Bersamaan dengan hilangnya lagu “Bayar, Bayar, Bayar” milik band Sukatani, ada yang hilang juga dari drawing babak 16 besar AFC Champions League Elite. Klub yang tiba-tiba ngilang itu adalah Shandong Taishan. Padahal klub yang pernah dibela oleh Marouane Fellaini itu finis di urutan delapan klasemen akhir Grup B Wilayah Timur ACL Elite.
Jika sekarang melihat klasemen babak penyisihan ACL Elite, maka kalian akan melihat catatan yang aneh dari Shandong Taishan. Seluruh pertandingan yang telah dimainkan mereka dianggap hangus. Mereka justru menempati urutan buncit dengan jumlah pertandingan dan raihan poin nol.
Usut punya usut, Shandong mengalami desakan untuk mengundurkan diri dari kompetisi antar klub terbesar di Asia ini. Benarkah demikian? Selengkapnya mari kita bahas.
Daftar Isi
Perjalanan Shandong Taishan di ACL Elite
Berbeda dari Shanghai Shenhua yang lolos ke putaran final melalui jalur juara Chinese Super League musim 2024, Shandong melalui jalur khusus. Bersama Al-Gharafa dari Turki, Shabab Al-Ahli dari Uni Emirat Arab, dan Bangkok United dari Thailand, Shandong harus melewati babak play off lebih dulu.
Shanghai masuk play off Wilayah Timur dan harus menghadapi klubnya Pratama Arhan saat ini, Bangkok United. Dalam laga yang berjalan satu leg itu, Shandong dan Bangkok sama kuat. Selama 120 menit laga berlangsung, skor tetap 1-1. Maka dari itu, dilanjutkan ke babak adu penalti. Di babak tos-tosan, Shandong berhasil unggul 4-3 dari Bangkok.
Di babak penyisihan, ada dua grup, Grup A (Timur) dan Grup B (Barat) yang masing-masing beranggotakan 12 klub. Nah, Shandong masuk Grup A. Wakil China itu hanya akan menghadapi delapan tim yang berbeda. Itu mengacu pada format baru yang telah ditetapkan. Fyi aja, Liga Champions Asia telah mengadopsi format dari Liga Champions Eropa musim ini. Sistemnya seperti liga, tapi tak semua tim harus saling berhadapan.
Dalam hal ini, Shandong hanya menghadapi Central Coast, Vissel Kobe, Yokohama F. Marinos, Pohang Steelers, Johor Darul Ta’zim, Kawasaki Frontale, Gwangju FC, dan yang terakhir Ulsan HD. Menghadapi klub-klub tersebut, Shandong tidak terlalu buruk. Setidaknya hingga pekan ketujuh.
Dari tujuh laga yang dimainkan, Shandong mengantongi 10 poin dan bertengger di urutan kedelapan. Sebetulnya, ini posisi aman, mengingat akan ada delapan klub dari setiap grup yang lolos ke babak 16 besar. Namun, semuanya jadi aneh ketika Shandong akan melakoni laga terakhir menghadapi klub Korea Selatan, Ulsan HD.
Undur Diri
Laga Shandong Taishan vs Ulsan HD sebetulnya akan dimainkan pada tanggal 19 Februari di Ulsan Munsu Stadium, Korea Selatan. Namun, beberapa jam sebelum kick off, pihak AFC justru merilis pernyataan resmi yang berbunyi bahwa Shandong mengundurkan diri. Shandong mengabarkan kepada AFC bahwa tim tak bisa melapor dan hadir di stadion untuk melakoni pertandingan.
Alasannya pun bukan karena kendala transportasi atau cuaca buruk. Sebab, skuad Shandong Taishan sudah ada di Korea Selatan sejak sehari sebelumnya. Bahkan, Shandong sudah melakoni jumpa pers dan latihan pra pertandingan. Titik terang baru terlihat beberapa saat setelah keputusan AFC, Shandong mengeluarkan pernyataan resmi terkait keputusan yang mendadak itu.
Klub asal China tersebut memutuskan mundur dengan alasan ketidaknyamanan fisik yang serius pada anggota tim. “Karena ketidaknyamanan fisik yang serius yang dialami anggota tim, tim medis klub menilai bahwa para pemain Shandong tidak cukup fit untuk berkumpul dan berpartisipasi dalam pekan ke-8 Liga Champions AFC melawan Ulsan HD,” tulis pihak klub di akun Weibo mereka.
Di pernyataan itu, Shandong juga mengungkapkan rasa penyesalan karena tidak bisa melanjutkan kompetisi. Tak lupa, Shandong juga mengucapkan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada pihak AFC, penggemar, masyarakat, dan tim tuan rumah, Ulsan HD yang sudah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pertandingan.
Namun, jika diperhatikan lagi, pernyataan dari Shandong itu justru menimbulkan banyak pertanyaan. Sebenarnya apa yang dialami oleh pemain-pemain Shandong? Kondisi medisnya pun tidak dijelaskan secara rinci. Semuanya serba nggantung dan penuh misteri.
Sisi Lain
Sehari kemudian, beberapa media China dan internasional menyorot kasus ini. ESPN jadi salah satu yang mengulas kejadian ini. Menurut laporan mereka, pengunduran diri ini berkaitan dengan aksi fans Shandong di laga sebelumnya yang kebetulan juga melawan wakil Korea Selatan, Gwangju FC.
Laga yang dimainkan di markas Shandong Taishan, Ji’nan Olympic Sports Center, diwarnai dengan aksi tidak pantas yang berbau sindiran politik terhadap masyarakat Korea Selatan. Para fans Shandong membawa dan mengangkat tinggi-tinggi foto Presiden Korea Utara, Kim Jong-un dan mantan Presiden Korea Selatan, Chun Doo-hwan.
Perlu diketahui, dua sosok itu adalah nama aktor politik yang sangat sensitif bagi masyarakat Korea Selatan. Soal gaya kepemimpinan Kim jong-un dan bagaimana hubungan Korea Selatan dan Korea Utara, kalian sudah paham lah ya. Nah, khusus Chun Doo-hwan, dirinya merupakan mantan presiden Korea Selatan era 1980 hingga 1988.
Perlu diketahui, bagi sebagian besar masyarakat Korea Selatan, Doo-hwan dipandang memiliki karakteristik dan gaya kepemimpinan yang tidak jauh dengan Kim. Doo-hwan bahkan mampu mengkudeta pemerintah sebelumnya hanya demi ambisi pribadi. Kisah ini pun diabadikan dalam film yang berjudul 12.12: The Day.
Masih dari sumber yang sama, poster dari dua pemimpin itu telah menyinggung hati masyarakat Korea Selatan. Mereka yang berang pun rumornya sampai mengepung hotel tempat tim Shandong menginap. Di situ, mereka melakukan demonstrasi yang bersifat politis. Mereka menolak keberadaan tim Shandong di Korea Selatan.
Jadi Masalah Besar
Awalnya, keberadaan tim Shandong Taishan di Korea Selatan aman-aman saja. Mereka bisa melakoni beberapa sesi latihan di kamp latihan yang sudah disediakan. Namun, dalam semalam keadaan langsung berubah. Jadi lebih mencekam. Adanya tekanan, intimidasi, dan protes dari masyarakat Korea Selatan membuat tim Shandong Taishan terganggu.
Lantas, mereka menggunakan alasan bahwa ada “penyakit yang menyebar luas di kamp latihan sebagai tameng sekaligus penjelasan kepada pihak AFC. Pihak AFC pun tidak mau ambil pusing. Mereka langsung mengambil keputusan untuk mendiskualifikasi Shandong dari kompetisi.
Masalah ini pun masih terus bergulir bak bola salju. Insiden ini dikabarkan sudah naik ke tingkat diplomatik kedua negara. Bahkan, menurut @HotpotFootball, ada rumor kalau mundurnya Shandong disebabkan ada tekanan dan intervensi dari “orang-orang atas”
Media yang sama juga memberitakan tentang kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa terjadi pasca kasus ini. Tak terkecuali sanksi yang akan diterima oleh Shandong. Berdasarkan aturan Liga Champions Asia, Shandong Taishan berpotensi mendapat denda besar sekitar 50 ribu US Dolar, atau setara Rp814,7 miliar.
Tak cuma itu, Shandong juga bisa dijatuhi hukuman larangan tampil di kompetisi yang diselenggarakan oleh AFC dalam satu atau beberapa musim kedepan. Yang lebih parah, Shandong juga akan dituntut untuk segera mengembalikan semua subsidi kompetisi dan mengganti rugi semua kerugian hak komersial yang terkait.
Mempengaruhi ACL Elite?
Lantas, apakah mundurnya Shandong Taishan berpengaruh pada kompetisi? Sudah jelas. Didiskualifikasinya Shandong membuat susunan klasemen akhir Grup A Wilayah Timur berubah. Shandong yang seharusnya finis di urutan kedelapan, ditendang ke dasar klasemen. Itu karena semua pertandingannya hangus.
Semua hasil yang melibatkan Shandong Taishan dianggap batal demi hukum sebagaimana protokol standar AFC. Artinya, klasemen akhir di Wilayah Timur akan memiliki jumlah pertandingan yang tidak sama. Tiga klub yang tidak bertemu Shandong Taishan di babak penyisihan grup tetap memainkan delapan pertandingan. Sedangkan sisanya, hanya memainkan tujuh pertandingan.
Perubahan yang paling ketara dialami oleh wakil China lainnya, Shanghai Port. Awalnya diperkirakan tidak lolos, tapi jadi lolos karena posisinya naik dari sepuluh ke delapan. Berhubung sama-sama dari China, kelolosan Shanghai bak pertukaran nasib dengan Shandong Taishan.