Kalau ada negara yang hobinya nongkrong di peringkat 10 besar FIFA, negara itu adalah Spanyol. Kemarin saja, mereka bukan hanya nangkring di 10 besar, tapi ngetem di posisi teratas untuk pertama kalinya setelah 11 tahun lamanya. Padahal jika kita telisik lagi, Spanyol nggak selalu juara.
Misal saja di Piala Dunia 2022, La Furia Roja tak membawa pulang trofi. Nah, yang jadi pertanyaan, kenapa Spanyol tidak pernah terdepak dari 10 besar FIFA padahal tidak selalu juara? Apa rahasianya?
Atau, justru timnas yang identik dengan warna merah itu sebetulnya pernah terlempar dari 10 besar FIFA? Mari kita bongkar, siapa tahu ada yang bisa ditiru selain gaya rambut Lamine Yamal.
Daftar Isi
Pernah Turun dari 10 Besar FIFA
Ranking FIFA pertama kali diperkenalkan pada Desember 1992. Setahun berselang, Tim Matador sudah menduduki peringkat lima. Artinya, pada Desember 1993 lah Spanyol untuk pertama kalinya berada di 10 besar. Namun, setahun sebelum EURO 2008, peringkat Spanyol melorot ke posisi 12.
Gelar Piala Eropa yang diraih anak asuh Luis Aragones di 2008 akhirnya menaikkan posisi Spanyol. Malahan terus naik hingga bertahan di 10 besar. Akan tetapi, setelah Piala Dunia 2014, ranking Spanyol justru merosot. Pada Maret 2015, La Furia Roja keluar dari peringkat 10 besar dunia.
Pada waktu itu Spanyol turun di posisi 11, sementara peringkat 10 diambil alih Italia. Yang jadi pertanyaan, kenapa peringkat Spanyol turun?
Gagal Total di Piala Dunia 2014
Alasan pertama karena apa yang terjadi di Piala Dunia 2014. Bisa dibilang Piala Dunia di Brasil adalah salah satu Piala Dunia terburuk La Furia Roja. Kenapa? Karena Spanyol bahkan tidak lolos dari fase grup. Kala itu, Spanyol satu grup dengan Belanda, tim yang mereka kalahkan di edisi sebelumnya.
Selain Belanda, ada Chile dan Australia. Wakil Amerika Selatan dan wakil Asia itu seharusnya menjadi lawan yang mudah bagi La Furia Roja. Tapi Spanyol yang masih dilatih Vicente del Bosque justru bertekuk lutut atas wakil Amerika Selatan. Chile mengalahkan Spanyol dengan skor 2-0 di hadapan penonton yang memadati Maracana.
Sedangkan, Belanda yang tak lagi dilatih Bert van Marwijk malah melakukan sebenar-benarnya balas dendam pada Spanyol. Sakit hati terbalas tuntas setelah di fase grup menghajar Spanyol 5-1. Ya, 5-1 dan satu-satunya gol yang dicetak Spanyol berasal dari titik putih.
Spanyol cuma bisa menang dari Australia. Ini sekaligus Piala Dunia terburuk Spanyol sejak 1998. Tapi apa cuma karena hasil mengecewakan di Brasil yang membuat La Furia Roja melorot rankingnya?
Poin Kadaluwarsa dan Generasi yang Habis
Tidak. Spanyol sebenarnya mendapat banyak poin setelah menjuarai Piala Dunia 2010. Namun, poin yang didapat saat itu kadaluwarsa. Jadi tidak bisa ikut dihitung dengan perolehan poin yang didapatkan setelah itu. Benar, poin FIFA ada masa kadaluwarsanya, yaitu empat tahun.
Sistem poin FIFA sebelum 2018 akan berkurang secara bertahap tiap bulannya. Kalau baru setahun poin yang didapat masih bisa digunakan sepenuhnya. Namun, jika sudah 12 hingga 24 bulan sejak poin didapatkan, bobot poin akan berkurang 50%. Kemudian bobotnya berkurang lagi 30% jika sudah melewati 24 sampai 36 bulan .
Lalu berkurang lagi hanya 20% persen yang dipakai setelah 36 hingga 48 bulan. Ini juga berlaku bukan hanya poin yang didapat di Piala Dunia, melainkan semuanya. Maka dari itu, walaupun Spanyol menjuarai EURO 2012, bobot poin terus berkurang sampai membuat Spanyol terdepak dari 10 besar pada Maret 2015.
Selain poin yang lenyap, generasi Timnas Spanyol saat itu juga mulai dimakan zaman. Para pemain andalan di Piala Dunia 2010 dan EURO 2012 perlahan kehabisan tenaga. Para gelandang seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, maupun Xabi Alonso mengalami penurunan performa.
Itu ditambah gaya main tiki-taka yang sudah ditemukan obatnya. Louis van Gaal yang dikenal oportunis dan suka bermain lebih direct berhasil menewaskan strategi tiki-taka Del Bosque di Piala Dunia 2014. Akan tetapi, Spanyol sanggup kembali ke 10 besar persis sebulan setelah merosot ke posisi 11.
Kembali ke 10 Besar
Hal itu karena negara-negara lain di atasnya mengalami dekadensi. Setelah masuk 10 besar kembali, Spanyol tak lagi turun dari sana. Bahkan hingga narasi ini ditulis. Artinya 10 tahun atau satu dekade Spanyol tidak pernah keluar dari 10 besar pemeringkatan FIFA. Dan tampaknya itu akan bertahan hingga 10 tahun lagi. Lalu pertanyaannya, kok bisa?
Setelah keruntuhan di Piala Dunia 2014, Spanyol coba menstabilkan tim. La Furia Roja tidak cuma mengandalkan pemain-pemain yang menjuarai Piala Dunia 2010 dan EURO 2012. Para pemain lawas seperti Sergio Ramos hingga Andres Iniesta dielaborasi dengan sejumlah nama baru. Ketika memasuki turnamen akbar seperti EURO 2016, nama-nama baru ikut muncul.
Spanyol bahkan tidak lagi mengandalkan Iker Casillas di mulut gawang karena ada penerusnya, yaitu David de Gea. Sejak gabung Manchester United pada 2011, penampilan De Gea terus menanjak, termasuk mampu menjuarai Liga Inggris musim 2012/13. Hal itu membuatnya bisa menggeser posisi Casillas.
Sementara di lini depan tidak ada lagi nama David Villa atau Fernando Torres. Keduanya digantikan sosok yang lebih mudah seperti Alvaro Morata. Namun, ini bukan hanya soal regenerasi. Di sejumlah turnamen, Spanyol juga kembali ke shiratal mustaqim, jalan yang lurus. Dan yang paling penting: konsisten. Apa buktinya?
Tak Pernah Absen di Turnamen Besar
Spanyol selalu mengumpulkan banyak poin FIFA dari turnamen besar, bahkan sejak babak kualifikasi. Ambil contoh di Piala Eropa 2016. Spanyol yang satu grup dengan Slovakia, Ukraina, Belarus, Luksemburg, dan Makedonia Utara tampil mengagumkan. Mereka mengumpulkan 9 kemenangan dan cuma kalah sekali.
Spanyol lalu melaju ke putaran final dan lolos ke 16 besar, sebelum kalah dari Italia. La Furia Roja memang kalah dari Gli Azzurri di partai tersebut, namun soal konsistensi ikut turnamen besar, Spanyol unggul. Spanyol tak pernah absen di Piala Dunia 2018, EURO 2020, hingga Piala Dunia 2022.
Sementara Italia tidak. Gli Azzurri absen di dua Piala Dunia beruntun, edisi 2018 dan 2022. Bukan hanya dari Italia, Spanyol juga lebih baik dari Belanda yang gagal ke Piala Dunia 2018 dan tak main di EURO 2016. Di edisi itu, Belanda tidak lolos, justru yang lolos adalah Islandia, tim yang memberi kejutan karena bisa sampai ke perempat final.
Jadi boleh dibilang dengan tampil maksimal sejak kualifikasi, Spanyol cukup cerdik mendulang poin FIFA. Poin FIFA di babak kualifikasi turnamen besar seperti EURO maupun Piala Dunia bobotnya lebih besar dari sekadar pertandingan persahabatan. Ditambah sejak 2018, tidak ada penghapusan poin karena FIFA menerapkan sistem Elo.
Mereka juga tidak cuma melaju ke putaran final, tapi konsisten lolos ke babak gugur. Misalnya, di Piala Dunia 2018 dan 2022, Spanyol sukses ke 16 besar. Di Kejuaraan Eropa 2016, Spanyol ke 16 besar, empat tahun setelahnya lolos ke semifinal. Malahan pada edisi 2024, Spanyol meraih gelar EURO keempatnya.
Spanyol Adalah Sumur Bakat
Kenapa Mimin yakin Spanyol akan tetap berada di 10 besar bahkan hingga 10 tahun lagi? Jawabannya karena regenerasi. Spanyol itu sumur bakat yang kapan pun bisa ditimba. Tengoklah kerangka tim ini sekarang yang hampir mirip dengan kekuatan Spanyol saat menjuarai Piala Dunia 2010.
Ada Martin Zubimendi yang dianggap sebagai The Next Sergio Busquets. Pedro Gonzalez Lopez yang mirip Andres Iniesta. Pedri bukan dari La Masia tapi bermain seperti jebolan La Masia. Mantan pemain Timnas Spanyol, Vicente Engonga malah menyebut Pedri bisa lebih baik dari Iniesta.
Tentu kita juga tak boleh lupa pada Lamine Yamal. Mas Kipli yang bikin Nicki Nicole lupa diri. Yamal ini secara gaya bermain justru mirip Messi atau Neymar. Yamal mengandalkan bakat alami yang itu, bisa bikin pemain lawan patah pinggang. Bola bisa lengket betul kalau sudah di kaki Yamal.
Selain pemain yang beregenerasi, taktik Spanyol juga kian berkembang. Tiki-taka dan penguasaan bola tak ditinggalkan, namun ditambah berbagai sentuhan variatif. Di tangan Luis de La Fuente, Spanyol bermain lebih agresif dengan tekanan dan intensitas yang tinggi. Strategi yang mengantarkan Spanyol ke gelar UEFA Nations League 2023 dan EURO 2024.
Sumber: ESPN, TBSNews, SpanishProFootball, APNews, YahooSports, FIFA, Fox29