Tampil ganas bersama Aston Villa, cetak gol-gol spektakuler, dan sempat masuk radar Barcelona, Chelsea, hingga Real Madrid, Jhon Duran, pemain muda potensial itu justru memilih Al-Nassr sebagai kelanjutan karirnya. Menurut beberapa laporan, banderol 77 juta euro yang dipatok Villa jadi angka yang dibayar oleh klub Arab Saudi itu.
Dengan begitu, Villa sudah menerima lebih dari 120 juta euro dari penjualan pemain ke Arab Saudi. Sebelumnya Al-Ittihad sudah membayar 60 juta euro untuk mengamankan tanda tangan Moussa Diaby. Jelas, dua transfer itu jadi tambahan uang yang sangat berarti bagi Villa. Namun, mengapa harus mereka?
Duran berusia 21 tahun, sedangkan Diaby 25 tahun. Ini di luar kebiasaan klub Liga Arab. Mereka biasanya lebih tertarik pada pemain-pemain mega bintang berusia matang. Lantas, apa yang mendasari perubahan strategi transfer ini?
Daftar Isi
Eksodus Pemain Mega Bintang
Dalam kurun dua tahun terakhir, Liga Arab Saudi berhasil membranding diri mereka sebagai liga yang gagah dan berani. Mereka berani membayar mahal pemain-pemain bintang Eropa demi tampil gagah di hadapan penikmat sepakbola Asia, bahkan dunia.
Meski sebelumnya sudah ada beberapa pemain top yang berkiprah di Arab Saudi, Cristiano Ronaldo disinyalir jadi pembuka jalan bagi klub-klub lain untuk merayu pemain-pemain incarannya. Setelah Ronaldo, banyak pemain-pemain hebat yang memilih untuk hijrah ke Arab Saudi daripada terus berkarir di level teratas.
Sebut saja pemain-pemain macam N’Golo Kante dan Edouard Mendy yang pindah dari Chelsea, Karim Benzema yang langsung pindah ke Al-Ittihad setelah tampil gacor bersama Real Madrid. Hingga puncaknya, ada Al-Hilal yang berhasil membujuk Neymar untuk mengubur mimpinya meraih Ballon d’Or.
Eksodus pemain yang datang dari tanah Eropa, semuanya punya nama besar. Mereka pun memiliki reputasi yang tak bisa dianggap remeh. Trofi Liga Champions atau trofi Piala Dunia juga pernah mereka raih. Namun, bukan itu saja persamaan mereka. Pemain-pemain yang didatangkan sama-sama di penghujung karirnya.
Mulai Datangkan Pemain Muda
Nah, strategi transfer yang begitu lambat laun mulai berkurang. Terutama saat memasuki bursa transfer musim panas 2024. Al-Hilal bahkan hanya mendatangkan satu pemain bintang, yakni Joao Cancelo dari Manchester City. Sisanya, pemain-pemain muda Brazil atau pemain muda lokal dari Arab Saudi.
Al-Ittihad lebih keren lagi. Mereka lebih banyak mendatangkan pemain bintang ketimbang Al-Hilal. Namun, mereka berani berinvestasi pada pemain-pemain berusia emas. Selain Moussa Diaby, ada Steven Bergwijn dan Houssem Aouar yang berusia 26 tahun. Al-Ittihad bahkan berani berinvestasi pada bek muda Boca Juniors yang berusia 19 tahun, Isaias Rodriguez.
Langkah yang sama juga dilakukan klubnya Bang Dodo, Al-Nassr. Di musim panas 2024, mereka mendatangkan Mohammed Simakan yang masih berusia 24 tahun dari RB Leipzig. Lalu, ada Angelo dari Chelsea dan Wesley dari Corinthians yang sama-sama berusia 19 tahun. Al-Nassr pun konsisten melakukannya di bursa transfer musim dingin kemarin, dengan mendatangkan Jhon Duran dari Aston Villa.
Ini jadi perubahan strategi transfer yang cukup ekstrim dilakukan oleh Liga Arab Saudi. Langkah ini bahkan langsung jadi pembahasan di media-media internasional. Mereka cenderung menyayangkan pemain muda potensial yang justru pindah ke Arab Saudi. Padahal, banyak fans-fans yang menantikan perkembangan karir mereka di Eropa.
Kehadiran Michael Emenalo
Lantas, apa yang membuat Arab Saudi tiba-tiba mengubah strategi transfernya? Ada beberapa faktor yang mendorong fenomena ini terjadi. Salah satunya adalah kehadiran Michael Emenalo sebagai direktur olahraga Saudi Pro League. Pria asal Nigeria itu datang pada awal musim 2023/24.
Jika kalian belum familiar dengan orang ini, Michael Emenalo dulunya juga seorang pesepakbola. Namun, karirnya cuma gitu-gitu aja. Karir Emenalo justru kian melejit usai pensiun tahun 2000. Emenalo sukses jadi sosok di belakang layar Chelsea. Tahun 2007, dirinya direkrut oleh Chelsea untuk menjadi head of scouting. Gael Kakuta, Daniel Sturridge, dan Nemanja Matic jadi contoh pemain yang masuk radarnya kala itu.
Dirinya sempat menjadi asisten pelatih Carlo Ancelotti dan direktur teknis juga di Chelsea. Total, 10 tahun Emenalo mengabdi untuk The Blues sebelum akhirnya direkrut oleh AS Monaco pada tahun 2017. Di sana, Emenalo mengemban peran sebagai direktur olahraga dan menciptakan sistem transfer yang brilliant.
Kala itu, Monaco disulap menjadi klub yang mampu menjual pemain-pemainnya dengan harga tinggi. berhasil menjualnya ke klub-klub top Eropa. Transaksi fantastis Kylian Mbappe ke PSG, Thomas Lemar ke Atletico Madrid, dan Fabinho ke Liverpool terjadi di era kepemimpinannya.
Nah, dengan latar belakang yang kuat dalam mengurus transfer pemain dan pencarian bakat pemain muda, Emenalo berusaha menciptakan ekosistem yang serupa di Liga Arab Saudi. Dirinya berambisi ingin mengubah wajah Liga Arab Saudi yang kini lebih dikenal sebagai liga pensiunan menjadi liga yang lebih kompetitif secara permainan dan memiliki pondasi yang berkelanjutan untuk masa depan liga
Regulasi Baru
Untuk mewujudkan itu, Michael Emenalo mengubah beberapa regulasi. Salah satu yang diubah adalah soal regulasi pemain asing. Untuk musim 2024/25, Liga Arab Saudi membolehkan setiap klub memiliki sepuluh pemain asing. Ini bertambah dari yang sebelumnya cuma delapan.
Namun, dua dari sepuluh itu harus pemain-pemain muda. Kalau bisa, pemain yang kelahirannya lebih muda dari tahun 2003. Dalam hal ini, berarti batas maksimalnya adalah pemain yang berusia 21 tahun di tahun 2024. Selain jumlah pemain asing, Emenalo juga mengurangi jumlah skuad secara keseluruhan.
Awalnya, setiap tim di Liga Arab Saudi bisa memiliki skuad yang berisikan lebih dari 30 pemain. Namun, sekarang hanya boleh maksimal 25 pemain. Mereka bisa menambahkan pemain lagi, namun dengan satu syarat. Pemain yang didaftarkan harus berusia di bawah 21 tahun. Keputusan ini bertujuan untuk mendorong klub agar lebih fokus pada kualitas daripada kuantitas dalam tim mereka.
Bisnis dan Pengembangan Liga
Dengan menerapkan perubahan ini, Liga Pro Saudi berharap kompetisi bisa mencapai keseimbangan antara menarik bintang internasional berpengalaman dan mengembangkan beberapa sektor penting di persepakbolaan Arab Saudi. Salah satunya adalah meningkatkan tingkat kompetitif di liga.
Jika nantinya klub berisikan mayoritas pemain muda, maka usia skuadnya akan lebih panjang. Tidak seperti saat diisi oleh pemain-pemain veteran. Mereka memang pemain yang punya banyak penggemar. Tapi, mereka hanya bisa bermain selama satu atau dua musim saja. Menghadirkan lebih banyak pemain muda juga akan berpengaruh pada bisnis transfer pemain.
Seperti Al-Ahli yang mendatangkan rising star PSV Eindhoven, Matteo Dams dengan mahar 10 juta euro. Dams yang masih berusia 20 tahun lebih murah secara harga, ketimbang pemain veteran. Nah, Al-Ahli berharap Dams bisa menunjukan performa bagus dan bisa dijual dengan harga yang lebih mahal di kemudian hari.
Pemainnya Kok Mau?
Dari sudut pandang pemain, bermain di liga yang jauh dari Eropa juga penuh dengan resiko. Apalagi bagi pemain muda yang seharusnya membangun reputasi di pentas tertinggi sepakbola Eropa. Namun, di sisi lain ada paham di mana “mumpung masih muda” mereka berani mengambil resiko tersebut.
Demi apa? Ya demi gaji tinggi, fasilitas kelas wahid, dan popularitas di negeri orang. Tak bisa dipungkiri, meski berusia muda, mereka tetap berstatus pemain asing. Mereka akan mendapatkan fasilitas terbaik di Arab. Selain itu, ada juga yang rela menjual karir di usia muda demi bermain dengan sang idola.
Jhon Duran jadi yang terkenal dengan alasan itu. Ia sangat mengidolai Cristiano Ronaldo. Maka dari itu, ia menerima pinangan Al-Nassr demi bisa satu tim dengan sang idola. Duran merasa ini jadi kesempatan yang tidak datang dua kali. Sebab, usia Ronaldo sudah tidak muda lagi. Ia bahkan sudah mempertimbangkan untuk pensiun. Hmmm, masuk akal juga ya alasan Duran. Karir Eropa masih bisa dibangun kembali. Main sama Ronaldo, kapan lagi?
Sumber: The Guardian, Goal, Inside World Football, World Soccer Talk