Dimana Mereka? Skuad yang Antarkan Leicester City Terakhir Kali Juara Liga Inggris

spot_img

Setelah mengantongi belasan kekalahan, Leicester City kian terpuruk di papan bawah Liga Inggris musim ini. Klub yang berjuluk The Foxes bahkan tidak pernah meraih kemenangan dalam delapan pertandingan pertama Liga Inggris. Mereka hanya memperoleh satu poin kala menahan imbang Brentford di laga pembuka.

Padahal kita semua tahu, Leicester pernah menggoreskan tinta emas di buku sejarah Liga Inggris. Pada musim 2015/16, The Foxes yang kala itu masih ditangani Claudio Ranieri menjadi tim kejutan yang mendobrak dominasi big six. Meski tak berhiaskan bintang-bintang berbandrol mahal, Leicester mampu menjuarai liga. Sekarang, bagaimana keadaan skuad ajaib itu?

Kasper Schmeichel

Mulai dari penjaga gawang ada Kasper Schmeichel. Stopper asal Denmark itu memiliki peran vital dalam perjalananan Leicester menapaki tangga juara Liga Inggris musim 2015/16. Kasper tak melewatkan satu menit pun pertandingan Leicester musim tersebut.

15 clean sheets jadi pencapaian individunya saat itu. Angka tersebut membuktikan kalau ia telah membangun reputasi sebagai penjaga gawang jempolan seperti ayahnya. Setelah menghabiskan 11 tahun yang luar biasa, ia meninggalkan The Foxes di musim panas 2022. Kini, Kasper berstatus sebagai penjaga gawang OGC Nice.

Wes Morgan

Selanjutnya ada Wes Morgan. Pada tahun 2012, setelah menjalani 10 tahun di Nottingham Forest, Morgan mendarat di King Power Stadium. Leicester bagai lambang kesetiaan bagi pemain berkebangsaan Jamaika ini. Morgan lah yang menjadi kapten Leicester musim 2015/16.

Wes Morgan langsung ditunjuk menjadi kapten tim di musim pertamanya di Leicester. Sama halnya dengan Schmeichel, Morgan juga jadi andalan Claudio Ranieri untuk menghalau setiap gempuran lawan. Ia bahkan tak pernah absen memperkuat Leicester di musim tersebut. Morgan tetap bersama Leicester City sampai akhirnya pensiun pada 2021. 

Robert Huth

Tandem Wes Morgan adalah Robert Huth. Keduanya menjadi duet menara kembar yang menggagalkan setiap serangan lawan. Berbeda dengan sebagian besar pemain Leicester, Huth jadi salah satu pemain yang sebelumnya sudah pernah memenangkan Liga Inggris. Waktu itu ia tergabung dalam skuad juara Chelsea musim 2004/05 dan 2005/06.

Dan sepuluh tahun kemudian, Huth meraih gelar ketiganya bersama Leicester City. Momen yang paling diingat musim tersebut barangkali saat Huth mencetak brace ke gawang Manchester City bulan Februari 2016. Kini, Huth sudah menikmati masa-masa pensiun. Ia pensiun di Leicester pada tahun 2018.

Christian Fuchs

Sementara di sektor pertahanan kiri, ada Christian Fuchs. Didatangkan secara gratis dari Schalke pada awal musim 2015/16, Fuch langsung menjadi andalan Claudio Ranieri sebagai bek kiri. Ia mencetak empat assist serta melayangkan 73 tekel sukses yang mana catatan tekel itu jadi yang terbaik keempat di musim tersebut.

Pemain asal Austria tersebut bertahan di Leicester hingga tahun 2021 sebelum akhirnya menepi dari sepakbola Eropa dan bergabung dengan Charlotte yang berlaga di Liga Amerika Serikat. Di sana Fuch bermain hingga Januari 2023 dan akhirnya memutuskan pensiun di usia 36 tahun. 

Danny Simpson

Di sisi bek kanan, ada Danny Simpson. Berkat daya ledaknya membantu penyerangan, Simpson dijuluki The Dynamo. Setelah meraih gelar bersama Leicester, pemain asal Inggris itu bertahan bersama Leicester City hingga 2019, sebelum akhirnya bergabung dengan Huddersfield.

Sama halnya dengan Huth, sebelumnya Simpson sudah pernah menjuarai Liga Inggris bersama Manchester United pada tahun 2008. Sempat bermain di Queens Park Rangers dan akhirnya bergabung dengan Leicester pada tahun 2014. Simpson telah pensiun pada tahun 2022 kemarin. Klub terakhirnya adalah Bristol City.

N’Golo Kante

Berlanjut ke lini tengah ada N’golo Kante. Tak bisa dipungkiri, Kante menjadi sosok kunci dalam setiap pertandingan Leicester musim 2015/16. Sejak didatangkan dari Caen pada awal musim tersebut, Kante telah menjelma mesin pengejar bola. Di mana ada bola, di situ ada Kante.

Sayangnya, Kante hanya bertahan semusim di Leicester. Setelah membantu tim menjuarai Liga Inggris, ia langsung diboyong Chelsea. Bersama Chelsea ia kembali menjuarai Liga Inggris musim berikutnya. Saat ini, Kante masih berseragam Chelsea. Kabarnya, ia baru sembuh dari cedera Hamstring.

Danny Drinkwater

Lawan main Kante ada Danny Drinkwater. Mantan punggawa Manchester United ini jadi jenderal lapangan tengah Leicester City asuhan Claudio Ranieri. Oleh Ranieri, Drinkwater disulap menjadi gelandang pengatur tempo dan pengatur transisi lini tengah bersama Kante. Tugas itu membuat sang pemain memiliki peran vital di skuad.

Penampilannya yang memukau bersama Leicester juga membuat sang pemain masuk dalam skuad Sam Allyrdice di Euro 2016. Pada tahun 2017, ia diangkut oleh Chelsea tepat setahun setelah Kante. Tetapi karirnya menurun, sejak itu ia tak pernah menjadi andalan di lini tengah Chelsea dan akhirnya kini ia berstatus tanpa klub di usia 32 tahun.

Marc Albrighton

Pemain sayap ada Marc Albrighton. Pria berkebangsaan Inggris tersebut hampir selalu dimainkan di setiap pertandingan Leicester di musim 2015/16. Bergabung dari Aston Villa pada tahun 2014, Albrighton langsung memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kesuksesan mereka di lapangan.

Sepanjang musim itu, Albrighton jadi pelayan setia para penyerang Leicester City. Musim tersebut, Marc Albrighton melepaskan 268 umpan silang, itu jadi yang terbaik musim tersebut. Pemain berusia 33 tahun masih berstatus pemain Leicester hingga sekarang. Namun, kini ia sedang menjalani masa peminjaman ke West Brom hingga akhir musim 2022/23.

Riyad Mahrez

Di sisi sayap lain ada Riyad Mahrez. Pemain yang dijuluki The Magician oleh rekan-rekannya ini jadi sosok penting lain disamping N’Golo Kante. Catatan 11 assist-nya jadi yang terbaik ketiga dan 17 golnya jadi yang terbaik kelima di Liga Inggris musim 2015/16. Catatan itu mengantarkan Mahrez jadi pemain terbaik Liga Inggris musim tersebut.

Penampilan impresifnya itu juga menjadikan Mahrez sebagai pemain terbaik Aljazair dan Afrika tahun 2016. Mahrez masih mengenakan jersey biru tua hingga tahun 2018, sebelum akhirnya berganti dengan jersey biru langit milik Manchester City. Bersama City, permainannya tetap stabil. Ia menjadi andalan Pep Guardiola hingga sekarang.

Shinji Okazaki

Beralih ke sektor penyerangan, sebetulnya ada banyak yang berperan di Leicester musim itu, tapi barangkali ada dua yang paling banyak memberi kontribusi. Salah satunya adalah mantan punggawa Timnas Jepang, Shinji Okazaki. Semangat dan etos kerja Okazaki di musim 2015/16 mengingatkan kita dengan tokoh anime, Captain Tsubasa.

Meski tak mencetak banyak gol, peran utama Okazaki sepanjang musim adalah menarik perhatian bek lawan dan menciptakan ruang untuk pemain lain. Salah satu momen yang paling diingat adalah gol saltonya ke gawang Newcastle pada bulan Maret 2016. Gol tersebut memberikan tiga poin penting bagi tim. Di usia 36 tahun, Okazaki masih bermain di Belgia bersama Sint-Truiden.

Jamie Vardy

Jika Okazaki membuka ruang, Jamie Vardy yang mengisi ruang tersebut. Skema permainan itu membuat Vardy menjadi top skor klub dengan torehan 24 golnya. Catatan tersebut hanya kalah dari Harry Kane yang mencetak 25 gol.

Selain berhasil meraih gelar, Vardy juga memecahkan rekor Ruud van Nistelrooy setelah mencetak 11 gol berturut-turut di liga. Jamie Vardy jadi satu-satunya generasi ajaib yang masih berseragam Leicester. Namun, di usianya yang sudah menginjak 36 tahun performanya kian menurun.

https://youtu.be/no3fYDVaRQ4

Sumber: GMS, ESPN, BRFootball, Premier League, 90min, Libero

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru