Kabar pemutusan kontrak pemain adalah sebuah hal yang biasa dalam sepakbola. Tapi, jika yang diputus kontrak adalah pemain sekaliber Evan Dimas, itu baru jadi suatu hal yang aneh. Karena kita tahu, bagaimana kualitas sang pemain di era keemasannya. Kemampuannya bahkan disandingkan dengan legenda Barcelona, Xavi Hernandez.
Namun, setelah menonton konten Starting Eleven Story sebelumnya, kita jadi paham bagaimana transformasi Evan yang awalnya rising star, kini jadi wasted talent. Hmmm, tapi kalau dipikir-pikir, pemain yang senasib dengan Evan tuh banyak. Apalagi di Indonesia. Mau bukti? Berikut adalah eks bintang Timnas Indonesia yang karirnya malah redup di usia matang.
Daftar Isi
Kurnia Meiga
Kita akan mulai dari pemain bertahan dulu. Kurnia Meiga dianggap layak berstatus wasted talent. Bagaimana tidak? Di puncak karirnya bersama Arema FC dan Timnas Indonesia, Meiga justru menghilang pada tahun 2017. Di situs Transfermarkt, dirinya absen dengan alasan operasi mata.
Sempat ada spekulasi-spekulasi liar kalau dirinya mendapat guna-guna atau semacamnya. Namun, secara medis eks kiper Timnas Indonesia itu menderita papilledema pada mata kanannya. Penyakit ini menyebabkan penglihatan Meiga hanya berfungsi 5%. Jelas ini jadi kabar yang mengejutkan, karena Meiga saat itu masih berada di top perform.
Sebelum menepi dari sepakbola, Meiga yang sudah tampil di 19 pertandingan Liga 1 2016/17, mampu mengemas 10 clean sheet. Sejak absen, Meiga telah menjalani berbagai jenis pengobatan, tapi semua upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Yang bikin miris, ada kabar yang mengatakan bahwa penyakit Meiga ini berasal dari kebiasaan buruk sang pemain. Meiga mengalami gangguan penglihatan karena kecanduan minuman beralkohol. Ia memiliki kebiasaan minum alkohol sejak berusia 18 tahun. Bayangkan, jika Meiga tidak kecanduan minuman keras, mungkin kita tak akan pernah membutuhkan Maarten Paes.
Zulfiandi
Bergeser ke posisi gelandang, ada nama Zulfiandi. Masih ingat dengan nama gelandang Indonesia yang satu ini? Jika sudah lupa, mimin akan sedikit menceritakan profilnya. Zulfiandi adalah gelandang bertahan di generasi emas Garuda Nusantara yang meraih gelar Piala AFF U-19 2013. Ya, ia adalah tandem Evan Dimas di lini tengah skuad asuhan Indra Sjafri kala itu.
Jika Evan adalah gelandang yang lebih mobile dan menyerang, maka Zulfiandi adalah gelandang yang lebih kalem, taktis, dan piawai mengatur tempo. Kalau di era sekarang, gaya mainnya sih mirip-mirip sama Sergio Busquets atau Rodri-nya Manchester City. Gelandang bertahan, tapi juga stylish dalam bermain.
Dari pemain-pemain yang masuk dalam daftar ini, Zulfiandi jadi yang paling termaafkan. Sebab, potensinya harus berhenti berkembang dengan alasan keluarga. Pada tahun 2023, saat usianya 28 tahun, Zul memutuskan untuk rehat dari sepakbola dengan alasan merawat ibunya yang sedang sakit. Sebagai anak, ia ingin memberikan bakti terbaik kepada sang ibu.
Maldini Pali
Selanjutnya Maldini Pali. Meski namanya sama dengan Paolo Maldini, Maldini yang ini nggak ada hubungan apa pun dengan legenda sepakbola Italia itu. Karena Pali merupakan putra asli Mamuju. Sama halnya dengan Zulfiandi, Maldini adalah alumni generasi emas Timnas Indonesia U-19.
Maldini kini berusia 29 tahun. Namun, jauh sebelum itu, dirinya pernah menjadi salah satu nama yang banyak diperbincangkan sebagai calon bintang masa depan Timnas Indonesia. Dengan teknik gocekan dan kecepatan di atas rata-rata, Maldini dicap bakal jadi pemegang tongkat estafet sayap lincah Timnas Indonesia setelah Andik Vermansyah.
Sayang, setelah juara Piala AFF U-19 tahun 2013 dan membawa Garuda Muda lolos Piala Asia U-19, karirnya justru merosot tajam. Penurunan karir Maldini ditandai dengan bergabungnya ke Sriwijaya FC tahun 2017. Di sana konsentrasi Maldini mulai terpecah. Prioritasnya bukan sepakbola lagi, melainkan sebagai aparat penegak hukum, yakni polisi.
Maka dari itu, pindah-pindah klub pun bukan masalah bagi Maldini. Kini ia jadi pemain Persewangi Banyuwangi setelah nganggur selama dua tahun.
Zulham Zamrun
Zulham adalah seorang penyerang sayap yang sangat ofensif. Ia punya insting mencetak gol yang tinggi. Kecepatan dan kemampuan olah bolanya pun sering merepotkan pertahanan lawan. Dirinya bahkan dijuluki Cristiano Ronaldo-nya Indonesia. Tak heran jika dirinya sempat jadi andalan Timnas Indonesia dengan catatan 31 caps.
Di level klub, Zulham juga bergelimang prestasi. Dirinya mengantongi satu gelar Liga Indonesia 2014/15 bersama Persib Bandung dan satu gelar Piala Indonesia tahun 2018/19 bersama PSM Makassar. Tak cuma juara, dengan 10 gol, ia juga jadi top skor di Piala Indonesia edisi tersebut.
Sayangnya, Zulham memiliki attitude yang buruk. Kontroversi selalu menyertai karir Zulham dimanapun berada. Entah itu di dalam maupun luar lapangan, kelakuannya ada saja. Mengejek pemain lawan lah, bermain kasar lah, dan masih banyak lagi. Kini, ia hilang dari radar dan hanya memperkuat klub Liga 2 Persijap Jepara.
Okto Maniani
Sayap berkaki kanan kan sudah, kini kita akan membahas pemain sayap berkaki kiri, Oktovianus Maniani. Pemain lincah kelahiran Raja Ampat ini pernah menjadi salah satu pemain muda paling menjanjikan di Indonesia. Dengan kecepatan dan kreativitasnya, ia menjadi sorotan saat membela Timnas di berbagai ajang. Panggung terbesarnya kala itu adalah Piala AFF 2010.
Sayangnya, inkonsistensi dan isu kedisiplinan membuat kariernya di Timnas berhenti lebih cepat dari yang diharapkan. Okto tak bisa lepas dari budaya timur yang doyan minum-minuman keras dan kehidupan yang tidak sehat. Dirinya kelebihan berat badan karena tidak disiplin menjaga kebugaran.
Selain itu, isu-isu seperti mangkir latihan, ngilang nggak ada kabar, juga jadi suatu hal yang akrab dengan pemain yang akrab disapa Okto tersebut. Pasca Piala AFF 2010 yang luar biasa baginya, karirnya merosot tajam. Namanya yang melambung tinggi membuatnya lupa diri dan akhirnya pensiun di tahun 2023. Setelah pensiun, dirinya sempat nyaleg pada tahun 2024 kemarin. Tapi gagal.
Syamsir Alam
Masuk ke sektor penyerangan ada sosok Syamsir Alam. Buat sebagian dari kalian, mungkin mengenal Alam sebagai selebgram atau host My Trip My Adventure. Tapi, bagi skena sepakbola Indonesia, Alam adalah talenta yang dulu sempat jadi andalan Timnas Indonesia kelompok umur. Alam bahkan sempat mewakili Indonesia di Piala Dunia U-11 Danone.
Tak hanya itu, Alam juga punya riwayat berkarir di luar negeri. Dilansir Jawa Pos, pada 2008, Syamsir Alam sempat bergabung dengan program SAD Indonesia di Uruguay. Ia juga bermain untuk Deportivo Indonesia dan Penarol. Syamsir kemudian merantau ke Belgia bersama CS Vise dan sempat ke Amerika Serikat bersama DC United, klub yang pernah dilatih dan diperkuat Wayne Rooney.
Tahun 2014, dirinya pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Sriwijaya FC. Namun, karirnya tidak berkembang secara signifikan. Dengan parasnya yang tampan, Syamsir akhirnya lebih memilih untuk menggeluti industri entertain. Wajar kini kita lebih mengenalnya sebagai selebriti, bukan pesepakbola.
Osvaldo Haay
Yang terakhir ada Osvaldo Haay. Pemain yang kini berusia 26 tahun itu memulai karier profesionalnya bersama Persipura Jayapura pada tahun 2016. Dirinya telah menunjukkan potensinya sebagai penyerang berbakat. Pada 2018, ia hijrah ke Persebaya Surabaya dan meraih penghargaan Pemain Muda Terbaik Liga 1. Berkat penampilan apiknya, ia pun dipanggil Luis Milla untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Meski belum mencatatkan gol di tim nasional senior, Osvaldo cukup gacor di Timnas U-23. Ia telah mengemas 11 gol dari 34 pertandingan. Namun, saat memperkuat Persija Jakarta, pamornya mulai turun. Di klub Ibukota, Osvaldo mengalami serangkaian cedera. Yang paling parah adalah cedera tulang kering. Itu sempat membuat Osvaldo kesulitan mencari klub pada tahun 2023.
Sempat direkrut Bhayangkara FC akhir 2023, Osvaldo justru kembali mengalami cedera panjang. Kini, statusnya tanpa klub. Di usianya yang masih produktif, semoga Osvaldo masih punya kesempatan kedua untuk menghidupkan kembali karir sepakbolanya.