat dalam perselisihan dengan beberapa pihak terkait kebijakan transfer dan pengambilan keputusan strategis. Salah satu hal yang paling mencolok adalah kegagalan transfer yang terjadi pada musim panas lalu.
Dari 180 juta pound yang sudah digelontorkan, hanya Noussair Mazraoui yang tampil memuaskan. Selain itu, Ashworth juga tidak dilibatkan dalam pengangkatan Ruben Amorim sebagai calon pelatih baru klub. Bahkan Ashworth juga tidak setuju dengan penggunaan formasi tiga bek yang ditetapkan oleh Amorim, yang menurutnya tidak sesuai dengan filosofi klub.
Ashworth pun merasa keberadaannya tidak dihargai oleh klub. Di sisi lain, Ratcliffe justru merasa kalau kinerja Ashworth yang di bawah harapan. Maka dari itu, ia memecatnya sebelum masalah yang lebih besar terjadi.
PHK Karyawan
Ide pengurangan karyawan bukan kali pertama terjadi di kantor Manchester United. Pada Juli tahun lalu, Sir Jim Ratcliffe sudah lebih dulu memecat sekitar 250 karyawan dengan tujuan agar situasi ekonomi klub lebih stabil. Saat itu, United memiliki sekitar 1000 karyawan dan dipangkas menjadi 750 orang sebelum musim 2024/25 dimulai.
Sir Jim Ratcliffe ingin mengelola keuangan klub dengan bijak. Pemecatan staf dinilai jadi salah satu cara untuk lebih berhemat. Para staf yang kena pecat tersebut diyakini tidak punya kontribusi nyata. Kabarnya, staf yang dipecat tidak hanya yang bekerja di Kota Manchester, tapi juga yang bekerja di berbagai negara lain.
Mengurangi Hak Karyawan
Bukan cuma dipecat, hak-hak karyawan juga dikurangi oleh Sir Jim Ratcliffe. Salah satunya, Manchester United yang tidak lagi memberlakukan sistem work from home untuk para karyawannya. Dilansir The Athletic, sistem ini pun menimbulkan respons yang beragam dari para karyawannya.
Ada yang senang dengan sistem ini, ada juga yang kurang setuju karena perlu membuat perubahan dalam keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan mereka. Sebelumnya, budaya bekerja dari rumah memang sudah diterapkan oleh Manchester United sejak pandemi. Kebijakan tersebut diterapkan di semua organisasi Manchester United, baik yang di London, Inggris, maupun di negara-negara lain.
Tak cuma itu, Sir Jim juga menghilangkan tunjangan Hari Natal. Biasanya, menjelang Nata manajemen United memberikan bonus sebesar 100 Pounds (Rp2 juta) untuk seluruh staf dan karyawan. Namun untuk kado Natal tahun 2024 diganti dengan voucher senilai Rp800 ribu yang bisa dibelanjakan di Mark & Spencer (M&S).
Hentikan Donasi Untuk Mantan Pemain
Mantan pemain juga jadi korban kebengisan Sir Jim Ratcliffe saat meluncurkan kebijakan-kebijakan yang kontroversial. Hal ini diketahui setelah pemilik 27,7% saham Manchester United itu memangkas aliran dana yang biasanya diperuntukan kepada Asosiasi Mantan Pemain Manchester United (AFMUP).
AFMUP sendiri merupakan organisasi yang mengelola dana dari Manchester United yang nantinya akan digunakan untuk membantu mantan pemain yang sedang membutuhkan pertolongan. Selama ini, klub biasanya menyumbang 40 ribu pound per tahun untuk asosiasi tersebut. Nantinya digunakan untuk mengadakan empat acara tahunan bagi 300 anggota.
Mereka pun kecewa dengan keputusan Ratcliffe yang menghentikan donasi ini. Para legenda, fans, dan seluruh karyawan sebetulnya paham dengan situasi klub yang sedang ingin berhemat. Tapi, seharusnya Ratcliffe bisa lebih bijaksana dalam memilah mana yang penting dan mana yang tidak. Jangan asal pangkas gitu aja, udah kayak negara yang onoh aja nih si MU.