“Invincible” Sebuah titel yang hanya bisa didapatkan oleh klub-klub pilihan saja. Bahkan di Liga Inggris klub-klub seperti Manchester United, Liverpool, hingga Manchester City belum mampu mendapatkan gelar ini. Cuma Arsenal satu-satunya tim Inggris yang pernah dianugerahi gelar Invincible di era Premier League.
Mereka mendapatkannya pada musim 2003/04. Tapi Invincible tuh apaan sih? Jadi, saat itu Arsenal berhasil menjuarai Premier League dengan status tak terkalahkan sepanjang musim 2003/04. Keren bukan? Fans Arsenal patut bangga dengan pencapaian ini. Namun, di era sekarang menjadi tim yang tak terkalahkan dan pada akhirnya menjuarai liga agaknya cukup mainstream.
Juventus, AC Milan, Celtic, hingga Rangers pun pernah melakukannya. FC Porto bahkan melakukannya sampai dua kali saat menaklukan Liga Portugal pada musim 2010/11 dan musim 2012/13. Tapi, kalian pernah dengar tidak tentang cerita klub yang tak terkalahkan, tapi gagal menjuarai liga? Nah, sebelum kita spill satu per satu, kalian bisa subscribe dan nyalakan loncengnya dulu biar nggak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Red Star Belgrade
Tim pertama yang masuk dalam daftar kali ini adalah Red Star Belgrade atau yang memiliki nama asli Crvena Zvezda. Nah karena penyebutan namanya susah, maka dalam video ini, kita akan menyebutnya dengan Red Star saja. Klub yang berlogo bintang ini jadi klub tersukses di Serbia.
Red Star bahkan pernah mengangkat trofi Liga Champions pada tahun 1991. Meski jadi yang tersukses, Red Star tak lepas dari nasib sial. Mereka pernah gagal menjuarai Liga Serbia meski tak terkalahkan sepanjang musim 2007/08. Loh kok bisa?
Kala itu, Red Star baru saja berganti pelatih. Aleksandar Jankovic ditunjuk untuk menggantikan manajer terdahulu, yakni Bosko Gjurovski pada awal musim 2007/08. Jankovic minim pengalaman. Namun pelatih yang juga berasal dari Serbia itu membuktikan kelasnya.
Di tangan Jankovic, Red Star tak terkalahkan. Menang, seri, menang, seri begitu terus hingga akhir musim. Dengan performa luar biasa ini, tentunya mereka layak dianugerahi gelar Liga Serbia bukan? Tidak juga, nyatanya mereka tak cukup layak untuk itu. Meski tak terkalahkan, Red Star terlalu sering menelan hasil imbang.
Dari 33 pertandingan Red Star mengumpulkan 75 poin dengan rincian 21 kemenangan dan 12 hasil imbang. Oleh karena itu, perolehan poin mereka kalah dari Partizan. Meski kalah sekali, Partizan mengumpulkan 80 poin karena mengantongi kemenangan lebih banyak. Alhasil, Red Star gagal juara dan Jankovic pun dipecat.
FK Obilic
Masih dari Eropa Timur, ada FK Obilic yang bernasib sama dengan Red Star Belgrade. Obilic bahkan lebih dulu merasakannya. Obilic gagal menjuarai liga meski tak terkalahkan di Liga Yugoslavia edisi 1998/99. Jika kalian mencari informasinya sekarang, maka datanya hanya sedikit. Karena Obilic sudah hilang entah ke mana.
Karena sejak 2015, Obilić tidak lagi berpartisipasi dalam kompetisi sepakbola di negara mana pun. Di atas kertas, sebetulnya tim ini masih ada. Mereka bahkan sesekali mengumpulkan dana dari menyewakan stadionnya.
Kembali ke pembahasan. Kala itu, Obilic tampil sempurna. Mereka tak terkalahkan di Liga Serbia. Dari 24 pertandingan, Obilic berhasil mengantongi 20 kemenangan serta empat hasil imbang sehingga mengumpulkan 64 poin. Sialnya, Obilic lupa bahwa di atas langit masih ada langit.
Obilic memang tak terkalahkan, tapi mereka gagal juara karena ada klub yang lebih baik dari mereka. Klub tersebut adalah Partizan yang juga tak terkalahkan. Partizan jadi pemuncak klasemen dengan memperoleh 66 poin dari 21 kemenangan dan tiga hasil imbang.
Al-Ahli
Dari Eropa Timur mari kita terbang ke Arab Saudi. Sebelum Saudi Pro League viral dan menjadi destinasi para pemain-pemain bintang layaknya dua musim terakhir, di situ tercipta kisah yang luar biasa. Al-Ahli, klub yang kini dibela Roberto Firmino itu pernah gagal menjuarai Liga Arab Saudi musim 2014/15 meski tak terkalahkan.
Saat itu, Al-Ahli belum bertabur bintang seperti sekarang, tapi performanya boleh diperhitungkan. Hasil positif terus didapat oleh Saleh Al-Amri cs. Sayang, performa apik mereka tak menghasilkan gelar di akhir musim. Itu disebabkan oleh banyaknya hasil imbang. Al-Ahli banyak mengantongi hasil imbang di laga-laga krusial.
Barangkali dua hasil imbang di pekan-pekan akhir jadi hasil yang paling menyakitkan. Itu membuat Al-Ahli hanya mendulang 60 poin. Gagal menyalip Al-Nassr yang memuncaki klasemen dengan perolehan 64 poin.
Galatasaray
Sir Alex Ferguson, bekas pelatih Manchester United pernah mengatakan kalau menyerang bisa membuat sebuah tim menang, tapi bertahan bisa mengantarkan tim itu juara. Perkataan itu tampak relevan, terutama buat Fergie sendiri. Namun, sebelum ia melatih United, Galatasaray sudah melakukan itu, tapi mereka justru gagal.
Momen tersebut terjadi pada musim 1985/86. Musim itu, Cimbom Aslan bermain bertahan di setiap pertandingan. Awalnya berjalan baik. Mereka jadi tim yang tak terkalahkan sepanjang musim.
Tapi pola permainan itu membuat mereka jadi lebih sering menelan hasil imbang. Dari 36 pertandingan, Galatasaray dapat hasil imbang di hampir separuhnya, yakni 16 laga. Yang makin bikin kesel, mereka gagal juara hanya karena kalah selisih gol dari Besiktas. Sama-sama mengumpulkan 56 poin, Besiktas unggul dalam agresivitas gol.
Benfica
Benfica kini jadi klub tersukses di Liga Portugal. Itu ditandai dengan perolehan 38 gelarnya. Selisih delapan gelar dengan FC Porto yang baru mengantongi 30 gelar Liga Portugal. Meski begitu, bukan berarti Benfica tak pernah mengalami momen unik seperti klub-klub lain di daftar ini. Momen menyakitkan itu terjadi di musim 1977/78.
Benfica memulai musim dengan percaya diri, mengingat saat itu mereka telah menjuarai Liga Portugal sebanyak enam kali dari tujuh tahun terakhir. Sayang, dominasi Benfica berakhir di musim tersebut. Yang mengakhirinya tidak lain dan tidak bukan adalah Porto.
Benfica sebetulnya tak terkalahkan dan hanya memperoleh sembilan hasil imbang. Tapi kekalahan beruntun di Piala Eropa dan Piala Liga jadi penyebab olengnya performa Benfica. Di pekan-pekan krusial, mereka malah terus menuai hasil imbang. Meski pada akhirnya sama-sama mengumpulkan 51 poin, Porto lah yang keluar sebagai kampiun karena unggul agresivitas gol.
Perugia
Semusim berikutnya, kesialan Benfica menular ke klub Italia, Perugia. Tidak pernah kalah sepanjang musim, terus bermain bagus di setiap pekan, dan memiliki pertahanan yang kokoh bukan berarti gelar juara Serie A musim 1978/79 bisa diraih dengan mudah oleh mantan klub dari Hidetoshi Nakata itu.
Sanggup meraih 11 kemenangan dan 19 imbang dari 30 pertarungan, Il Grifone hanya kebobolan 16 kali. Itu membuat mereka jadi tim dengan pertahanan terbaik musim itu. Anehnya, dengan sederet catatan membanggakan tersebut, Perugia hanya berada di posisi dua klasemen akhir. Mereka tertinggal tiga poin dari sang peraih trofi, AC Milan. Dengan hasil yang mengejutkan, musim 1978/79 disebut sebagai musim yang ajaib bagi Milan.
Rosenborg Women
Fenomena invincible tanpa mahkota ternyata tak hanya terjadi di sepakbola pria saja. Hal serupa juga menimpa tim wanita asal Norwegia, Rosenborg Women di tahun 2020. Kala itu, hanya ada sepuluh tim wanita yang aktif berkompetisi di Liga Norwegia Wanita. Maka dari itu, laga yang dimainkan pun hanya sedikit.
Rosenborg Women yang belum pernah menjuarai trofi liga menggebrak kompetisi dengan tampil tak terkalahkan. Marit Clausen dan rekan-rekannya mengemas sepuluh kemenangan dan delapan hasil imbang sehingga mengumpulkan 38 poin. Sialnya, Rosenborg yang tak rajin mencetak gol kalah agresivitas gol dengan Valerenga yang mengumpulkan poin sama. Selain mereka, kira-kira klub mana lagi nih yang bernasib sama?
Sumber: Planet Football, IDN Times, Libero