Jejak Shin Tae-yong Membangun Timnas Indonesia dari Minus

spot_img

Kenapa tangisan itu bisa terulang lagi? Air mata berlinang yang turun dari mata sayu Shin Tae-yong itu, akhirnya juga dirasakan oleh sebagian publik sepakbola Indonesia. Pria Korea Selatan itu sudah meninggalkan Indonesia. Episode lima tahun pengabdian Coach Shin telah diakhiri.

Jejak indah yang telah ditinggalkannya, telah membuat sebagian publik sepakbola Indonesia cinta membabi buta. Seperti apa perjalanan Shin Tae-yong membangun Timnas Indonesia yang konon, kata banyak orang, dari minus itu?

Simon McMenemy Dan Iwan Bule

Seorang yang dicintai bak seorang kekasih itu, awal mulanya datang ke Indonesia pada tahun 2019. Namun sebelum ia datang, Timnas Indonesia masih dilatih Simon McMenemy.
Perjalanan Timnas Indonesia di tangan pelatih asal Skotlandia itu, amatlah pilu.

Bayangkan, pelatih yang ditunjuk Ketum PSSI, Edy Rahmayadi itu, membawa Timnas Indonesia tak pernah menang di empat laga beruntun ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia. Padahal saat itu materi skuad Timnas Garuda melimpah dengan pemain naturalisasi seperti Greg Nwokolo hingga Victor Igbonefo.

Sampai pada akhirnya, PSSI punya ketua umum yang baru pada Kongres tahun 2019, yakni Iwan Bule. Publik sempat dibuat kaget dengan gebrakan Iwan Bule. Baru empat hari menjabat, purnawirawan polisi itu tegas mengambil keputusan mendepak mantan pelatih Timnas Filipina itu. Publik pun makin tak sabar, menanti siapa nahkoda Timnas Indonesia selanjutnya.

Peran Ratu Tisha

Seiring berjalannya waktu, proses pencarian pelatih pun mulai dilakukan. Iwan Bule tak sendirian. Di sini ada juga peran penting sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria. Sekjen nan cantik jelita ini, ikut dalam perburuan pelatih baru. Bahkan ialah orang yang pertama kali menghubungi calon pelatih baru yang dipilih, yakni Shin Tae-yong.

Saat kali pertama ditawari melatih Timnas Indonesia oleh Ratu Tisha, Shin Tae-yong awalnya kaget dan pesimis. Tapi Ratu Tisha pun tak tinggal diam. Ia terus coba bergerak meyakinkannya. Ia sampai bela-belain mengadakan pertemuan diam-diam di Malaysia. Ya, Negeri Jiran pun jadi saksi Ratu Tisha melancarkan rayuan mautnya supaya Coach Shin bersedia melatih timnas.

Gayung pun bersambut. Bujuk rayu itu akhirnya mendapat tanggapan positif dari Coach Shin. Tisha pun sumringah, karena hasil lobinya ke negeri orang tak sia-sia. Pelatih yang mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018 itu bersedia menjadi pelatih Timnas Indonesia.

Pandemi Covid-19

Pakansari, Bogor 28 Desember 2019. Shin Tae-yong menginjakkan kaki pertama kali di tanah air. Dengan balutan jas hitam dan dasi merah, Oppa Korea itu diperkenalkan ke publik tanah air. Didampingi Iwan Bule dan Ratu Tisha, mereka berfoto dengan senyum yang penuh harapan. Ya, babak baru sepakbola Indonesia telah dimulai.

Malangnya, di saat harapan publik sepakbola tanah air pada Coach Shin mulai muncul, dunia dilanda bencana maha dahsyat. Covid-19 telah merusak segalanya. Covid jugalah yang membawa Shin Tae-yong terbang ke kampung halamannya pada April 2020.

Pekerjaan Coach Shin sempat terbengkalai waktu itu. Meski begitu, di Negeri Ginseng sana, ia tak berdiam diri. Ia coba tetap profesional dengan terus memberi pelatihan virtual pada pemain Timnas U-19 yang sedang ia tangani. Pengorbanan itulah yang membuat anak asuhnya makin semangat berlatih, dan mulai percaya padanya.

Di masa bencana Covid yang serba susah itu, ia sudah harus mendampingi tim U-19. Ia harus mendampingi tim U-19 berlaga pada laga uji coba tertutup di Kroasia, melawan tim seperti Bulgaria, Kroasia, Bosnia, hingga Makedonia Utara.

Selang bergantinya tahun 2021, Coach Shin lalu mendapat musibah. Ia dinyatakan positif Covid-19 pada bulan Maret 2021. Coach Shin bahkan saat itu sempat masuk rumah sakit. Namun setelah badannya mulai membaik, ia lalu segera memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Sedihnya lagi, ternyata Coach Shin pulang ke Korea Selatan menggunakan pesawat yang ia biaya sendiri.

Final Piala AFF 2020

Bulan demi bulan telah berlalu. Coach Shin akhirnya kembali lagi ke tanah air pada Agustus 2021. Ia lalu menyiapkan pemusatan latihan timnas senior di Turki, sebagai persiapan jelang ajang Piala AFF 2020, yang akan digelar di bulan Desember 2021.

Meski tak ada target khusus dari PSSI, ajang Piala AFF 2020 akan jadi ajang pembuktian Coach Shin untuk membuktikan kualitasnya. Dalam perjalanannya di Piala AFF 2020, Coach Shin juga sempat dihadapkan pada kenyataan bahwa, terjadi tarik ulur pemanggilan pemain yang bermain di luar negeri seperti Egy Maulana Vikri maupun Elkan Baggott.

Namun itu semua tak jadi soal bagi Coach Shin. Ia tetap pede dengan skuad yang sudah dipersiapkan ketika pemusatan latihan di Turki. Saat turnamen berjalan, Coach Shin berhasil menunjukan tajinya. Ramuan taktik dan pemain yang notabene merupakan muka baru, Timnas Garuda mampu mencapai final untuk meladeni sang langganan juara, Thailand.

Meski akhirnya gagal juara, namun apa yang disajikan oleh Shin Tae-yong secara permainan, telah membuat bangga publik sepakbola tanah air. Kebanggaan publik itu juga terlihat ketika skuad yang mampu mencapai final itu, adalah skuad dengan rataan termuda yang berlaga di Piala AFF 2020.

Musuh Pertama Shin Tae-yong

Namun kebanggaan publik itu, tak berlaku pada salah satu Exco PSSI saat itu, Haruna Sumitro. Haruna mengkritik pedas kinerja Coach Shin yang hanya bisa meraih runner-up di Piala AFF. Haruna menyatakan bahwa Coach Shin sejatinya tak berbeda jauh dengan pelatih Timnas Garuda terdahulu yang hanya bisa memberikan gelar runner-up Piala AFF.

Kritikan tersebut akhirnya direspons oleh publik sepakbola Indonesia, yang sudah kadung jatuh hati pada Coach Shin. Sampai-sampai ada kampanye di media sosial yang mendesak agar Haruna Sumitro mundur dari jabatan Exco PSSI. Tagar Haruna Out pun sempat mengemuka.

Ya, saat itulah fans Timnas Indonesia sudah pada level berani menentang siapa saja yang mengkritik Coach Shin. Kepopuleran Coach Shin di mata publik sepakbola Indonesia makin menjadi-jadi. Hal itu bahkan diakui sendiri oleh Coach Shin.

Dirinya sempat mengatakan bahwa, sejak Piala AFF 2020 jumlah pengikutnya di Instagram melonjak drastis. Ia juga menyadari bahwa betapa gilanya sikap fans Timnas Indonesia ketika membela dirinya dari berbagai kritikan.

Potong Satu Generasi

Namun kegandrungan fans Timnas Indonesia yang luar biasa pada Coach Shin itu, bukan tanpa alasan. Publik menganggap, meski Coach Shin adalah pelatih baru, ia sudah menunjukan beberapa perubahan besar yang mendasar bagi Timnas Indonesia. Salah satu yang terlihat adalah, langkah beraninya menyunat satu generasi pemain Timnas Indonesia, dan diganti dengan generasi yang baru.

Awalnya, hal itu banyak dikritik sebagai sebuah risiko yang dinilai terlalu besar jika berakhir gagal. Akan tetapi, Coach Shin tetap tegak lurus dengan apa yang ia yakini. Ia ingat betul bahwa, “regenerasi pemain” adalah salah satu cita-cita yang ia impikan ketika awal menjabat sebagai pelatih Timnas Indonesia.

Timnas di era Shin Tae-yong, tidak ada lagi nama Boaz Solossa, Beto Goncalves, Zulham Zamrun, maupun Febri Haryadi. Di era awal kepemimpinan Coach Shin, yang kita lihat adalah pemain seperti Witan Sulaiman, Egi Maulana Vikri, Pratama Arhan, Alfeandra Dewangga, maupun Asnawi Mangkualam. Ya, pemain itulah yang menjadi produk regenerasi dari Coach Shin.

Nilai-Nilai Penting STY

Lalu apakah Coach Shin hanya fokus dengan pemotongan generasi saja? Tidak. Ia juga memperhatikan hal-hal lain. Hal-hal seperti kepribadian, mental, fisik, hingga pola makan, juga tak luput dari pengamatannya.

Pria kelahiran Yeongdeok itu dikenal sebagai orang yang ulet dan disiplin sejak kecil. Ia tahu ada masalah kedisiplinan yang ada dalam diri beberapa pemain yang ada di Timnas Indonesia. Maka dari itu, ketika pertama menangani timnas, hal pertama yang ia lakukan adalah menerapkan jadwal latihan yang ketat.

Tak segan ia menegur dan menghukum pemain yang telat latihan. Aturan itu bukan sekedar formalitas belaka. Terbukti beberapa pemain yang tak patuh pada aturan kedisiplinan ini, benar-benar dihukum olehnya. Rifad Marasabessy contohnya.

Lalu juga soal mental dan fisik. Untuk mendukungnya, ia mendatangkan asisten yang khusus mengurusi hal tersebut. Shin Shang-Gyu adalah pelatih fisik yang merupakan salah satu dari anggota “geng korea” yang dibawa Coach Shin sejak awal membesut Timnas Indonesia.

Kegagalan dan Sempat Ingin Mundur

Coach Shin memang telah memberikan banyak hal mendasar bagi Timnas Indonesia di awal kepemimpinannya. Ia berharap, itu semua akan menjadi embrio bagi kesuksesan Timnas Indonesia kelak.

Namun waktu demi waktu telah berjalan. Setelah ajang pertama Piala AFF 2020, Coach Shin dihadapkan lagi pada ajang Sea Games dan Piala AFF lagi di tahun 2022. Tapi sayang, di dua ajang tersebut Coach Shin belum bisa memberikan trofi bagi Indonesia.

Di tengah kegagalan tersebut, entah mengapa publik tanah air masih saja percaya padanya. Sebab, publik sepakbola Indonesia menganggap proses yang dilalui oleh Coach Shin dalam membangun Timnas Garuda ini, sudah berada di jalan yang benar.

Di luar kegagalannya, pada tahun 2022 ada berita heboh yang keluar dari mulut Coach Shin. Ia sempat mengatakan kepada media, bahwa dirinya akan mundur dari kursi pelatih Timnas Indonesia. Hal itu disampaikannya pasca terjadinya tragedi Kanjuruhan yang menelan banyak korban jiwa yang tak berdosa.

Coach Shin waktu itu bersedia mundur ketika Ketua Umum PSSI, Iwan Bule juga didesak mundur. Pelatih berpaspor Korea Selatan itu merasa bagian dari PSSI, dan ikut bertanggung jawab. Namun kembali, publik sepakbola yang cintanya sudah membabi buta, tak rela Coach Shin pergi begitu saja hanya karena Iwan Bule.

Uji Coba: Lahan Mendulang Poin FIFA

Publik sepakbola Indonesia bukan tanpa alasan terus membela mati-matian Shin Tae-yong. Meski dirinya gagal di beberapa ajang, namun di laga-laga persahabatan, Timnas Indonesia besutan Coach Shin ini tak bisa dianggap remeh.

Coach Shin ini ternyata tipe pelatih yang juga memperhatikan laga-laga uji coba. Sebab, kemenangan dari laga uji coba, bisa perlahan mendongkrak ranking FIFA Timnas Indonesia. Lihat saja di sepanjang tahun 2022, ranking FIFA Timnas Indonesia terbukti terdongkrak.

Per Oktober 2022, ranking Timnas Indonesia berada di 152. Padahal sejak awal menangani timnas, Coach Shin memulai dari ranking 173. Kemenangan di laga uji coba melawan Timor Leste maupun Timnas Curacao adalah salah satu yang mendongkraknya.

Lolos Langsung Piala Asia

Tak hanya soal ranking FIFA semata. Di tahun 2022, tim besutan Coach Shin memberikan kado indah bagi publik sepakbola Indonesia, yakni lolos ke Piala Asia. Kemenangan melawan Kuwait dan Nepal di Babak Kualifikasi Piala Asia 2023, membuat pasukan Garuda dipastikan terbang ke Qatar di tahun 2024.

Kelolosan ini adalah kali keempat bagi Timnas Indonesia ke Piala Asia setelah tahun 1996, 2000, dan 2004. Kecuali di tahun 2007, Timnas Indonesia ketika itu lolos ke putaran final sebagai tuan rumah.

Diejek Seperti Badut

Beberapa prestasi yang mulai ditorehkan Coach Shin di tahun 2022 itu, tak serta-merta membuat perjalanannya mulus-mulus saja. Di awal tahun 2023, ia menerima kritikan pedas bak cabai rawit dari mantan pelatih Dortmund, Thomas Doll.

Pelatih yang saat itu menangani Persija, geram dengan sikap Coach Shin ketika menolak melakukan pertemuan soal pembicaraan pemanggilan pemain ke timnas. Kegeraman Doll pada Coach Shin akhirnya tak bisa dibendung. Ia berani menyebut Coach Shin sebagai “badut”.

Sungguh teganya Thomas Doll. Pelatih asal Jerman itu mengatakan bahwa Coach Shin lebih banyak mementingkan menjadi bintang iklan, ketimbang mengurusi hal-hal detail soal timnas. Maklum, sepanjang tahun 2022 Coach Shin memang banyak syuting jadi bintang iklan mobil, kopi, hingga mie instan.

Piala Asia U-23

Shin Tae-yong boleh saja dianggap badut oleh Thomas Doll. Namun bagi Coach Shin, itu tak jadi soal. Ia malah membuktikannya dengan membuat sejarah dengan membawa Timnas U-23 ke Piala Asia.

Perjalanan timnas ke Piala Asia U-23 tak mudah. Sebab, skuad muda garuda belum sekalipun tampil di ajang ini. Berada bersama Turkmenistan dan China Taipei, di Babak Grup Kualifikasi, langkah serdadu muda Garuda pun dimulai. Dua kemenangan tanpa kebobolan satu pun, akhirnya melangkahkan Timnas U-23 terbang ke Qatar.

Stadion Manahan Solo jadi saksinya. Gol Ivar Jenner dan Pratama Arhan yang bersarang ke gawang Turkmenistan, membuat mimpi para pemuda Garuda ke Piala Asia akhirnya terwujud. Gemuruh dan luapan kegembiraan fans di bumi Sriwedari saat itu, sekaligus menandakan keberhasilan kedua Coach Shin mengantarkan dua tim berbeda ke Piala Asia.

Naturalisasi dan Kritik Bung Towel

Beberapa keberhasilan Coach Shin mengukir sejarah bagi Timnas Indonesia, tak luput dari andil PSSI. Di bawah komando ketua umum yang baru terpilih di tahun 2023, yakni Erick Thohir, Coach Shin benar-benar dimanjakan dengan suntikan melimpah pemain naturalisasi.

Ya, pemain seperti Ivar Jenner, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, hingga Rafael Struijk, adalah beberapa punggawa keturunan yang mampu memberi pengaruh nyata bagi performa Timnas Indonesia besutan Coach Shin.

Namun fenomena derasnya arus kedatangan pemain naturalisasi itu, membuat Coach Shin kembali dihujam kritik. Komentator sepakbola bernama Tommy Welly, sejak 2023 sudah aktif mengkritik Coach Shin.

Pria yang akrab dipanggil Bung Towel itu, menganggap Coach Shin hanyalah pelatih yang terus merengek meminta bala bantuan pemain naturalisasi pada PSSI. Towel juga menganggap pelatih asal Korea Selatan itu malas blusukan cari pemain di Liga Indonesia.

Menaikan Level Timnas

Persetan bagi Coach Shin. Towel baginya hanyalah angin lalu. Coach Shin justru menganggap penting keberadaan banyak pemain diaspora di timnya, agar bisa naik level. Dengan adanya banyak pemain diaspora, membuat pemain lokal bisa mentransfer ilmu, sekaligus bisa bersaing secara kompetitif dengan mereka.

Selain bisa transfer ilmu, keberadaan para pemain diaspora ini bisa menjadi panutan dalam karier sepakbola para pemain lokal. Hal itulah yang membuat pemain lokal seperti Asnawi Mangkualam hingga Pratama Arhan makin semangat untuk terus menempa talentanya di luar negeri.

Dengan adanya banyak pemain diaspora berdatangan di skuad besutan Coach Shin, terbukti perlahan mampu menaikan level timnas. Bukan lagi bicara soal harapan supaya bisa juara Piala AFF, namun tim yang diarsiteki Coach Shin ini sudah berada pada level bagaimana bersaing di Piala Asia dan bagaimana caranya lolos ke Piala Dunia.

Bicara soal perjalanan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, di akhir tahun 2023 Coach Shin memang mengawali perjalanannya dengan kurang baik. Mereka harus menanggung malu dihantam Irak di baghdad, serta hanya meraih hasil seri dengan Filipina di Manila.

Sejarah Di Piala Asia

Rentetan hasil buruk itu lalu membuat pesimis publik sepakbola Indonesia. Fans menuntut Coach Shin memperbaiki performa jelang perhelatan Piala Asia 2023 yang akan digelar di awal tahun 2024.

Jelang berangkat ke Qatar, Coach Shin sempat menanggapi desakan fans soal performa tersebut. Ia berharap agar fans bersabar pada proses yang sedang ia jalani. Sampailah pada pesta akbar sepakbola Asia di Qatar. Asnawi dan kolega, akhirnya kesampaian mencicipi lapangan yang dipakai bintang dunia yang mentas di Piala Dunia 2022.

Namun apa? Kekhawatiran fans itu benar-benar terjadi. Timnas Indonesia mengalami hasil buruk ketika kalah atas Irak dan Jepang. Untung saja, Timnas Indonesia mampu mengemas poin saat hadapi Vietnam. Ya, kemenangan lewat gol tunggal Asnawi itu ternyata begitu berharga.

Secara kalkulasi, Timnas Indonesia sudah tak ada harapan lolos ke babak berikutnya. Namun mukjizat Tuhan hadir. Di malam suntuk di sebuah hotel di Qatar, pemain Indonesia yang sudah bersiap-siap pulang kampung, batal. Mereka larut dalam euforia di kamar hotel merayakan kelolosan timnas ke 16 besar Piala Asia, lewat jalur peringkat 3 terbaik.

Sejarah kembali tercapai. Untuk pertama kalinya Timnas Indonesia lolos ke 16 besar Piala Asia. Meski akhirnya gagal juga karena dibantai Australia di 16 besar, namun publik sepakbola Indonesia tetap mengapresiasi.

Harapan Olimpiade Dan Konflik Baggott

Apresiasi pada kerja Coach Shin, jadi makin tinggi setelah mampu membawa Timnas Garuda U-23 terbang tinggi melebihi pencapaian sang senior di Qatar. Padahal, perjalanan yang ditempuh Coach Shin di Piala Asia U-23 penuh dengan rintangan terjal.

Dari mulai dicurangi wasit Nasrullo Kabirov saat melawan Qatar, lalu wasit Shen Yin Hao saat melawan Uzbekistan, maupun wasit Francois Letexier saat menghadapi Guinea. Meski begitu, toh Indonesia tetap berhasil dibawanya masuk semifinal, dan hampir lolos ke Olimpiade.

Bayangkan, keberhasilan mencapai semifinal itu diraih Coach Shin dengan cara menyingkirkan negaranya sendiri, Korea Selatan. Betapa terharunya Ketum PSSI saat itu ketika menyaksikan langsung kemenangan adu penalti melawan Korea Selatan.

Namun di tengah keberhasilan itu, Coach Shin dihadapkan pada sebuah masalah. Kita ingat, sebelum laga melawan Guinea ia sempat berselisih dengan Elkan Baggott yang enggan tampil membela timnas.

Euforia Piala Dunia

Namun konflik itu lalu bak tragedi Kanjuruhan yang mudah dilupakan begitu saja. Sebab, Coach Shin kemudian kembali menunjukan tajinya di Babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Masih ingat betapa dongkolnya Timnas Vietnam ketika dikalahkan dua kali oleh Jay Idzes dan kawan-kawan? Ya, itulah awal tonggak harapan publik di tahun 2023 kepada Timnas Indonesia, untuk bisa terus melaju hingga Piala Dunia.

Puncaknya di Gelora Bung Karno, 11 Juni 2024. Filipina dibuat tak berdaya. Serdadu Coach Shin akhirnya mengamankan tempat di Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Euforia publik pun pecah. Sebab, ini adalah kali pertama Indonesia melangkah ke fase ini.

Perpanjang Kontrak dan Evaluasi

Euforia publik itu pun lalu direspons oleh PSSI. Masa bakti Coach Shin yang sempat menjadi tanda tanya, akhirnya terjawab. Pada bulan Juni 2024, PSSI akhirnya resmi memperpanjang kontrak Coach Shin hingga 2027.

Coach Shin akhirnya membalas penghargaan PSSI itu dengan hasil positif. Di bulan September, tim-tim langganan Piala Dunia seperti Arab Saudi maupun Australia mampu ditahan imbang.

Namun hasil itu tak membuat Coach Shin berpuas diri. Ia dihadapkan kembali pada sebuah jalan terjal nan suram. Gagal menang melawan Bahrain hingga kalah melawan China dan Jepang menjadi noda baginya. Hasil itulah yang membuat harapan publik sepakbola Indonesia kepada Coach Shin sedikit memudar. Banyak sekali kritik dan evaluasi yang dialamatkan padanya, termasuk dari PSSI.

Erick Thohir ketika itu bahkan sempat berujar bahwa ia rela mengundurkan diri, jika Timnas kalah lagi di pertandingan kedua melawan Arab Saudi. Namun untungnya, hal itu urung terjadi. Semua itu tertutupi oleh penampilan cemerlang Marselino dan kawan-kawan saat membungkam Arab Saudi.

Kegagalan Piala AFF 2024

Pujian setinggi langit pun kembali bertubi-tubi menghujani Coach Shin. Ia dianggap pahlawan yang selalu bisa keluar dari masa-masa sulit. Lihat, Indonesia mampu dibawanya berada di peringkat 3 Grup C Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Ya, aura-aura Piala Dunia pun makin terasa.

Jelang pergantian tahun, kesaktian Coach Shin sempat diuji di Piala AFF 2024. Ajang yang selalu jadi momok bagi Indonesia. Tantangan maha berat kembali dihadapinya. Bayangkan, Coach Shin menghadapi ajang ini dengan amunisi para pemain muda. PSSI saat itu memutuskan menggunakan skuad mudanya di Piala AFF 2024 karena alasan regenerasi.

Ya apa boleh buat, dengan kondisi seperti itu, tim besutan Coach Shin akhirnya main ancur-ancuran. Coach Shin frustrasi di setiap laganya. Ia pun mengibarkan bendera putih. Timnas besutannya itu gugur di fase grup. Kritikan dan evaluasi pun kembali menghampirinya. Tapi Shin Tae-yong tetap legowo. Dirinya malah mengatakan kepada media bahwa kegagalan itu baik bagi pembelajaran para pemain muda.

Berpisah di Pagi Hari

Tahun 2025 pun tiba. Tahun di mana Coach Shin akan bekerja lebih keras lagi demi tiket lolos ke Piala Dunia 2026. Namun apa yang terjadi? Belum juga kerja keras, pada 6 Januari 2025, Shin Tae-yong tiba-tiba didatangi oleh manajer Timnas Indonesia, Sumardji.

Senin pagi di sebuah apartemen, Sumardji membawa sebuah surat sakti dari PSSI yang ditujukan kepadanya. Ya, surat sakti itu tiada lain adalah surat pemecatan kepada Coach Shin. Seketika perasaan Coach Shin campur aduk. Ia tak menyangka semua ini akan berakhir secara tiba-tiba. Tak bisa membayangkan betapa sedihnya perasaan Coach Shin saat itu.

Perjalanan terjal dan penuh rintangan, dari dikritik sampai dihina telah ia lalui demi membangun Timnas Indonesia dari minus 10. Pengorbanannya bagi Timnas Garuda tak bisa dinilai dengan apa pun. Meski menuai pro-kontra setelah pemecatannya, sebagai manusia yang masih punya “hati”, kita sudah selayaknya mengucapkan terima kasih pada ahjussi yang satu ini.

Kamsahamnida Coach Shin. Jangan menangis lagi ya, Coach. Saranghaeyo…

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru