Sejatinya, seorang pejabat publik seharusnya memiliki kualitas berbicara yang melebihi orang-orang biasa. Kualitas public speaking tak jarang bisa digunakan untuk mengukur derajat pengetahuan seseorang.
Namun, dalam kurun beberapa tahun terakhir, kita seperti terhibur dengan bagaimana Edy Rahmayadi menghadapi publik. Di hadapan wartawan, ia sering berucap sesuatu yang seakan terlihat bodoh, tapi sebenarnya ditujukan untuk memancing tawa pendengarnya…
Berikut kami sajikan beberapa momen ketika Edy Rahmayadi merendahkan diri dengan berbicara dengan penuh kepolosan.
- Kasus ricuh pembelian tiket Piala AFF 2016
Pada saat Indonesia lolos ke final Piala AFF 2016, penjualan tiket dilakukan di lapangan Kostrad Jakarta, markas militer yang masih ditempati Edy. Banyak laporan bahwa para calon pembeli diperlakukan kasar selama berada di sana. Ketika dikonfirmasi, Edy menyemprot wartawan Tirto, “Orang sedang sibuk untuk martabat bangsa, kamu malah sibuk dengan menyudutkan orang lain.”
- Menanggapi meningkatnya jumlah kematian suporter
Ketika diminta menanggapi jumlah kematian suporter sepak bola yang meningkat sejak dirinya jadi ketua umum PSSI, Edy menjawab dengan ketus, “Tanggapannya saya mau mundur saja jadi mum PSSI! Kamu (saja yang) jadi ketua PSSI, mudah-mudahan tidak ada yang tewas, deh.”
- Merespon Evan Dimas dan Ilham Udin yang Merumput d Malaysia
Kepada wartawan, Edy menunjukkan kegelisahan dengan merumputnya dua pemain Indonesia di Malaysia, rival abadi timnas Garuda. “Siapa mereka (Selangor FA, klub Evan dan Ilham)? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak. Kalau mata duitan, ya repot juga kita. Tidak ada jiwa nasionalisme. Nanti akan saya kumpulkan segera.”
- Menjawab pertanyaan seputar rangkap jabatan menjadi Gubernur dan Ketum PSSI
Edy Rahmayadi tampil di Kompas TV untuk meladeni pertanyaan Aiman Witjaksono. Ketika ditanya seputar tanggung jawab menjadi gubernur sekaligus ketum PSSI, Edy menjawab, “Apa urusan Anda menanyakan itu?” Dalam beberapa berikutnya, Edy menjawab seperti ini: “Bukan hak Anda juga bertanya kepada saya.”; “Saya juga punya hak untuk tidak menjawab.”; “Anda intinya terlalu berlebihan bertanya.”
- Salah data di Indonesia Lawyers Club
Edy menjadi salah satu narasumber kasus tewasnya suporter di Indonesia Lawyers Club. Ketika mendapat giliran bicara, sempat terjadi keheningan selama 30 detik saat Edy membolak-balik kertas, “Indonesia mempunyai atlet sepak bola hanya 76.000 dari 250 juta (penduduk). Inilah salah satu yang mengakibatkan suporter berkelahi.”
- Menyebut Ezra Walian sebagai “Erza” dan Menyebut Spasojevic sebagai “Halo … Halo”
Dalam wawancara dengan TVOne, Edy disinggung soal pemain naturalisasi. Ia salah menyebut nama pemain, “Sempat kita lakukan naturalisasi, satu kepada Erza (maksudnya Ezra Walian),” lalu tidak ingat nama Ilija Spasojevic, “yang kedua kepada … halo … halo.”
- Sepak bola Indonesia perlu guru ngaji dan pendeta
Edy mencoba menjelaskan kepada wartawan mengapa sepak bola Indonesia tak kunjung berprestasi, “Begitu besarnya Indonesia ini. Kita mempunyai 34 provinsi. Kalau Belgia, naik sepeda motor bisa keliling Belgi. Tapi Indonesia, pakai pesawat pun dari Medan menuju Papua sama dengan dari Medan naik haji ke Makkah, begitu panjangnya geografis Indonesia. Begitu beragamnya kita, begitu sulit mengawasinya, itu karena makin ke depan perlu diperbanyak guru ngai, pendeta, supaya benar-benar dia ikhlas, termasuk wartawannya.”
- Meminta wartawan agar baik
Di depan adangan wartawan, Edy mencoba mengevaluasi kegagalan timnas di Piala AFF 2018, “Wartawannya yang harus baik. Kalau wartawannya baik, timnasnya akan baik.”
- Pengunduran Diri
Pada 20 Januari 2019 di Kongres Tahunan PSSI, Edy menyatakan mengundurkan diri dari jabatan ketua umum PSSI, “Saya nyatakan hari ini saya mundur dari ketua. Dengan syarat jangan khianati PSSI ini. Jangan karena satu hal lain terus kita bercokol merusak rumah besar ini. Saya mundur bukan karena saya tidak bertanggung jawab tetapi karena saya bertanggung jawab.”
Praktis, di antara kata-kata seperti, “Coach itu pelatih,” atau “Gaji pelatih timnas itu urusan Saya, bukan urusan kalian,” pidato pengunduran diri Edy tersebut adalah yang terbaik yang bisa didengar suporter sepak bola Indonesia.