Gemerlap Karir Adriano Leite Yang Runtuh Tak Berbekas

spot_img

Semua yang pernah memainkan video game sepak bola pasti ingat betul ketika menggunakan Adriano di lini serang, maka pertahanan tim lawan benar-benar berada dalam masalah. Tendangan akurat, spektakuler, serta skill nomor satu menjadikan Adriano layak disebut sebagai salah satu penyerang terbaik sepanjang masa.

Bahkan, hal wajar bila media menyebutnya sebagai pewaris tahta Ronaldo Luis Nazario de Lima. Sebagai seorang penyerang, tak perlu diragukan lagi seberapa hebat kemampuan Adriano. Dia yang beroperasi sebagai seorang pembunuh sejati telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Jika kalian belum mempercayai itu, maka tanyakan pada seorang Zlatan Ibrahimovic.

Penyerang legendaris asal Swedia itu mengatakan bahwa Adriano merupakan pemain terbaik yang pernah menjadi rekan duetnya. Tidak ada lawan yang mampu menghentikannya, Bahkan, salah satu pemain bertahan terbaik Serie A sekalipun pernah dibuat kewalahan kala berhadapan dengan Adriano. Sebut saja Gianluca Zambrotta.

Terdapat sebuah foto iconic yang memperlihatkan keganasan Adriano kala berhadapan dengan Zambrotta yang saat itu kedua nya tengah berada dalam pertandingan derby. Adriano tampak gagah dan berbahaya kala sedang mencoba untuk menerobos pertahanan AC Milan. Malah di duel tersebut ia juga sedang dijaga oleh bek terbaik Italia, Paolo Maldini.

Momen tersebut menunjukkan tentang betapa hebatnya Adriano kala berhadapan dengan para pemain lawan.

Adriano memang begitu garang kala tampil diatas lapangan. Ia menjadi pemain yang mengungkapkan bahwa sepak bola tidak bisa dimainkan oleh sembarang orang. Perlu keberanian dan tekad yang tak sembarangan untuk bisa bersaing di sebuah panggung kemenangan. Reaksi tepat, emosi yang didapat, serta sebuah sontekan akurat, murni menjadi kekuatan yang dimiliki sang penyerang hebat.

Semua kehebatannya bermula ketika sebuah wilayah bernama Rio memberikan kesempatan baginya untuk bermain bola. Kota yang terkenal di wilayah Negeri Samba itu memberikan banyak sekali pencerahan bagi seorang Adriano muda untuk terus kembangkan bakat.

Pada tahun 1999, Flamengo lalu menjadi klub yang menemukan bakat luar biasanya. Ia lebih dulu bermain di tim junior untuk kemudian masuk ke jajaran skuad senior el Mengao. Baru juga sebentar bermain di Flamengo, bakat Adriano sudah diminati oleh sejumlah klub-klub besar Eropa. Kala itu, Inter Milan menjadi yang paling beruntung. Mereka yang memberikan tawaran serius sukses mendatangkan sang bocah mengerikan asal Brasil. Adriano dibawa ke Italia meski lebih dulu dipinjamkan ke Parma.

Disana, permainannya berkembang begitu pesat. Berstatus sebagai seorang pemain muda, Adriano menciptakan duet yang begitu melegenda bersama dengan Adrian Mutu. Keduanya menjadi pasangan duet yang paling diingat di awal 2000 an. Adriano dan Adrian Mutu menjadi dua penyerang yang keberadaannya sangat ditakuti lawan.

Pada akhirnya, Inter Milan yang memang menjadi tim yang mendatangkan Adriano ke Italia langsung menariknya kembali ke Giuseppe Meazza. Keputusan itu pun sama sekali tidak berakhir sia-sia. Pasalnya, kemampuan Adriano semakin menggila. Dengan tubuh gempal dan goresan karya di sebagian tubuhnya menjadikan sosok Adriano sebagai pria yang akan sangat dihindari kedatangannya.

Bak raksasa dengan kaki kiri mematikan, sontekan yang dilepaskan olehnya akan menjadi sebuah peluru utama dari tim yang berbasis di kota Milan. Semua begitu menikmati gaya bermain Adriano. Memang wajar bila ia terus disandingkan dengan nama legenda Samba, Ronaldo de Lima. Sorak sorai penonton selalu mengiri langkahnya. Apalagi, ketika ledakan kaki kirinya sudah dilepaskan, maka sebuah gema besar akan segera memenuhi stadion kebanggaan.

Adriano, dengan sebuah gol luar biasa, sudah menjadi pemandangan biasa di kalangan para penikmat Serie A.

Bermain untuk Inter Milan boleh dibilang menjadi puncak tertinggi nya sebagai seorang pesepakbola. Disana ia, mendapatkan banyak gelar. Bila dijabarkan, ia juga sukses kala membela Brasil di kancah Internasional. Trofi Copa America 2004 serta piala konfederasi setahun setelahnya menjadi bukti dari katajaman sang pembunuh sejati.

Belum lagi jika melebar ke lemari piala individunya. Ada banyak sekali kilauan emas yang bercahaya di sana. Sebut saja, Golden Ball serta sepatu emas di ajang Copa America 200. Kemudian Golden Ball dan sepatu emas Piala Konfederasi tahun 2005. Yang tak kalah mengagumkan, ia juga mendapat penghargaan IFFHS World’s Top Goal Scorer of the Year 2005.

Bersama Inter Milan sendiri, sebanyak empat gelar Serie A, dua Piala Italia, dan tiga Piala Super Italia, menjadi deretan trofi yang berhasil didapatkannya. Torehan golnya juga tidak bisa diremehkan, dengan total 28 gol dalam satu musim menjadi yang tertinggi dari raihannya. Tepat pada musim 2004/05, Adriano berhasil menjebol gawang lawan sebanyak 28 kali dari total 43 penampilan. Catatan itu meningkat dua kali lipat dari musim sebelumnya, dimana ia berhasil mencetak 12 gol.

Namun sayang, keganasannya tak berlangsung lama. Semua tahu jika Adriano adalah seorang predator diatas lapangan. Tapi, untuk bertahan dari segala cobaan yang tidak berasal dari sebuah pertandingan, ia tak punya banyak tenaga untuk bertahan.

Pasca menjadi bintang untuk timnas Brasil di turnamen besar, Adriano tiba-tiba terguncang. Hal itu terjadi setelah mendengar kabar bahwa ayahnya telah tiada. Meski menjadi kisah yang sudah lama kabarnya, ini tetap menjadi satu cerita mengenaskan dari seorang pemenang yang mendapat begitu banyak penghargaan di atas lapangan.

Ayahnya, Almir, meninggal karena serangan jantung di usia yang menginjak 45 tahun. Kabar tersebut telah membuat Adriano hancur. Kala menerima kabar tersebut melalui saluran telfon, Adriano langsung melemparnya hingga hancur.

Satu pemain yang menjadi saksi dari rubuh nya seorang pemain bermental baja adalah Javier Zanetti. Ia sempat tak percaya ketika melihat Adriano yang begitu garang di lapangan, menangis dan berteriak kencang kala mendengar kabar kematian ayahnya.

Zanetti dan presiden Inter kala itu, Massimo Moratti, memutuskan untuk selalu mendampingi Adriano.

Mantan pelatih Adriano di timnas Brasil, Carlos Alberto Perreira, juga tampak terkejut dengan kabar yang menimpa Adriano. Betapa tidak, ia bahkan sudah mengatakan kalau Adriano akan menjadi bintang Brasil di generasi selanjutnya. Dirinya dibuat kagum oleh penampilannya, kala ajang Copa America dan Piala Konfederasi tersajikan.

Segala prediksinya pun seketika terpatahkan, oleh sebuah telfon yang mengatakan kalau ayahnya telah meninggal dunia.

Hal itu mungkin terasa wajar, karena setelah ditelusuri, Adriano begitu dekat dengan sosok sang ayah. Ia bahkan punya banyak mimpi untuk diwujudkan bersama orang paling dicintainya itu. Adriano pernah berkata jika ayahnya menjadi satu alasan, mengapa ia bisa berdiri dengan gagah di setiap pertandingan.

Namun sejak saat itu, ia sudah tidak lagi memiliki alasan untuk terus berjuang. Hari-harinya seolah berakhir hampa. Adriano melarikan diri ke sebuah dunia hitam. Alkohol menjadi yang paling sering menemaninya. Ia sudah tak lagi bersemangat latihan. Beberapa kali ia melewatkan pertandingan dengan alasan cedera. Padahal, minuman keras lah yang menjadi alasan dibalik itu semua.

Jatuhnya seorang predator sejati menjadi sekelumit kisah tragis dalam dunia sepak bola. Semua yang berharap pada keganasan Adriano dalam waktu yang lama harus mengubur mimpinya dalam-dalam. Sang raksasa terjatuh, segala peluh sudah tidak berarti apapun. Meski sempat dipinjamkan ke sejumlah klub, termasuk kembali ke Serie A bersama AS Roma, kemampuannya sudah tak lagi sama.

Bolak balik ke sejumlah tim di Brasil tak lagi menjadikannya seorang superstar. Hingga tepat pada pertengahan 2016, Adriano putuskan berhenti dari dunia sepak bola. Bermain selama setengah musim di Amerika menjadi penutup karirnya yang tak lagi diselimuti gemerlap cahaya.

Adriano, yang digadang-gadang bakal menjadi pesohor lapangan, hanya mampu tenggelam dalam sebuah angan, yang sebenarnya tidak memberi apa-apa. Kesedihannya yang begitu mendalam telah mengalahkan sontekan kerasnya diatas lapangan. Ia, yang kita kenal begitu gahar, hanya menikmati masa-masanya sebagai seorang mantan bintang sepak bola, tanpa mendapat sebuah penutupan yang memang layak dikenang.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru