Hadapi Indonesia Tanpa Bantuan Wasit, Bahrain Cuma Kebagian Pil Pahit!

spot_img

Seruan Rizky Ridho usai membantu Timnas Indonesia menuntaskan dendam kesumat pada Bahrain. Mungkin kalimat itu terkesan basa-basi. Namun, jika lebih dipahami lagi, kata-kata ini bisa dimaknai sebagai ajakan Ridho agar fans merasa memiliki tim nasional.

Ridho menganggap fans lebih dari sekedar entitas yang memenuhi stadion saja. Bek Persija Jakarta itu ingin fans tahu, bahwa mereka adalah salah satu elemen penting dalam setiap kepakan sayap sang Garuda. 1-0, tipis memang. Namun, mau setipis apa pun skornya, itu sudah cukup bagi Rizky Ridho cs untuk mengamankan tiga poin.

Laga ini bak sebuah klimaks setelah sebelumnya menelan kekalahan telak dari The Socceroos. Lantas, bagaimana cara Indonesia bangkit dan menang secara mengagumkan di GBK? Mari kita bahas. 

Tanpa Bantuan Wasit

Menaklukkan Bahrain sebetulnya sudah menjadi kodrat yang tak bisa dihindarkan. Dari segi permainan, materi pemain, dan passion, Indonesia unggul telak dari tim Timur Tengah itu. Kemenangan 1-0 di Gelora Bung Karno semalam juga harusnya bukan suatu hal yang mengejutkan lagi bagi publik Indonesia. 

Sementara Bahrain, permainannya tak begitu spesial. Salah satu faktor di balik loyonya permainan Bahrain barangkali karena tak adanya pemain ke-12, Ahmed Al-Kaf. Berbeda dengan leg pertama di kandang Bahrain, laga kemarin diwarnai dengan penampilan wasit Sadullo Gulmurodi yang cukup adil. 

Dari sini kita pun bisa melihat sendiri. Tanpa uluran tangan sang pengadil lapangan, Bahrain seperti pistol tanpa amunisi. Saat bermain di kandang, ketika pemainnya disenggol dikit, mereka pasti bakal guling-guling sampai dua menit demi mengulur waktu dan memancing emosi Indonesia. 

Namun, ketika di GBK, mereka nggak berani melakukan adegan tak senonoh itu lagi. Karena ya buat apa juga? Guling-guling nggak jelas justru merugikan tim sendiri karena Ole Romeny sudah memaksa Bahrain untuk mengejar ketertinggalan sejak menit 24. 

Pemilihan Line Up yang Pas

Selain faktor x tersebut, tanda-tanda kemenangan Indonesia sudah terlihat dari bagaimana Patrick Kluivert menyusun sebelas orang pertamanya. Tanpa Mees Hilgers yang pulang lebih dulu ke Belanda, Coach Patrick mengembalikan Rizky Ridho dan Justin Hubner ke sisi Jay Idzes.

Tanpa mendiskreditkan siapa pun, trio ini jadi yang paling solid sejauh ini. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, trio ini jadi yang paling lengkap. Masing-masing dari mereka mewakili setiap unsur yang perlu dipenuhi dalam skema permainan. Kembalinya Justin Hubner juga memberikan warna tersendiri di lini bertahan. Dia spartan dan penuh semangat saat mengejar bola.

Jumlah menit bermain bersama yang cukup tinggi membuat kemistri di antara ketiga pemain ini terbentuk. Mereka seakan sudah paham harus bertindak seperti apa jika serangan dari lawan itu datang. Ketiganya saling melengkapi satu sama lain. Tak cuma itu, Coach Patrick juga sepertinya mendengar saran dari para fans untuk pemilihan pemain di lini tengah.

Mengembalikan Nathan Tjoe-A-On ke habitat asalnya juga jadi pilihan yang tepat. Memilih Joey Pelupessy ketimbang Ivar Jenner untuk menjadi tandem Thom Haye pun keputusan yang bijak dari Coach Patrick. Layaknya Mukti Entut, Joey jadi metronom dalam permainan tim. Ia menjaga kedalaman lini tengah sekaligus tandem yang sempurna untuk Haye.

Dengan rambut klimis dan badan atletis, Joey pun menunjukan dominasinya. Pemain yang sepintas mirip Cesar Azpilicueta itu mencatatkan 100% kemenangan duel, baik di udara maupun di darat. Kehadiran Joey membuat serangan Bahrain nyaris tak pernah sampai ke gawang Maarten Paes.

Sabar dan Efektif

Pemilihan filosofi bermain pun sangat tepat. Patrick Kluivert telah melunturkan egonya. Ia meminta pemainnya untuk menguasai laga alih-alih menguasai bola. Dengan sepakbola yang lebih pragmatis, Bahrain terjebak dalam master plan yang sudah dirancang oleh tim kepelatihan Indonesia.

Patrick membiarkan Bahrain banyak menyentuh bola. Itu dibuktikan dengan statistik Fotmob yang menunjukan penguasaan bola Bahrain di angka 58%. Namun, umpan-umpan Bahrain hanya beredar di area sendiri dan tengah lapangan. 

Bahrain tak menemukan cara untuk membongkar pertahanan Indonesia. Mereka bahkan hanya mampu melepaskan satu tembakan tepat sasaran. Sementara Indonesia yang tak banyak menguasai bola justru bermain cukup efisien. Mereka lebih menunggu Bahrain melakukan kesalahan. 

Indonesia juga tak lagi menggunakan garis pertahanan yang tinggi. Itu membuat Bahrain kesulitan mencari celah. Pemosisian antar pemain pun lebih rapat. Jay yang tadinya diminta naik untuk sejajar dengan gelandang pun kembali mundur. Satu garis di belakang Ridho dan Hubner untuk mengcover ruang pertahanan yang ditinggalkan.

Dengan 42% penguasaan bola, Indonesia justru terlihat lebih klinis dalam memanfaatkan peluang yang ada. Tercatat, Skuad Garuda berhasil melepaskan tiga tembakan on target, di mana salah satunya berbuah gol. Selain itu, ada dua peluang emas yang sayang sekali gagal dikonversi menjadi gol.

Peran Alex Pastoor

Lunturnya ego Patrick Kluivert untuk menanggalkan total football kabarnya tak lepas dari bujuk rayu Alex Pastoor selaku tangan kanannya. Alex dikabarkan mendorong penerapan strategi catenaccio, sebuah strategi legendaris dari Italia yang menekankan pertahanan terorganisir serta serangan balik yang efektif.

Spekulasi ini diperkuat dengan aktifnya Alex di sesi latihan terakhir Timnas Indonesia. Filosofi sepakbola mantan pelatih Almere City, yang kini lebih condong ke pendekatan pragmatis, dinilai sangat cocok untuk skuad Garuda saat ini. Tak berhenti di situ, peran Alex dalam membantu Patrick dalam memilih pemain pengganti juga sangat besar.

Untuk menjaga keunggulan, Pastoor menarik keluar Thom Haye yang mulai kelelahan dan memasukan tenaga yang lebih beringas, Ivar Jenner. Selain itu, mengganti Kevin Diks yang cenderung menyerang dengan Sandy Walsh yang unggul dalam mengatur tempo juga jadi ide yang brilian. 

Pastoor seakan ingin menunjukan kepada khalayak betapa pentingnya memiliki kedalaman skuad yang baik. Gap kualitas yang tak begitu jauh antara pemain inti dan cadangan membuat kualitas permainan tak menurun meski sudah memasuki menit-menit akhir.

Produk Liga 1 Makin Jitu

Dari beberapa pemain cadangan yang dicoba, Ricky Kambuaya barangkali jadi yang paling menarik perhatian. Di hadapan 60 ribu lebih penonton yang memadati GBK, Pace Ricky mengukir laga comeback yang epic bersama Skuad Garuda. Gelandang Dewa United itu menampilkan beberapa aksi impresif ketika menguasai bola.

Meskipun hanya beraksi selama kurang lebih 16 menit dan mencatatkan total 12 sentuhan, Kambuaya cosplay jadi Jude Bellingham. Tenang, efektif, dan pergerakannya pun membantu tim untuk mengalirkan bola. Apalagi umpan trivela yang nyaris berbuah gol itu. Aih, mamayo!

Penampilan singkat ini pun menjadi momen yang spesial bagi Ricky Kambuaya. Sebab, pemain kelahiran Sorong itu harus menunggu sekitar setahun lebih untuk bisa kembali mengukir menit bermain bersama Timnas Indonesia. Shin Tae-yong tampaknya berhutang maaf kepada Kaka Ricky karena terlalu lama mencadangkannya. 

Kembalinya Rizky Ridho ke line up juga jadi momen yang dinanti-nanti oleh publik pecinta Timnas Indonesia. Sempat jadi cadangan di Australia, Ridho kembali membuktikan siapa yang berkuasa di Jakarta. Ole Romeny boleh jadi Man Of The Match versi FIFA. Tapi, Ridho jadi pemain terbaik versi fans.

Melansir Fotmob, Ridho mencatatkan beberapa statistik luar biasa. Seperti memenangkan 100% duel udara, sembilan aksi bertahan, dua intersep, empat kali merebut kembali penguasaan bola, dan enam sapuan yang krusial. Salah satunya bahkan menggagalkan peluang emas dari Bahrain. Keberadaan dua pemain ini membuat kita tak bisa memandang sebelah mata kualitas produk Liga 1.

Harapan

Tiga poin ini jadi titik balik sekaligus harapan baru bagi Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Kini, posisi Indonesia berada di urutan keempat dengan torehan sembilan poin. Selisih tiga poin dari Bahrain dan China di urutan kelima dan keenam. 

Namun, jangan cepat berpuas diri. Masih ada dua laga yang tak kalah penting menanti Timnas Indonesia. Konsistensi di lapangan dan keterbukaan di luar lapangan akan sangat menentukan nasib sepakbola kita. Mari kita kawal bersama era baru Skuad Garuda hingga ke Piala Dunia!

Sumber: Bola.net, CNN Indonesia, Liputan6, Fotmob

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru