Fitnah yang Mengantarkan Andre Onana ke Final Liga Champions

spot_img

Satu tahun lalu, namanya sempat lenyap karena kasus doping. Namun kini Andre Onana kembali jadi perbincangan di jagad media sosial. Selain karena penampilan luar biasanya di final Liga Champions, palang pintu terakhir Timnas Kamerun itu jadi buah bibir lantaran sedang dirumorkan bakal bergabung dengan raksasa Inggris, Manchester United.

Untuk kembali jadi perbincangan, Onana perlu melewati jalan yang berliku. Bahkan Onana pernah digempur oleh hinaan dan fitnah sewaktu tersandung kasus memalukan tersebut. Kini dirinya kembali bangkit bersama Inter Milan. Lantas, bagaimana kisah Onana berjuang di tengah keterpurukan itu?

Berjuang di Eropa

Andre Onana merupakan penjaga gawang didikan La Masia. Namun, nasibnya kurang mujur lantaran gagal menembus skuad utama Barcelona. Kegagalan itu membuatnya frustrasi. Untungnya ia memiliki kakak yang sangat mendukung karirnya.

Hidup di keluarga yang tak berkecukupan, Onana menggantungkan hidupnya kepada sang kakak yang juga seorang pesepakbola profesional, Nnana Onana. Jika kalian masih ingat, Nnana Onana sempat lama berkarir di Indonesia. Tepatnya di Persikad Depok awal 2000-an.

Lantaran sayang pada sang adik, Nnana pun selalu menyisihkan gajinya untuk membeli fasilitas penunjang karier Onana. Ia tak mau adiknya itu hanya bermain di liga amatir seperti dirinya. Sarung tangan hingga sepatu bola yang dipakai Onana sewaktu di La Masia adalah pemberian dari sang kakak. 

Berkat dukungan dari kakaknya, Andre Onana kembali bersemangat untuk terus meniti karir di Eropa. Tak mendapat jaminan bermain di skuad utama, ia hijrah ke Belanda untuk bergabung dengan Ajax. Onana ingin menimba ilmu di sana. Klub yang bermarkas di Amsterdam Arena itu dikenal bak Kawah Candradimuka bagi pemain-pemain muda. 

Langkah yang diambil Onana terbilang tepat. Bersama Ajax, performa pemain asal Kamerun itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Semusim bermain apik bersama tim cadangan, Onana dipanggil oleh pelatih Ajax saat itu, Peter Bosz untuk memperkuat tim utama tahun 2016.

Kecerobohan

Nama Onana kian menggema di persepakbolaan Eropa kala ditangani oleh Erik Ten Hag setahun kemudian. Onana dididik menjadi penjaga gawang modern yang tak hanya jago menepis bola, melainkan piawai terlibat dalam permainan. Bersama Ten Hag, ia meraih berbagai prestasi di kompetisi domestik, termasuk tiga trofi Eredivisie.

Namun ketika berada di puncak karir, musibah pun datang. Pada Oktober 2020 Onana terkejut bukan main saat mendapat kabar dari tim dokter Ajax kalau dirinya tak lolos tes doping yang rutin dilakukan oleh klub. Kabar tersebut bahkan sudah didengar oleh pihak UEFA. Menurut peraturan anti-doping yang ada, Onana terancam sanksi berupa larangan bermain dan denda jutaan euro dari UEFA. 

Ini merupakan pukulan telak bagi Onana. Selama ini, ia selalu menjaga kondisi badannya dengan baik. Ia selalu mengontrol asupan yang masuk ke tubuhnya. Penjaga gawang berusia 25 tahun itu paham kalau atlet profesional harus menghindari minum-minuman keras, rokok, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Setelah diingat-ingat, Onana baru sadar kalau beberapa hari lalu ia mengkonsumsi obat karena terbangun dengan keadaan pusing. Nah, obat itulah biang keladinya. Yang diminum Onana ternyata bukan obat sakit kepala, melainkan obat khusus milik kekasihnya yang sedang hamil. 

Menurut tim kesehatan Ajax, obat yang diminum Onana mengandung furosemid, zat terlarang yang bisa meningkatkan performa tubuh. Onana pun terduduk lemas. Tapi ia yakin Ajax akan menolongnya karena ini murni sebuah keteledoran. 

Hinaan dan Fitnah

Onana pun meminta pertolongan klub untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga. Onana menjelaskan ke Ajax kalau sama sekali tak bermaksud untuk curang. Ini murni sebuah kecerobohan. Sayangnya, Ajax tak menerima alasan tersebut. Melalui CEO Ajax, Edwin van Der Sar, menyampaikan kalau klub mengharamkan segala jenis obat yang digunakan untuk meningkatkan kinerja pemain. 

Pihak Ajax mendukung keputusan UEFA untuk memberikan sanksi kepada siapa pun yang melanggar, termasuk pemainnya sendiri. UEFA pun menjatuhi sanksi larangan bermain selama 12 bulan kepada Andre Onana. Ia dilarang membela Ajax dan Timnas Kamerun. Padahal saat itu Kamerun tengah berjuang di ajang Kualifikasi Piala Dunia zona Afrika.

Onana sebenarnya bisa menerima sanksi tersebut. Namun, ia sulit menerima imbas kasus tersebut. Tepat setelah Ajax mengeluarkan pernyataan resmi, beberapa media lokal dan internasional langsung menggoreng berita ini. Headline-headline yang tertulis di halaman utama terkesan mengada-ada dan cenderung menghina Onana.

Mengutip The Player Tribune, media-media memberitakan kalau Onana merupakan seorang pecandu narkoba. Beberapa media lain juga memberitakan kalau Onana adalah seorang pecundang yang menghalalkan segala cara untuk menang. Semua fitnah dan hinaan itu sungguh menyayat hatinya. 

Image baik yang sudah ia bangun selama ini hancur gara-gara fitnah tersebut. Beberapa oknum fans Ajax juga mengolok-olok Onana dengan kata-kata tak pantas. Perlakuan tersebut membuat Onana sedih. Ia tak menyangka kesalahan kecil bisa jadi masalah sebesar ini.

Dilepas Ajax

Masalah yang datangnya bersamaan membuat mental Onana terganggu. Ia sempat menepi dari lapangan hijau untuk meredakan amarah, kekecewaan, dan kesedihan yang campur aduk di dalam pikirannya. Onana merasa pengorbanannya selama ini sia-sia hanya karena sebutir obat.

Singkat cerita, 12 bulan sudah terlewati. Pada awal tahun 2022 Onana senang bisa kembali ke tim utama Ajax. Tapi ketika ia datang, situasinya sudah berubah. Posisinya tergantikan oleh kiper veteran Remko Pasveer yang dinilai apik ketika mengisi kekosongan yang ditinggalkannya. Tak ada harapan lagi untuk mengisi pos penjaga gawang utama Ajax saat itu.

Meski begitu, Onana mengharapkan kesempatan kedua di Ajax. Di akhir masa kontraknya pada Juli 2022, ia masih ingin bertahan. Namun, tawaran yang diberikan klub tak sesuai dengan ekspektasinya. Boleh jadi kasusnya telah mempengaruhi cara pandang klub kepadanya.

Tak menemui kesepakatan, akhirnya Onana pun hengkang dengan status bebas transfer. Memiliki riwayat doping, tak banyak klub yang menginginkannya. Namun, tidak dengan Inter Milan. Pihak Nerazzurri merasa Onana masih memiliki potensi. Toh usianya masih muda sehingga bisa jadi penerus Samir Handanovic yang sudah termakan usia.

Menuju Final Liga Champions

Onana pun menyepakati kontrak lima tahun dengan Inter Milan. Dari Belanda, ia menyeberang ke Negeri Pasta guna membangkitkan kembali karirnya. terlepas dari lingkungan toxic, Onana dengan cepat beradaptasi di Italia. Performanya membuat Inter yakin tak salah menunjuknya sebagai suksesor Handanovic.

Sambutan positif dari ultras La Beneamata dan dukungan penuh dari keluarga membantu Onana menemukan kembali kepercayaan dirinya. Ketika kepercayaan diri sudah kembali, Onana membuktikan kalau dirinya masih jadi salah satu penjaga gawang terbaik di Eropa.

Kehebatan Onana dalam menjaga gawang membuat tim asal Kota Milan itu jadi kesebelasan yang sulit dikalahkan. Bahkan Onana jadi pemain kunci Inter Milan di Liga Champions. Ia mengantongi delapan clean sheet dari 13 pertandingan untuk mengantarkan timnya itu menuju final.

Sayangnya, beberapa penyelamatan indah di partai puncak tak mampu menghindarkan Inter dari kekalahan. Meski begitu, bermain di laga final Liga Champions merupakan sebuah pencapaian yang tak pernah terbayangkan oleh Onana sebelumnya. Jika tak dikhianati oleh Ajax, mungkin Onana tak akan pernah merasakan atmosfer final Liga Champions.

Sumber: The Player Tribune, The Athletic, Goal, The Sun, 90min

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru