Meskipun Persib Bandung berhasil menang 2-0 melawan Persija Jakarta, terjadi kericuhan di akhir pertandingan di Stadion Si Jalak Harupat. Kericuhan tersebut merupakan lanjutan dari kegaduhan yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Bobotoh memang sempat menggeruduk Graha Persib untuk menyuarakan aspirasinya.
Namun, sebenarnya ada apa? Kok bisa-bisanya sebuah klub malah berkonflik dengan suporternya sendiri. Padahal Maung Bandung baru saja menjadi juara musim lalu. Untuk itu, mari kita coba bedah sama-sama.
Konflik Persib Bandung dan Bobotoh
Sehari sebelum laga Persib menjamu Persija digelar, jauh di Argentina sana, juga terdapat laga besar antara Boca Juniors dan River Plate. Duel klasik yang digadang lebih agung dari duel sepak bola yang ada di seluruh muka bumi ini berakhir untuk kemenangan River Plate. Gol tunggal legenda West Ham United, Manuel Lanzini, berhasil membuat fans Boca terdiam di rumahnya sendiri.
Sudah bisa ditebak seperti apa reaksi fans Boca. Mereka marah dan kecewa. Gampangnya, semisal Indonesia kalah tipis lawan Malaysia, di laga penting semisal final, dan Indonesia mencetak gol tapi malah dianulir oleh wasit, kalian bakal kecewa berat bukan? Nah seperti itu yang dirasakan fans Boca.
Mereka mengomeli para pemain Boca yang berjalan ke lorong stadion. Siapa pun, mau tua hingga muda, mau laki-laki mau perempuan, semuanya mengomeli pemain. Hingga pada satu titik, kiper Boca, Sergio Romero, tak tahan dan malah mendatangi serta menantang seorang perempuan di atas tribun.
Coba tebak apa reaksi yang dilakukan manajemen Boca? Menghukum dan melarang suporternya untuk masuk ke La Bombonera untuk selamanya? Jelas tidak. Boca malah menghukum Sergio Romero. Dirinya dihukum dua kali pertandingan tak boleh main. Sebab, Boca sadar, yang membuat mereka besar adalah para fans. Tanpa fans, mereka hanya klub tarkam yang bisa dibantai puluhan gol oleh River Plate.
Nah, kurang lebih seperti ini yang sama terjadi pada Bobotoh dan Persib Bandung. Kericuhan yang terjadi pada laga melawan Persija, tak ada hubungannya dengan Persija. Bobotoh lebih kecewa dengan pihak Persib, ketimbang harus susah payah untuk membenci Persija. Saking kecewanya, dua hari sebelum laga melawan Persija mereka sampai mendemo Graha Persib.
Memangnya mengapa mereka mendemo Persib? Bobotoh mendemo Persib sebagai respons dari kejadian yang terjadi setelah laga melawan Port FC. Kejadiannya mirip seperti yang terjadi pada fans Boca. Bedanya, pada kasus Bobotoh, ia malah diseret masuk ke dalam lorong stadion. Bobotoh yang diseret ini mengaku bahwa dirinya mendapatkan kekerasan dan ancaman dari pemain serta staf. Tak hanya itu, disebutkan pula terjadi kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh petugas steward.
Nah, tujuan Bobotoh berdemo adalah untuk meminta kejelasan pihak Persib apakah hal tersebut benar-benar terjadi. “Apa benar Henhen dan Kakang menarik korban ka kamar ganti? Apa benar di kamar ganti dokter Rafi Ghani nalapung korban?” tanya jurnalis kawakan, Zen Rahmat Sugito, sebagai salah satu orator, dikutip dari Tribunnews.
Tuntutan Bobotoh tidaklah rumit, yakni jika memang benar, mereka meminta pihak Persib untuk segera menindak. Dan jika memang tidak terjadi, ya, silakan juga buka seperti apa yang sebenarnya terjadi. Namun, karena pihak Persib dianggap terlalu berputar-putar terkait masalah ini, akhirnya kemarahan Bobotoh meluap setelah laga melawan Persija.
REAKSI SEBELUMNYA 🔙
Sebelum momen pelemparan bendera, Sergio Romero diteriaki umpatan oleh seorang perempuan yg juga fans Boca.
Romero tak tinggal diam dan menyebrang ke tribun untuk bertemu perempuan itu sebelum dipisahkan pihak keamanan.https://t.co/39SdMGYefW https://t.co/P9a0fHmNQC
— MEDIO CLUB ID (@medioclubID) September 22, 2024
Bobotoh Bakal Disingkirkan?
Sebagai salah satu jurnalis kenamaan dan juga pecinta Persib Bandung, Zen RS, mengeluarkan unek-uneknya mengenai apa yang terjadi pada klub kesayangannya. Ia menganggap bahwa pihak klub ingin mencoba mencabut Persib dari suporternya sendiri.
Manajemen merasa kesulitan untuk mengembangkan bisnisnya jika selalu mendapatkan perlawanan. Menurutnya, hal ini pula yang pada akhirnya melahirkan Bali United sebagai sebuah jalan keluar.
Persib merupakan salah satu klub dengan basis suporter besar dan mengakar. Persib tak bisa dipisahkan dari suporternya. Ini sudah kadung menyatu dengan warga dan kehidupannya. Layaknya orang Surabaya dengan Persebaya, Jakarta dengan Persija, dan Medan dengan PSMS. Memisahkan keduanya pasti akan menimbulkan sebuah perlawanan besar.
Masalahnya, dalam beberapa tahun terakhir, manajemen Persib dirasa seperti sedang perlahan mencabut Persib dari akarnya. Salah satunya adalah dengan pergantian identitas berupa tanggal lahir. Perubahan ini dianggap dilakukan secara sepihak. Diskusi terkait kekisruhan ini tak diwadahi dengan baik sehingga terkesan menyingkirkan suporter dan warga masyarakat sekitarnya. Manajemen seakan membiarkan masalah begitu saja agar suporter jengah, lalu pergi, dan kemudian diganti dengan yang lebih terkendali.
Tak hanya itu, sebelum kisruh tersebut, Bobotoh juga kecewa dengan manajemen Persib yang tak mengusut tragedi Stadion GBLA. Manajemen dianggap membiarkan kasusnya menguap di udara.
Selain itu, protes soal kenaikan harga tiket juga tidak ditanggapi dengan becus oleh manajemen. Bobotoh memang beberapa kali memprotes soal tiket. Mereka menganggap fasilitas GBLA saat itu, tak layak dihargai dengan harga yang terlampau tinggi.
Padahal apabila manajemen Persib mau, mereka bisa saja meniru klub-klub Jerman. Klub-klub Jerman bisa berjalan beriringan dengan suporter. Bahkan mereka memberikan setengah sahamnya untuk suporter. Tapi bisnis mereka tetap berjalan, dan keinginan suporter juga bisa dipenuhi. Kuncinya? Sederhana, yakni komunikasi.
Klub Indonesia memang lebih cocok meniru model bisnis klub Jerman. Sebab, keduanya punya basis suporter yang relatif besar. Alih-alih meniru model bisnis klub Inggris yang setiap pertandingannya lebih banyak diisi oleh para turis. Sementara suporter dan warga lokal tersingkirkan.
Persib vs Bobotoh 🤔 pic.twitter.com/8aBPpjKNxb
— PanditFootball.com (@panditfootball) September 24, 2024
Apakah Aksi Protes Seperti Ini Pernah Terjadi?
Lantas, apakah protes-protes seperti yang dilakukan pernah terjadi sebelumnya? Ya jelas pernah. Bahkan di sepak bola Eropa yang dianggap maju sekalipun. Pada beberapa kasus malah berjalan lebih brutal dan mengerikan. Namun, di sana tak sampai memakan korban jiwa. Kok bisa? Sebab, pengamanan pertandingan di sana hanya menggunakan pasukan pengurai masa, alih-alih menggunakan kekerasan seperti gas air mata.
Di Belanda, fans Ajax pernah melakukan aksi yang sangat brutal sebagai protes mereka terhadap manajemen. Mereka menyerbu kantor klub dan merusak segala sesuatu yang mereka temui. Hal ini terjadi pada September 2023.
Kekalahan pada laga sengit melawan sang rival, Feyenoord hanyalah pemicu. Akar masalahnya adalah ketidakbecusan manajemen mengelola klub. Mulai dari kasus Marc Overmars, kepergian Erik ten Hag, hingga berujung dengan merosotnya prestasi klub.
Sementara di Jerman, demo terkait suporter merupakan hal yang jamak terjadi. Demo sepertinya sudah jadi tabiat dan kegiatan rutin yang dilakukan oleh para suporter. Mulai dari demo menggunakan mobil-mobilan, mengunci gawang, hingga meneror lapangan dengan bola tenis.
Dari sekian banyaknya aksi protes terhadap manajemen ada satu yang cukup fenomenal, yaitu aksi yang dilakukan oleh fans Hamburg SV. Pada laga terakhir sebelum Hamburg terdegradasi, mereka menghujani lapangan dengan suar. Kabut asap mengepul tebal di lapangan sehingga pertandingan dihentikan. Semua aksi ini merupakan bentuk kekecewaan kepada manajemen yang dianggap gagal menjalankan klub.
Meskipun terlihat mencekam, aksi suporter Hamburg ini terbilang aman. Sebab, pihak keamanan hanya menjaga aksi mereka agar tak melebar ke mana-mana. Pun orang-orang di stadion, mereka juga menikmatinya dengan santai. Tak menganggapnya kampungan atau apa. Sebab mereka sadar, demonstrasi merupakan cara agar aspirasi mereka didengar.
16.02.2024🇩🇪FC Koln ultras throwing a lot objects,also remote controlled mini cars to protest against DFL investors https://t.co/Fjy3xrlEmQ pic.twitter.com/631O3ffjWE
— Hooligans.cz Official (@hooliganscz1999) February 17, 2024
https://youtu.be/kirjU1ffYsY
Sumber: Tribunnews, Goal, The Guardian, Daily Mail, dan DW