Apa Akibatnya Jika Banyak Pertandingan Sepakbola Ditunda?

spot_img

Bulan Agustus lalu, manajer Liverpool, Jurgen Klopp pernah mengkhawatirkan padatnya pertandingan sepakbola. Klopp cemas apabila jadwalnya terlalu padat itu akan sangat berpengaruh pada pemain itu sendiri.

Perkataan Klopp tersebut menyoroti bagaimana terlalu banyak agenda pertandingan. Mulai dari Liga Nasional, Piala Dunia, kompetisi interkontinental, Liga Domestik, bahkan Piala Domestik. Belum selesai dengan jadwal yang padat yang mengakibatkan banyak hal, baru-baru ini justru beberapa pertandingan macet.

Kematian Ratu Elizabeth II membuat publik Inggris berkabung. Meski tentu saja, sejatinya yang berkabung hanyalah mereka yang tinggal di pusat kerajaan. Namun, meninggalnya Ratu Elizabeth II juga berdampak pada sepakbola.

Tidak cukup dengan memberi penghormatan khusus jelang laga digelar, tapi EFL dan Liga Primer Inggris turut ditunda. Padahal pihak kerajaan tidak mewajibkan hal itu. Tentu saja, penundaan pertandingan semacam ini sangat beresiko, bahkan bisa berdampak buruk. Jadi, apa akibatnya jika banyak pertandingan sepakbola ditunda?

Masalah Fisik Pemain

Beberapa manajer kenamaan di Liga Inggris pernah memprotes jadwal pertandingan yang sangat padat. Jurgen Klopp, Pep Guardiola, dan Antonio Conte adalah tiga manajer yang secara gamblang mengatakan bahwa pertandingan padat sangat beresiko pada pemain.

Itu saja sudah sangat beresiko, bagaimana dengan pertandingan padat yang ditunda? Dalam laporan The Athletic, dengan kondisi semacam itu, tubuh dan otak pemain dipaksa sampai ke batasnya. Penundaan laga, di tengah gempuran jadwal yang padat bisa berimbas pada masalah fisik pemain.

Seorang ahli fisioterapi dari Marylebone Health Group, Tom Jackson mengutarakan pendapatnya di The Athletic. Pertandingan yang ditunda bisa mengakibatkan jadwal yang semakin padat. Dari jadwal yang padat itu, Tom Jackson bilang hal itu bisa mengakibatkan masalah recovery.

Ia mengatakan, jika pemain memainkan laga tiga setengah hari sekali, misalnya, itu akan memperpendek waktu untuk menyimpan energi. Karena itu, simpanan energi pemain bisa terbatas. Kehilangan kemampuan dan waktu dalam menyimpan energi bisa mengakibatkan mikrotrauma otot.

Sederhananya, otot akan mendapat trauma kecil. Meski begitu, akibatnya lumayan serius. Setiap selesai latihan, mikrotrauma otot ini akan muncul. Hal itu bisa berpotensi menyebabkan kegagalan ligamen, kegagalan tendon, dan kegagalan otot.

Hal itu hanya bisa diantisipasi dengan tidak menghajar pemain dengan laga dan latihan yang sangat keras. Namun, karena laga ditunda, dan itu akan berakibat pada jadwal yang padat, maka yang terjadi latihan berulang, terus melakoni laga, dan menyebabkan periode pemulihan lebih singkat.

Jadi, tubuh belum beradaptasi lagi tapi sudah dibebani kembali. Dan itu pada akhirnya membuat tubuh akhirnya mogok. Akibatnya yang parah, tentu saja cedera.

Mental Pemain Bermasalah

Seorang pembawa acara dalam podcast Inside The Mind of Champions dan juga bekerja dengan Crystal Palace, Jeremy Snape, dilansir The Athletic mengatakan, sepakbola adalah tontonan dengan intensitas tinggi. Maka, untuk itu dibutuhkan pula kinerja yang tak kalah tinggi.

Ada banyak pertunjukkan yang bisa dilihat dalam pertandingan sepakbola di akhir pekan. Kreativitas, chemistry, semangat tim, frustrasi, dan tak jarang juga konflik di atas lapangan. Hal yang semacam itu saja sudah berpengaruh pada mental pemain.

Dilansir The Athletic, seorang psikolog yang pernah bekerja di asosiasi sepakbola Inggris FA, Chris Marshall mengatakan suasana hati pemain bisa kapan saja mengalami fluktuasi. Penyebabnya, salah satunya karena jadwal yang padat.

Ditambah jika pemain tersebut sedang tidak dalam performa yang baik. Pemain diterpa stres. Para pemain itu akan terjebak dalam pertanyaan, “Mengapa saya tidak bermain dengan baik?”. Maka, hal ini mestinya dimanfaatkan ketika kompetisi atau pertandingan ditunda.

Waktu penundaan harus benar-benar dimanfaatkan klub untuk mengistirahatkan pemain. Mengatur tempo latihan dengan tidak terlalu keras mungkin bisa menjadi solusi.

Sebelum ketika laga digelar lagi, para pemain tidak mudah hancur mentalnya menghadapi jadwal yang jelas bakalan padat. Memprioritaskan istirahat dan pemulihan adalah hal yang mutlak dilakukan oleh klub.

Konsentrasi Buyar

Jika poin mental pemain belum selesai, katakanlah klub tidak serius dalam memprioritaskan pemulihan dan istirahat, maka kemampuan kognitif pemain akan berkurang. Parahnya, para pemain sulit untuk menyerap taktik dari pelatih ketika laga benar-benar kembali berlanjut.

Sederhananya, pemain akan kehilangan fokus dan konsentrasi. Buntutnya, kinerja para pemain akan menurun atau bahkan bisa lebih buruk. Karena untuk bisa fokus dan berkonsentrasi, butuh tenaga dan energi yang cukup.

Apabila klub tidak becus dalam mengakomodir pemain. Misalnya, memberi latihan keras secara konstan, itu bisa menyebabkan fisik, tenaga, dan energi pemain gampang tandas. Energi yang tandas ini bisa saja pulih, dengan memberi waktu pemain untuk bertemu keluarga untuk menyegarkan pikirannya.

Namun, itu dilakukan saat tidak ada pertandingan, dan tidak mungkin saat pertandingan mulai padat. Karena kalau jadwal sudah mulai padat, waktu istirahat sudah pasti berkurang. Itu berdampak pada psikologis pemain, dan mereka, sekali lagi, jadi tidak fokus dan sulit berkonsentrasi.

Merugikan Penggemar

Jika banyak pertandingan sepakbola yang ditunda, maka tentu saja yang rugi berikutnya adalah para fans. Coba bayangkan, para penggemar sudah membeli tiket stadion dengan uang mereka. Bermaksud hati untuk menonton pertandingan, tapi justru malah ditunda.

Belum lagi bagi para penggemar yang sudah membeli tiket transportasi, seperti kereta api untuk pertandingan away. Jelas ini akan merugikan fans. Dan keputusan untuk menangguhkan pertandingan bukanlah keputusan yang pro terhadap penggemar.

Maka yang terjadi, para penggemar tentu saja melakukan protes. Asosiasi pendukung sepakbola Inggris, dalam laporan Daily Mail menyatakan rasa protesnya terhadap laga yang ditunda. Ketua Asosiasi Pendukung Sepakbola, Malcolm Clarke seperti dilansir Daily Mail mengatakan bahwa laga Liga Inggris sejatinya tidak perlu ditunda.

Justru ketika tidak ditunda, akan ada sesi penghormatan sakral kepada Ratu Elizabeth II. Selain itu, penundaan pertandingan, menurut Clarke sangat merugikan fans. Apalagi mereka yang sudah membayar tiket.

Ia menyayangkan, pertandingan golf dan kriket saja tidak ditunda, mengapa sepakbola ditunda? Para fans pun menuntut pembayaran upeti atau kompensasi dari tiket yang sudah terbeli. Mereka tidak mau membeli tiket begitu saja tanpa menonton pertandingan yang diinginkan.

Merugikan Klub dan Tim Nasional

Dalam tulisannya di media Inggris, INews, Mark Douglas menulis, penundaan laga bisa membuat penumpukan jadwal di beberapa bulan ke depan, terutama di tahun 2023. Apalagi akan ada kompetisi akbar Piala Dunia yang menyusup di antara bergulirnya liga domestik.

Hal itu bisa membuat klub yang bersangkutan pusing. Jadwal yang padat tentu saja menjadi penyebabnya. CEO perusahaan Orreco dari Irlandia, Brian Moore yang juga bekerja dengan klub seperti Newcastle, Brighton, dan Spurs mengungkapkan ini adalah jadwal yang brutal.

Sementara itu, negara atau tim nasional juga bisa dirugikan. Jadwal yang padat memaksa pemain mengeluarkan kekuatannya sampai mencapai batas. Akibatnya, tak sedikit dari para pemain tampil di bawah performa mereka. Dan tim nasional yang memakai jasa pemain tersebut merugi, karena hanya kebagian sisa-sisa kekuatan pemainnya saja.

https://youtu.be/YNbCpBQ7hxY

Sumber: Inews, Eurekalert, TheAthletic, DailyMail

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru